NISKALA

By ajuraaiueo

1K 112 15

Seperti yang diketahui, nama Niskala berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya ialah kokoh dan kuat. Sagara... More

Prolog
Kepindahan
Lingkungan baru
Interaksi
Bolu
Senin
Adaptasi
Gantungan salju
Terlambat
Gagal
Mengenal lebih dalam
Perjuangan Sagara
Act fool
Berusaha memperbaiki
Saturday night

Bau rokok

54 5 2
By ajuraaiueo

Happy Reading, Cupie! ꒰⁠⑅⁠ᵕ⁠༚⁠ᵕ⁠꒱⁠˖⁠♡

Bel istirahat telah berbunyi, sebagian murid di kelas berhamburan pergi menuju kantin, begitupun dengan Aurel. Sebelumnya gadis itu sudah mengajak Gantari makan siang di kantin namun ia menolak. Diam-diam gadis itu tersenyum senang saat di kelas hanya menyisakan beberapa orang saja, termasuk Sagara.

Tidak ada yang pria itu lakukan disana, hanya diam sambil menatap punggung Gantari karena kebetulan gadis itu duduk di depannya. Mereka tidak 1 baris, kalau Gantari ada di barisan nomor 3 dari pintu, maka Sagara ada di barisan nomor 2 dari pintu kelas.

Berbeda dengan Orion, pria itu sudah pamit pergi menemui Sabian, tadinya ia sudah mengajak Sagara namun sang empu menolak dan lebih memilih untuk tetap berada di dalam kelas.

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba Gantari datang sendiri mendekati meja Sagara, tangan letiknya terlihat membawa sekotak tempat makan berwarna hijau, dengan cepat ia letakan tepat dihadapan Sagara.

"Dari Bunda, buat kamu." Senyuman Sagara mengembang, ah lebih tepatnya senyuman jahil, Gantari kesal sekali tiap kali melihat senyuman itu.

"Dari Bunda apa dari lo?" Tanya Sagara, ia kembali menaik turunkan alisnya untuk menggoda gadis itu, sepertinya Sagara memiliki hobi baru.

"Stress."

Setelah mengucapkan hal itu, Gantari langsung kembali duduk di mejanya, mengabaikan Sagara yang masih setia menggodanya dengan perkataan yang memuakkan. Mengapa laki-laki itu suka sekali mengganggunya?!

Gantari sempat berpikir kesalahan apa yang telah ia perbuat di masa lalu hingga bertemu dengan makhluk seperti Sagara? Tapi setelah dipikir-pikir, ia tak ada melakukan kesalahan apapun? Gantari saja selalu menutup diri dengan dunia luar, bagaimana ia mau melakukan kesalahan terhadap orang lain? Begitu pikirnya.

Seolah tersadar dari lamunannya, Gantari langsung menggelengkan kepala beberapa kali, dengan cepat ia mengambil kotak makan berwarna merah serta buku novel yang ia bawa. Tak lupa menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone, Gantari menciptakan ketenangannya sendiri.

Sagara yang sedari tadi melihat gerak-gerik gadis itu hanya terkekeh, menurutnya Gantari itu sebenarnya bisa diajak berteman namun sifatnya yang terlalu kaku dan tertutup jadi memberikan efek canggung untuk sebagian orang yang ingin mengajaknya berbicara.

"Gapapa, gue bakal terus berusaha supaya bisa temenan sama lo, Gantari." Gumam Sagara sambil memasukan sepotong brownies yang diberikan oleh Gantari.

Rasanya manis, lembut, dan enak! Sagara penasaran apakah ini buatan gadis itu sendiri atau ia membelinya di toko? Tapi toko mana yang menjual brownies seenak ini? Sagara baru pertama kali mencicipinya.

Saat potongan terakhir brownies coklat itu sudah masuk ke dalam mulut Sagara, ia langsung menyimpak kotak makan milik Gantari lalu memasukannya ke dalam tas, mungkin besok atau nanti Malam akan ia kembalikan, dalam keadaan terisi kembali tentunya.

Kaki jenjangnya membawa tubuh Sagara untuk datang mendekat ke arah Gantari, ia sempat menepuk pelan pundak gadis itu karena sepertinya dipanggil pun percuma, ia tak akan dengar.

Gantari yang merasa pundaknya ditepuk pun langsung melepaskan satu earphone-nya dan mengalihkan pandangan untuk menatap sang pelaku, "Apa?" Tanya Gantari.

