Three Years

By skyspeare

643K 63.7K 3.5K

Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putr... More

1. Nadira
2. Disenchanted
3. Scars
4. Mimosa Pudica
5. Nightmare
6. Crumble
7. Ipomoea Batatas
8. Sunflower
9. Motion Sickness
10. Filosofi Ikan Bakar
11. Boundary
12. Airport
13. New Place
14. Shallow Talk
15. Pretty Boy Next Door
16. Another Rough Night
17. Orange Uniform
18. Mama's Knight
19. The Miraculous Shane
20. Home
21. Shaneflower
22. Circe
23. The Chronicles of Rhea
24. John Denver
25. Parent-things
26. 2 A.M
27. A Day with Papa
28. A Hug
29. Great Star
31. I need you, Papa

30. Uninvited Guest

20.7K 2.3K 236
By skyspeare

Rhea memaksakan senyum pada Nadira yang kini berdiri di hadapannya. Hari ini wanita itu terlihat begitu cantik berbalut midi dress berwarna putih gading.

Dari jarak mereka yang lumayan dekat, Rhea bisa merasakan perbedaan tinggi yang begitu jauh dengan Nadira. Wanita itu terlihat begitu mungil, dan ditambah lagi dengan kulit putih bersih yang dia miliki, Nadira terlihat seperti boneka hidup.

"Aku mau nail art, bisa?" tanya Nadira.

Rhea melirik Rana yang baru saja menyelesaikan nail art seorang pelanggan. "Aku cuma melayani yang udah melakukan reservasi," ujarnya seolah tahu maksud lirikan Rhea.

Rhea menghela nafas. "Yuk, sama aku saja."

Meski berlawanan dengan keinginannya untuk mengenyahkan Nadira dari hadapannya, Rhea tahu ada maksud lain di balik kedatangan wanita itu.

Nadira duduk berhadapan dengan Rhea, mereka dipisahkan oleh meja tempat Rhea akan melakuan nail art. Agar tidak berlarut-larut begitu lama dalam kecanggungan, Rhea segera mengambil katalog berisi model nail art.

"Kalau punya request sendiri, kasih tau aja," ujar Rhea sembari menyodorkan katalog itu pada Nadira. "Atau kalau mau coba pakai nail printer juga bisa."

Nadira menggeleng pelan. "Aku mau kamu yang hiasin, look-nya gimana juga terserah kamu aja."

"Ah, oke."

Rhea memulai dari merapihkan ujung-ujung kuku Nadira. Tangan dan kukunya sangat terawat sehingga Rhea tidak perlu berlama-lama untuk proses merapihkan.

"Starky sering ke sini?" tanya Nadira.

Rhea mendongak sejenak untuk melihat wajah Nadira. Rhea merutuki dirinya karena bisa-bisanya dia menyempatkan diri memuji kecantikan Nadira meski hanya di dalam hati. Bagaimana tidak? Nadira terlihat seperti baru memasuki usia dua puluh tahun, sedangkan usia sebenarnya sudah awal kepala tiga.

"Kadang-kadang sih kalau pas lagi mau ketemu Shane," jawab Rhea seadanya.

Mereka terdiam cukup lama sampai Rhea selesai memakaikan base coat di kuku-kuku Nadira. Diam-diam tanpa Rhea sadari, Nadira memperhatikan wajah Rhea baik-baik.

"Aku sama Starky batal menikah."

Gerakan tangan Rhea terhenti, akan tetapi matanya tetap tertuju pada jemari Nadira yang tadinya hendak ia arahkan ke nail dryer.

"Kenapa?" tanya Rhea nyaris berbisik.

"Kamu ingat waktu Starky ngomong di depan orang tuanya kalau dia pernah berusaha untuk menerima kamu selama pernikahan kalian?"

Rhea mengangguk. "Tapi dia gagal," ucapnya.

"Dia gak gagal."

Rhea mendengus kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia meletakkan jemari Nadira di nail dryer.

"Sia-sia dong perjuanganku bercerai sama dia demi kebahagiaan kalian," sindir Rhea.

"Aku sama Starky gak pernah berhubungan setelah kalian menikah. Ya, kami memang beberapa kali chat-an tapi hanya sebatas itu."