"Gue mau keluar nemuin Orion sama Sabian, lo mau nitip gak?" Dengan cepat Gantari langsung menggeleng dan kembali memakai earphone-ya lagi, perutnya sudah kenyang dengan hanya memakan 5 potong brownies, tak mampu untuk menerima makanan apapun lagi.

Melihat respon yang diberikan Gantari, Sagara hanya bisa mengangguk singkat lalu berjalan keluar kelas, meninggalkan Gantari yang masih asik membaca novel sambil mendengarkan musik.

Sebelum Sagara benar-benar menghilang dari balik pintu, Gantari sempat melihat ke arah punggung tegap laki-laki itu, memejamkan matanya sebentar lalu kembali fokus pada buku bacaannya.

"Tolong berhenti berusaha untuk bisa temenan sama aku, Sagara."

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Setelah laki-laki itu sampai di rooftop, ia langsung menghampiri kedua sahabatnya yang sedang merokok. Sabian langsung melemparkan bungkus rokok yang masih terisi penuh ke arah Sagara.

"Nih pesenan lo!" Sagara langsung menangkapnya tepat sasaran, senyumnya terbit ketika ia mendapatkan apa yang sedari tadi sudah ia tunggu-tunggu.

"Cakep, makasih ye! Udah asem banget mulut gue, mana lagi banyak pikiran juga."

Dengan cepat Sagara membakar putung rokoknya lalu menyesapnya dengan nikmat, menghembuskan asap yang mengepul di udara, perasaannya sekarang jauh lebih tenang sekarang.

Ketiganya terdiam, sibuk menikmati rokoknya masing-masing, mereka seakan tak peduli kalau seragamnya nanti akan bau asap rokok. Toh mereka semua membawa parfume, jadi seharusnya aman.

Yah, seharusnya..

Beberapa menit telah berlalu, Sagara sudah menghabiskan 2 batang rokok sekaligus hari ini. "Gue bingung banget," Ucapnya sambil menatap kedua temannya yang juga sedang menatap dirinya.

"Kenapa?" Tanya Orion, ia mengambil sekaleng minuman bersoda yang sudah ia beli, dalam keadaan dinginn tentunya. Orion tak puas kalau air yang ia minum tidak dingin, rasa hausnya tidak akan hilang.

"Gimana lagi gue harus deketin Gantari? Dia ngehindar mulu anjir, emangnya gue kuman apa?" Kesalnya, tapi meskipun merasa kesal sekaligus marah terhadap respon yang diberikan oleh Gantari, laki-laki itu akan tetap berusaha lebih keras lagi untuk menjadikan Gantari sebagai temannya.

"Lo kenapa dah kayanya ngebet banget pengen temenan sama dia?" Tanya Sabian yang merasa kebingungan dengan tingkah Sagara, tidak biasanya lelaki itu se-berusaha ini untuk berteman dengan seseorang, apalagi ini seorang gadis.

"Emang kalo mau temenan sama orang, harus pake alesan gitu?" Bukannya menjawab, Sagara malah kembali melemparkan pertanyaan, Sabian sempat berdecak kesal karena tak menemukan jawaban atas pertanyaan yang sudah lama ada di kepalanya.

"Ya engga Sag, tapi gak biasa aja lo kaya gini. Biasanya kalo orang udah nolak ajakan temenan lo, lo langsung ngejauhin, tapi ini kaga," Melihat Sagara yang diam tak bergeming, dengan berani Sabian kembali melemparkan yang membuat laki-laki itu menatapnya dengan sinis, "Jujur aja, lo suka ya sama Gantari?"

"GAK! Apaan banget pertanyaan lo, gamasuk akal. Udah deh, Bi, kalo lo gabisa ngasih masukan, mending diem aja gausah mengeluarkan opini-opini gajelas." Ucap Sagara sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain, Sagara dengan tegas menentang pendapat tidak masuk akal Sabian.

"Idih sebel, awas aja lo kemakan omongan sendiri!"

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Tak membutuhkan waktu yang lama untuk bel masuk kembali berbunyi, Sagara, Sabian, dan Orion dengan cepat menyemprotkan pafrume ke seluruh tubuhnya untuk menghilangkan jejak bau rokok. Setelah dirasa cukup, barulah mereka berjalan beriringan untuk meninggalkan rooftop.

Mereka tak langsung masuk ke dalam kelas, melainkan pergi ke kantin terlebih dahulu untuk membeli permen dan minuman dingin yang nantinya akan mereka bawa masuk ke dalam kelas. Suasana kantin masih cukup ramai saat ini, mereka seakan tak peduli dengan bel yang berbunyi.

Permen dan minuman dingin sudah mereka dapatkan, Orion yang menanggung semua biayanya. Kini mereka bertiga kembali melanjutkan perjalanan untuk masuk ke dalam kelas, diiringi dengan candaan-candaan ringan yang keluar dari mulut Sabian.

Sesampainya di depan pintu kelas, Sagara terlebih dahulu untuk mengintip pintu kelas, memastikan ada Guru atau tidak di dalamnya. Hingga akhirnya laki-laki itu bernapas lega ketika di dalam kelas tak ada Guru yang mengajar, dengan langkah yang santai ia masuk ke dalam kelas dengan diikuti oleh kedua temannya.

"Mana dah Guru-nya? Yaelah gue bayaran Sekolah mahal-mahal masa Guru-nya gak dateng mulu!" Celetuk Lengka yang duduk di barisan paling belakang, sepertinya laki-laki itu sudah kenyang dengan jam kosong.

"Dipikir lo doang yang bayarannya mahal?" Timpal Caca yang duduk tak jauh dari laki-laki tadi, gadis dengan dandanan yang lumayan tebal itu mencebikkan bibirnya dengan kesal.

"Sabarlah wahai warga-wargaku, kita tunggu dulu 10 menit. Kalo ga dateng-dateng nanti gue samperin ke ruang Guru." Ucapan Daniel mampu membuat Lengka dan Caca diam dan mengangguk secara bersamaan, sedangkan dalam hati Sabian merutuki perkataan Daniel.

Menurut Sabian, kalau memang Guru sudah tidak datang ke dalam kelas, maka yasudah! Tidak perlu mendatangi ruang Guru.

Yah, tapi untungnya bukan Sabian yang menjadi ketua kelas, bisa hancur kelas ini kalau diketuai oleh Sabian.

"Si Kudanil ya udah untung-untung tuh Guru kaga masuk, malah mau disamper! Gue kesel banget, kenapa dulu gue milih dia buat jadi ketua kelas coba?!" Omel Sabian yang hanya bisa di dengar oleh Orion karena kebetulan laki-laki itu duduk di sampingnya, sedangkan Sagara duduk di depan bersama dengan Regan. Mereka duduk bersama tapi jarang sekali mengobrol, baik Sagara maupun Regan sama-sama tak ingin membuka obrolan kecuali saat sedang ujian.

"Ya malah bagus lah, bego! Jadi kaga sia-sia kita nih bayaran Sekolah, lo mah bocah males mana paham." Balas Orion dengan pedas, memang benar kata orang-orang. Terkadang omongan laki-laki bisa lebih menyakitkan dari perempuan, dan Sabian sudah membuktikan hal itu.

Karena tak ingin memperpanjang urusan dengan Orion, jadi Sabian memutuskan untuk diam dan mencebik, memfokuskan pandangannya ke arah papan tulis yang kosong. Sudah seperti orang depresi kalau dilihat-lihat.

Orion pun tak memusingkan hal itu, justru lebih baik seperti ini, ia merasa jauh lebih tenang jika Sabian tak membuka mulutnya. Terkesan jahat tapi memang itu faktanya, Sabian kalau full baterai itu bisa membuat orang-orang disekitarnya kewalahan, energi mereka seakan tersedot dan berpindah ke tubuh Sabian.

Sedangkan Sagara, laki-laki itu sedang menatap lurus ke arah punggung Gantari yang tertutup rambut gadis itu, tubuhnya tak bergerak sama sekali, Gantari bagaikan patung. Disampingnya ada Aurel yang mengoceh, sepertinya sedang menceritakan sesuatu yang menyenangkan kepada teman barunya itu, terlihat dari mimik wajah Aurel yang menunjukan kebahagiaan.

"Sumpah! Terus ya, endingnya itu mereka nikah! Arghh gue seneng banget karena sesuai sama ekspetasi gue, Tar! Lo harus baca buku ini sih, seru poll!!" Girang Aurel sambil menunjukan foto buku di layar ponselnya, Gantari melirik ke arah layar ponsel tersebut lalu menganggukkan kepalanya sebanyak 3 kali.

"Iya, nanti aku baca ya." Jawab Gantari sambil memberikan senyum tipis ke arah Aurel yang berbinar, menurutnya Aurel ini sangat lucu, meskipun sedikit berisik.

Tepat setelah Gantari mengatakan hal tersebut, sang Guru langsung masuk ke dalam kelas, padahal sebagian murid sudah berdo'a agar hari ini mereka bisa bermalas-malasan di dalam kelas tanpa harus susah-susah berpikir.

Mereka semua langsung menghentikan kegiatannya, begitupun dengan Aurel, gadis itu sudah merubah mimik wajahnya menjadi datar tak ber-ekspresi. Sagara juga sudah mengalihkan pandangan, tak lagi menatap punggung Gantari yang ukurannya jauh lebih kecil dibanding punggungnya sendiri.

"Maaf ya saya telat, tadi masih ada urusan. Untuk Daniel, terima kasih ya karena sudah menghubungi dan mengingatkan saya untuk masuk ke kelas ini, tadinya saya mau langsung pulang karena saya pikir saya udah gak ada jam mengajar lagi." Jelas sang Guru yang membuat Sabian kembali menggerutu, matanya menatap Daniel dengan kesal.

"Emang sialan Kudanil!" Gumamnya.

Tak sedikit murid disana yang menyumpah serapahi Daniel, mereka sama kesalnya dengan Sabian. Memang terkadang ketua kelas bisa menjadi musuh bebuyutan kita sendiri, namun terkadang juga sebaliknya.

Sesuai dengan interupsi yang diberikan oleh Pak Brian, kini seluruh murid kelas 12 MIPA 3 sudah mengeluarkan buku dan alat tulisnya, siap untuk menerima materi yang akan diberikan pada Siang hari ini. Kebetulan SMA Garuda Emas hanya mengadakan jam belajar hingga Siang hari, sedangkan Sore harinya akan diisi dengan kegiatan ekstrakurikuler. Itupun tidak rutin, hanya pada hari-hari tertentu saja, tergantung pada sang pelatih.

"Jadi, coba saya tanya. Apa yang menyebabkan kemiringan Menara Pisa?" Tanya Pak Brian sambil mengedarkan pandangannya.

"Udah takdirnya, Pak." Jawab Lengka yang mengundang tawa seluruh murid disana, begitupun dengan Pak Brian, pria baruh baya itu juga tertawa namun hanya sebentar.

"Ya iya udah takdir, tapi kan ada alasannya juga! Ayo cepet siapa yang bisa jawab, atau perlu saya tunjuk?"

Kelas kembali sunyi, hanya terdengar suara kertas yang saling bergesekan ketika halaman buku dibalik. Jantung mereka sontak berdegup dengan cepat karena takut jika ditunjuk dan mereka belum menemukan jawaban sama sekali.

Cukup lama kelas itu hening, Pak Brian pun dengan sabar menunggu anak muridnya untuk menjawab, hingga akhirnya Gantari membuka suara, "Menara Pisa miring karena masalah dalam konstruksi dan tanah di bawahnya. Ketika konstruksi dimulai pada tahun 1173, fondasi yang dibangun pada lapisan tanah yang lempung dan lunak mulai mengalami permasalahan." Jawaban Gantari membuat beberapa anak lain bernapas lega, tapi ada juga yang memberenggut kesal karena merasa mendapatkan saingan baru.

"Jawaban yang bagus, tapi kurang lengkap, faktor apa saja yang membuat Menara Pisa itu mengalami kemiringan?" Gantari sempat melirik ke arah teman-temannya yang lain, seakan bertanya apakah ada yang ingin memberikan jawaban atau tidak. Tapi sepertinya tidak ada, terlihat dari tatapan mata mereka yang memelas.

Akhirnya Gantari kembali menjawab dengan satu tarikan napas panjang, "Faktor yang menyebabkan Menara Pisa miring karena tanah lempung, fondasi yang terlalu dalam, permasalahan selama pembangunan, miringan terus berlanjut. Pada akhirnya, miringan Menara Pisa mencapai sekitar 5,5 derajat dari vertikal. Ini adalah hasil dari fondasi yang lemah dan pergeseran tanah di bawahnya."

Semuanya nampak kompak untuk memberikan tepuk tangan yang meriah yang ditujukan kepada Gantari, begitupun dengan Sagara, laki-laki itu yang paling heboh memberikan tepuk tangannya. Selain karena mengakui kepintaran Gantari, ia juga terkejut karena Gantari berbicara panjang lebar meskipun itu karena ia menjawab sebuah pertanyaan, tapi tetap saja!