"Hanya sebatas itu tapi dampaknya besar untuk aku dan anakku."

Kini giliran Nadira yang terdiam. Dia hanya memandang Rhea yang terus bekerja seperti tak terganggu sama sekali.

"Kenapa kalian batal menikah? Karena gak dapat restu keluarga Starky?"

"Salah satunya, tapi itu bukan masalah besar," jawab Nadira.

Rhea menautkan alisnya. "Terus?"

"Setelah aku ketemu sama Shane beberapa kali, aku sadar aku gak akan bisa memberi kebahagiaan untuk Starky."

"Maksud kamu?"

"Aku gak bisa punya anak."

"So--sorry," ujar Rhea buru-buru ketika tanpa sengaja nail brushnya mengenai kulit Nadira sehingga meninggalkan kutek putih di sana. Dengan segera Rhea meraih nail polish remover untuk membersihkan noda itu.

Nadira hanya tertawa kecil. "Santai aja kali," ucapnya.

Setelah yakin bersih, Rhea mengangkat wajahnya untuk memandang Nadira. "Gak mau punya anak?" tanya Rhea tak yakin.

Nadira menggeleng. "Gak bisa punya anak. Rahimku udah diangkat sekitar... delapan tahun yang lalu kalau gak salah."

"Kenapa?" tapi sejurus kemudian Rhea menggeleng. "Sorry. Aku gak bermaksud lancang."

Lagi-lagi Nadira tertawa dan kali ini Rhea benar-benar melihat bagaimana Nadira tertawa. Wanita di depannya ini jadi semakin cantik. Entah sudah berapa kali Rhea memuji kecantikan Nadira hari ini. Menyebalkan sekali, pikirnya.

"It's okay. Gak lancang dong. Kan aku yang pertama omongin hal ini," sahut Nadira. "Diangkat karena pergaulan bebas," lanjutnya tapi dengan nada bercanda.

"Ta--tapi Starky pernah cerita kalau dia menyerahkan pilihan apakah kalian akan punya anak atau tidak," ucap Rhea terbata-bata.

"Iya. Dia gak mungkin dong gembar gembor kemana-mana kalau aku mandul. Itu salah satu cara dia untuk menerima keadaanku. Kalau kamu mau tahu lebih spesifiknya kenapa aku bisa mandul, kamu tanya aja ke Starky."

Rhea tersenyum miring. "Gak perlu. Bukan urusanku."

Rhea kembali fokus pada kuku Nadira yang sudah ia hias menggunakan glitter. Nadira juga baru menyadari kalau pekerjaan Rhea sudah hampir selesai. Dia menatap kagum kuku-kukunya yang kini terlihat semakin cantik.

"Kenapa kamu omongin ini ke aku?" tanya Rhea tiba-tiba.

"Hm... karena sama kayak kamu yang bisa lepasin Starky demi kebahagiaan dia, aku juga mau melakukan hal yang sama." Nadira menjawab dengan raut sendu, namun tetap memaksakan senyum. "Aku gak pernah benar-benar bisa memiliki Starky karena dengan kamu, dia sudah memiliki Shane yang berharga banget untuk dia. Tentu aja Starky gak akan pernah sanggup ngelupain Ibu yang sudah melahirkan putranya, kan?"

"Kalau kamu kira aku bakal seneng dan balik sama Starky karena kamu udah ngomongin semua ini, kamu salah."

Nadira menggedikkan bahunya. "Aku gak berharap juga kalian balikan secepat itu. Ya at least tunggu lah sampai aku bisa move on."

Rhea memutar matanya kesal. "Bukan itu maksud aku," ucapnya.

Nadira terkekeh. "Iya, aku paham. Tapi siapa tahu nantinya kamu berubah pikiran. Atau kalau emang kamu udah bener-bener gak mau, ya udah berarti kita seri. Sama-sama gak dapetin Starky."

"Dia bisa nerima kamu apa adanya," kata Rhea tanpa menatap Nadira.

"Aku yang gak bisa nerima diriku apa adanya. Selamanya aku akan minder, terus-terusan membanding-bandingkan diri aku sama kamu dan itu nyakitin. Jadi, aku memilih mundur."