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Beberapa waktu telah berlalu, bel pulang Sekolah telah berbunyi, mereka langsung membereskan alat tulisnya dan memasukan ke dalam tas lalu pergi meninggalkan kelas yang sudah hampir sepi. Sebuah keberuntungan untuk mereka karena Pak Brian tidak memberikan tugas Rumah, biasanya pria itu selalu memberikan tugas untuk mereka kerjakan.

Saat Gantari masih sibuk memasukan beberapa buku ke dalam tas, Sagara langsung berjalan mendekati gadis itu, mengabaikan kedua temannya yang sudah pergi keluar kelas terlebih dahulu. "Ngapain lo kesini?" Tanya Aurel dengan nada bicara yang sedikit sewot, tapi tak digubris oleh Sagara.

"Punya mul—"

"Ayo, kan kita mau ngurus seragam lo." Potong Sagara dengan cepat, laki-laki itu seakan tak peduli dengan kehadiran Aurel yang duduk di samping Gantari, benar-benar mengesalkan.

"Iya, tunggu sebentar."

Setelah selesai merapikan buku-bukunya, Gantari berpamitan kepada Aurel untuk pergi terlebih dahulu, awalnya gadis itu ingin ikut tapi Sagara melarangnya, ia tak memperbolehkan Aurel untuk ikut. Padahal Gantari mengizinkan, kenapa laki-laki itu malah seenaknya?

Keduanya berjalan beriringan menuju salah satu ruangan tempat tumpukan seragam baru berada, ada beberapa orang disana dan sepertinya mereka juga sedang mengantri.

Sagara dengan ramahnya memberikan senyum dan menyapa beberapa anak baru disana, ini adalah trik Sagara agar mendapatkan teman lebih banyak. Sedangkan Gantari hanya diam sambil memperhatikan, tak berniat sama sekali untuk melakukan hal yang sama. Kepalanya ia tutup menggunakan tudung hoodie, masker pun tak lupa ia kenakan agar orang-orang disana tak dapat mengenalinya.

Saat semua anak baru sudah selesai disapa oleh Sagara, laki-laki itu kembali berbalik badan dan berjalan mendekat ke arah Gantari, tubuh keduanya nampak berdempet. Tangan laki-laki itu juga diletakan pada belakang tubuh Gantari seolah sedang melindungi gadis itu dari laki-laki yang berdiri tepat di belakangnya, meskipun tangan Sagara tidak sampai memegang tubuh Gantari, tapi itu cukup membuat sang gadis merasa kalau tangan Sagara ada di belakang tubuhnya tanpa harus dilihat terlebih dahulu.

Kedua alis Gantari nampak berkerut, ia melirik ke arah Sagara yang sedang berdiri di sampingnya sambil memainkan ponsel, tangannya tergerak untuk menurunkan sedikit masker lalu ia mulai mengendus. Kegiatan tersebut tertangkap basah oleh Sagara, "Lo ngapain?" Tanya lelaki tersebut sambil memasukan ponsel ke dalam saku celana.

"Kamu bau rokok," Ujar Gantari sambil mendorong tubuh Sagara agar menjauh darinya, sungguh ia sangat tak betah, bau asap rokok benar-benar musuh bebuyutan Gantari. "Jauhan dari aku, Sagara." 

Sagara dengan cepat mencium seragamnya, memang benar tercium bau asap rokok tapi tidak terlalu kuat, apa hidung Gantari setajam itu? Dengan tatapan tak berdosanya, Sagara malah terkekeh sambil mengusap lengannya. "Hehe, kan gak terlalu kecium, Tar?"

"Kamu ngerti gak sih aku ngomong apa? Kamu masih bisa diajak ngobrol pake bahasa manusia, kan?" Sembur Gantari yang langsung mendapatkan hembusan napas panjang dari Sagara, laki-laki itu dengan pasrah mengangguk lalu memberikan kertas yang tadi Pagi ia simpan kepada Gantari.

"Yaudah nih, gue tunggu di depan ya, kalo udah selesai langsung temuin gue, jangan balik sendiri!" Tanpa memberikan respon apa-apa, Gantari langsung mengambil kertas tersebut dan berjalan meninggalkan Sagara yang masih berdiri di tempat.

Setelahnya, laki-laki itu langsung pergi entah kemana meninggalkan Gantari yang masih mengantri untuk mengambil seragam, sebelum pergi Sagara sempat menitipkan Gantari kepada seorang perempuan yang juga sedang mengantri untuk mengambil seragam. Tentu saja tidak cuma-cuma, Sagara sempat memberikan uang berwarna merah sebagai imbalannya.

"Gue titip cewek itu ya, tolong jagain kalo ada cowok yang genitin dia, ini tip buat lo. Gue pergi dulu."

Begitulah kira-kira.

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Sagara langsung berlari ke arah loker miliknya, untung jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat Gantari berada, jadi laki-laki itu tak perlu membuang banyak waktu. Dengan cepat tangan kekarnya bergerak untuk membuka kunci dan mengambil seragam cadangan miliknya, awalnya ia ingin mengganti pakaian disana namun tak jadi, alhasil ia kembali berlari menuju kamar mandi terdekat.

Buru-buru Sagara mengganti pakaian, tak peduli apakah itu rapih atau tidak, yang penting seragamnya sudah tidak bau rokok! Ia juga menyemprotkan banyak parfume, bahkan rambutnya juga ia berikan parfume. Kini Sagara sudah seperti parfume berjalan saking wanginya, ia berharap kalau Gantari tak akan pusing jika berdekatan dengan dirinya yang terlalu wangi.

"Goblok ntar kalo Gantari puyeng gimana? Ah bisa-bisanya baru kepikiran!" Karena tak mau berlarut-larut dalam kepusingan, jadi Sagara berusaha untuk melupakan hal itu dan kembali berjalan dengan cepat meninggalkan kamar mandi, seragamnya ia masukkan ke dalam tas.

Gantari menuruti perkataan Sagara, gadis itu sedang berdiri menunggu Sagara sambil memainkan ponsel, disana juga ada seorang gadis yang sebelumnya sudah diminta Sagara untuk mengawasi Gantari. Namun saat gadis tersebut melihat sosok Sagara yang sudah hadir, ia langsung pergi meninggalkan keduanya tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Gue kira lo bakal pulang duluan." Ucap Sagara sambil tersenyum, rasanya senang sekali ketika mengetahui fakta kalau Gantari mau menuruti perkataannya.

"Awalnya juga mau gitu," Jawab Gantari, ponselnya langsung ia masukkan ke dalam tas. Kakinya bergerak untuk maju beberapa langkah, maskernya kembali ia turunkan untuk mengendus seragam Sagara. "Kamu ganti seragam?" Tanya Gantari yang langsung mendapatkan anggukan kepala dari Sagara.

"Iya, biar gak disuruh jauh-jauh lagi sama lo."

Blush.

Wajah Gantari terasa memanas, ia dengan cepat menaikkan masker untuk menutupi pipinya yang memerah, gadis itu juga sempat berdehem untuk mengalihkan rasa terkejut serta salah tingkahnya di hadapan Sagara.

"Apaan sih? Gak jelas banget, udah ayo pulang! Aku capek, mau istirahat." Gantari langsung melengos pergi meninggalkan Sagara yang tertawa dengan kencang, bahkan perutnya sudah terasa kram karena tertawa.

"BILANG AJA LO SALTING! IYA KAN GANTARI? LO SALTING KAN?" Teriakan Sagara sangat menggema, keadaan Sekolah yang sepi adalah faktor utamanya, benar-benar membuat telinga berdengung bagi siapapun yang mendengar.

"BERISIK SAGARA!" Balas Gantari dengan tak kalah kencang, tawa Sagara semakin terdengar, bahkan sekarang wajahnya sudah memerah karena tertawa.

✮ ⋆ ˚。𖦹 ⋆。°✩

Kini mereka telah berada di parkiran, ada Sabian dan Orion disana, mereka berdua nampak asik berbincang di warung sambil meminum segelas kopi panas yang sepertinya baru dipesan.

"Masih disini? Gue kira udah pada pulang." Ucap Sagara, ia sempat mengajak Gantari untuk mampir disana sebentar, untungnya gadis itu mau meskipun nampak tak nyaman. Warung itu biasa diisi oleh para satpam dan petugas kebersihan Sekolah karena letaknya yang tidak terlalu jauh dari pintu gerbang.

"Lah kite mah solid, nungguin lo dari tadi disini nih sambil ngopi. Lo mau ngopi dulu kaga? Gantari mau pesen minum? Makan? Pesen aja biar Babang Rion yang bayar." Orion yang sedang menengguk kopi panas pun langsung tersedak, tenggorokannya terasa terbakar.

"Setan lo, Bi! Tenggorokan gue kebakar," Sang empu langsung menenggak minuman dingin untuk menghilangkan sensasi panas dari tenggorokannya, untung saja hal itu berhasil, meskipun masih terasa sedikit panas tapi sudah jauh lebih baik. "Tapi gapapa dah pesen aja, mumpung gue lagi banyak duit. Ntar kalo gue miskin kan kalian yang bayarin, timbal balik lah."

Sagara nampak diam lalu melirik ke arah Gantari yang berdiri di dekatnya, bahkan tangan kecilnya sudah menggenggam tali tas milik Sagara dengan erat. Seakan mengerti dengan keadaan Gantari sekarang, Sagara langsung menatap kedua temannya, "Kapan-kapan aja dah, gue mau balik dulu nih, ntar kalo mau mampir tolong bawain roti bakar depan komplek ye. Katanya lo lagi banyak duit kan, Yon?"

Usai mengatakan hal itu, Sagara langsung menarik tangan Gantari untuk berjalan menjauh, meninggalkan Sabian yang tertawa dan Orion yang mendengus, tiba-tiba saja lelaki itu menyesal telah mengatakan kalau ia lagi banyak uang.

Tas yang tadi digunakan oleh Gantari sudah berganti posisi menjadi berada digendongan depan Sagara, jadi lelaki itu memakai 2 tas sekaligus sekarang. Alasannya sederhana, ia tak ingin pundak Gantari pegal dan sakit jika harus memakai tas yang berat karena di dalamnya ada satu plastik besar berisi seragam baru.

Sedangkan jaket yang Sagara bawa, ia pakaikan pada tubuh kecil Gantari, gadis itu jadi tenggelam di dalam jaket besar milik Sagara. "Nah, ayo kita pulang."

Motor milik Sagara mulai melesat meninggalkan area Sekolah, kecepatannya sedang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lama. Jadi Gantari bisa menikmati suasana Siang hari ini tanpa merasa takut sama sekali, karena gadis itu memang akan mengalami ketakutan disepanjang jalan jika berada di atas kendaraan yang melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.

"Peluk gue, Gantari."

Bersambung...

*

*

*

Halohaii, Cupie! Gimana pendapat kalian buat part kali ini? (⁠*⁠・⁠~⁠・⁠*⁠) maaf yaa kalau misalnya ga sesuai sama ekspetasi kalian! Next part aku bakal berusaha bikin alur yang sesuai sama keinginan kalian deehhh hihi ^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

Ohyaa Cupie, jangan lupa tinggalin jejak berupa vote & comment di part ini yaa! Supaya aku juga makin semangat nih nulis part selanjutnyaa (⁠◕⁠ᴗ⁠◕⁠✿⁠) soalnya jujur vote & comment kalian itu ngaruh banget tau buat akuu!

Oke last, ini ada akun sosial media aku yang bisa kalian kunjungin supaya ga ketinggalan info-info yang nantinya bakal aku share disana, tapi di follow lebih baik sih, hehe 🧘🏻‍♀️

Instagram: @azhjuraa & @4love.ju
Tiktok: @byoudafullj

Sampai jumpa di part selanjutnya, Cupie 🌷💗✨

Continue Reading

You'll Also Like

12:00 By darkcloud

Teen Fiction

8.9K 800 42
⚠️17+ SEBELUM BACA HARAP FOLLOW TERLEBIH DAHULU😡 Definisi jodoh yang tertukar namun direstui oleh semesta. ini tentang stevano mahaprana siputra sul...
5.3K 1.7K 45
Hola! Welcome to ANDRA Series! Jadi buat kalian yang belum tau, ANDRA adalah singkatan dari Andromeda Raya School yang merupakan salah satu sekolah...
1.4K 556 15
Takdir memang lucu, setelah Ela memilih untuk pura-pura tidak mengenal Venus sejak tahun pertama SMA agar rahasianya tetap terjaga, tuhan justru meng...
10.2K 1.4K 19
Tentang sebuah hubungan antara Ryuka dan Dyegan. "Ajarin gue buat jatuh cinta sama lo baru lo bisa milikin gue." ucap Ryuka sebelum kembali mengunyah...