"Kalau ujung-ujungnya mundur, rugi dong udah dapet dosa karena bikin orang cerai," ucap Rhea kalem.

Nadira mengedikkan bahunya. "Rasa percaya diriku merosot akhir-akhir ini."

"Yah, padahal udah perjuangan banget kamu. Sampai dijulidin orang sana sini kan karena jadi orang ketiga dalam rumah tanggaku," ujar Rhea sinis, tapi Nadira tampak tidak peduli.

"Ya terus aku harus gimana? Waktu itu Starky juga gak bisa ngelepasin aku. Dia baik, cakep, kaya, mapan. Gak ada alasan untuk aku nolak dia."

Rhea melepaskan jemari Nadira. "Udah beres."

Nadira menatap hasil kerja Rhea dengan berbinar-binar. "Cantik banget!"

Rhea tersenyum. "Karena orangnya juga cantik."

Nadira menukikkan alisnya. "Kamu akui aku cantik?"

Rhea mengangguk. "Kalau aku bilang kamu jelek, itu berarti aku terlalu minder sampai-sampai harus berbohong."

"Thanks untuk pujian dan kuku-kuku cantik ini," ucap Nadira.

"Anytime," balas Rhea.

"Aku bayar di sana ya?" tanya Nadira sembari menunjuk ke arah meja kasir.

"Di Circe, hanya pelayanan profesional yang dikenakan tarif. Seniman kuku kami sebenarnya si Rana, tapi dia nggak mau ngelayanin kamu jadi aku gantiin. It's for free."

"Gak bisa gitu dong. Aku harus tetap bayar untuk hasil secantik ini."

"Beneran gak usah. Anggap aja hadiah untuk pembatalan nikah dari aku."

Nadira malah tertawa. Dia terlalu banyak tertawa hari ini sehingga Rhea sadar kalau itu adalah cara wanita ini menutupi lukanya.

Diandra lewat dengan membawa wadah cat rambut yang sudah selesai dipakai. Dia melihat Nadira yang tertawa tanpa rasa malu padahal semua pegawai di sini menatapnya sinis.

"Seng (tidak) ada malu," ucapnya bercampur dengan bahasa daerahnya.

Rifa yang mengerti langsung mengangguk setuju. "Ho'oh. Ora duwe isin blas."

Nadira mendengar semua itu karena Diandra dan Rifa mengucapkannya dengan suara lumayan keras. "Mereka lagi ngatain aku ya?"

Rhea mengangguk. "Iya. Katanya kamu gak tau malu."

Lagi-lagi Nadira hanya mengangkat bahunya dengan cuek. "Nasib pelakor ya. Udah kena karma pun masih kena sanksi sosial. Aku jalan dulu deh. Bye, Rhea."

Rhea melambaikan tangan pada Nadira yang langsung berbalik badan dan melangkah keluar dari salon. Dari belakang, Rhea bisa melihat betapa rapuhnya wanita itu. Rhea bukannya mulai menyukai Nadira. Dia benar-benar membenci Nadira atas perceraiannya dengan Starky. Akan tetapi, rasa iba yang muncul dari dalam Rhea merupakan bentuk simpatinya sebagai sesama perempuan.

Rhea tidak benar-benar tahu apa yang pernah atau tengah dialami oleh Nadira ataupun Starky.

*******

Gengs, maaf ya aku slow update karena selain kemarin2 sibuk lebaran, aku jg baru sembuh 😢
Jadi maaf yaa kalau masih ada kesalahan penulisan karena ini ngeditnya semampunya aja.
Info tambahan~~
Aku nambahin satu lagi special chapter Three Years di KaryaKarsa.
Tapi gak wajib dibaca kok karena itu hanya kisah2 ringan tentang masa remaja Shane. Cuma untuk yg berminat aja
Tenkiyuu 🥰

Continue Reading

You'll Also Like

547K 1K 5
Kumpulan Cerita Pendek, penuh gairah yang akan menemani kalian semua. ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ
986K 47.8K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
82.9K 5.1K 10
Rank: #5 in Exhusband Gemilang Indiana Aditya atau yang sering dipanggil Gemi seringkali agak menyesali keputusannya melamar kerja di perusahaan te...
25.9K 730 10
"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira...