Three Years

Από skyspeare

642K 63.6K 3.5K

Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putr... Περισσότερα

1. Nadira
2. Disenchanted
3. Scars
4. Mimosa Pudica
5. Nightmare
6. Crumble
7. Ipomoea Batatas
8. Sunflower
9. Motion Sickness
10. Filosofi Ikan Bakar
11. Boundary
12. Airport
13. New Place
14. Shallow Talk
15. Pretty Boy Next Door
16. Another Rough Night
17. Orange Uniform
18. Mama's Knight
19. The Miraculous Shane
20. Home
21. Shaneflower
22. Circe
23. The Chronicles of Rhea
24. John Denver
26. 2 A.M
27. A Day with Papa
28. A Hug
29. Great Star
30. Uninvited Guest
31. I need you, Papa

25. Parent-things

15.6K 2K 61
Από skyspeare

Begitu Shane sudah kembali ke tempat duduknya, Rhea dan Starky juga kembali ke bangku yang tadi mereka duduki. Rhea masih syok, sedangkan Starky sudah mulai mencerna kejadian John Denver tadi.

Tiba-tiba Starky tertawa. Rhea menoleh untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar tertawa. Matanya melengkung seperti bulan sabit, deret gigi rapihnya terlihat dengan ciri khas taringnya yang sedikit lebih panjang dibanding gigi lainnya. Senyuman yang dia turunkan pada Shane.

"Bisa-bisanya lo ngakak," ucap Rhea.

Setelah tawanya reda, Starky berbicara. "Di luar dari lagunya gak cocok untuk anak TK, aku cuma ngerasa lucu aja. Ini pertama kalinya aku dengar Shane nyanyi. Kayaknya sekarang Country Roads bakal ada di list teratas playlistku."

Rhea menangkupkan wajah pada kedua tangannya. "Harusnya gue lebih merhatiin dia," ucap Rhea.

"Kenapa, Rhe?" tanya Starky bingung.

"Lo dengar kan dia nyanyi lagu yang bukan untuk anak-anak? Gue harusnya lebih bisa dampingi dia, ngajarin dia tentang dunia anak-anak yang seharusnya. Gue selalu cari aman dengan gak banyak ngelarang dia, jarang negur dia karena gue pikir terlalu banyak larangan bisa bikin perkembangan dia terhambat."

"Kamu lagi nyalahin diri kamu sendiri?" tanya Starky.

Rhea menunduk. Rasanya lebih nyaman memandang sepatunya dibandingkan harus menatap mata Starky.

"Rhe, kamu ibu yang baik. Aku selalu kagum dengan cara kamu menghadapi Shane. Hanya saja anak kita itu agak... spesial."

Rhea mengangkat pandangannya. Dia tidak mengerti dengan arti spesial yang dimaksud Starky. "Spesial?"

"Kamu lihat gak ciri-ciri yang ada di Shane itu mendekati ciri-ciri anak gifted."

"Maksudnya, semacam orang-orang ber-IQ tinggi?"

Starky mengangguk. "Ya ini hanya dugaan karena Shane belum pernah melalui tes. Nanti kalau dia udah agak besaran kita ikutin dia tes Mensa."

"Gue khawatir gue gak mampu ngimbangin Shane."

"Kamu bisa. Kamu yang mengandung dan ngelahirin dia. Kamu yang paling bisa menangani dia."

Rhea menghembuskan nafas. "Kalau lo mau balik duluan, balik aja. Gue mau nungguin Shane sampai pulang," ucapnya.

"Aku juga ikut nunggu aja sampai Shane pulang."

Setelahnya, mereka tidak lagi terlibat dalam percakapan. Rhea sibuk memperhatikan Shane terutama saat jam istirahat tiba dan putranya itu sama sekali tidak bergabung dengan teman-temannya di luar kelas. Untunglah ada satu anak laki-laki dan satu anak perempuan yang mendekati Shane. Sepertinya mereka penasaran dengan buku yang dibaca Shane. Akhirnya mereka duduk di hadapan Shane dan Shane membacakan buku itu untuk mereka.

Rhea terus memandangi Shane melalui jendela sampai waktu pulang. Ia berdiri begitu melihat kelas Shane sudah selesai berdo'a. Saat semua anak-anak sudah keluar dari kelas, Bu Bilqis tampak berbicara sebentar pada Shane kemudian dia mempersilahkan Shane untuk keluar kelas.

"Shane!" seru Rhea memanggil. Dia seakan lupa akan kehadiran Starky dan melengos begitu saja menghampiri Shane. "Tadi kamu keren banget!"

Mata Shane membulat, dia tidak menyangka ternyata Mama dan Papanya ada di sini menyaksikan dia saat bernyanyi tadi. Anak itu tidak bergeming sampai Rhea tiba-tiba memeluk dan mengangkat tubuh Shane.

"Mama gak marah?" tanya Shane.

Rhea menggeleng. "Enggak dong. Masa Mama marah kalau anaknya berani tampil, nyanyinya keren lagi."

Shane tertunduk, tidak berani menatap Mamanya. Tiba-tiba dia merasa seseorang melepaskan tas ranselnya. Itu Papanya yang kini menyampirkan ransel mungil itu di salah satu bahunya.

"Shane keren banget," puji Starky.

"Tadi Bu Guru ngomong apa, Nak?" tanya Rhea.

"Bu Guru bilang besok kita belajar lagu Kasih Ibu, terus aku yang disuruh pimpin teman-teman bernyanyi," jawab Shane.

"Wih! Anak Mama disuruh pimpin teman bernyanyi. Nanti pulang kita belajar lagu Kasih Ibu ya."

Shane mengernyitkan kening. "Kenapa harus Kasih Ibu? Harusnya kan Kasih Mama."

Starky terkekeh mendengar pertanyaan putranya. "Ibu itu sama aja kayak Mama. Ada orang yang manggil Ibu, ada juga yang manggil Mama kayak Shane."

"Ma, lagu yang tadi jelek ya?" tanya Shane kemudian.

"Enggak, kok. Lagunya bagus," jawab Rhea.

"Tapi temen-temen pada diam," ucap Shane pelan.

Rhea menurunkan Shane dari gendongannya, mengacak gemas rambut Shane. "Itu karena temen-temen gak ngerti lagunya. Biar temen-temen ikut nyanyi, lain kali Shane pilih lagu anak-anak ya."

Shane mengangguk. "Iya, Mama."

"Nah." Starky memberikan tas Shane pada Rhea. Dia kemudian mengangkat tubuh Shane tinggi-tinggi dan menggerakkannya kesana kemari dengan mudah. "Hari ini pulangnya Papa gendong ya."

"Papa gak capek emang?"

"Enggak, dong." Starky menurunkan Shane lalu berjongkok di hadapan anak itu. "Yuk, naik."

Shane melirik Mamanya sesaat dan ketika Mamanya mengangguk, Shane naik ke ke punggung Papanya. Starky langsung berdiri begitu yakin kalau Shane sudah dalam posisi aman. Sepertinya kekesalan Shane terhadap Papanya sudah benar-benar menguap.

Saat keluar dari gerbang sekolah, terlihat ada Banyu sedang berdiri di depan pagar dengan sebuah kantongan di sebelah tangannya. "Loh? Banyu?" tegur Rhea.

Banyu yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya langsung mengangkat wajahnya. "Oh? Kalian udah datang?"

"Lo ngapain di sini?" tanya Rhea.

Banyu menunjuk Shane yang sedang digendong Starky. "Gue kebetulan lewat sini habis dari nyari sarapan. Gue kira lo lagi sibuk di salon jadi gue sekalian nungguin Shane pulang."

"Thanks berat lho. Tapi tadi gue nungguin Shane soalnya mau lihat dia nyanyi."

"Nyanyi apa tadi, Shane?" tanya Banyu pada Shane.

"Lagunya John Denver yang Take Me Home, Country Road tapi besok aku mau nyanyi Kasih Ibu," jawab Shane.

Banyu menatap Shane kagum. "Keren banget lagunya, Shane. Tapi emangnya itu lagu anak-anak?"

Shane menggedikkan bahunya. "Yang kepikiran cuma lagu itu."

"Yuk sambil jalan," ajak Rhea.

Starky berjalan di depan sedangkan Banyu dan Rhea mengikuti dari belakang. Keduanya terlibat obrolan-obrolan kecil, terkadang Rhea dibuat kesal dengan segala kerandoman Banyu. Starky sendiri hanya jadi pendengar, menyimak percakapan antara Rhea dan Banyu.

"Memangnya benar ya, kata Tante Rana, Om Banyu naksir Mama?" tanya Shane tiba-tiba.

Rhea sontak mendelik. "Shane," tegurnya.

Sepertinya Rhea harus mengadakan rapat Bersama para karyawannya nanti untuk memberitahu mereka jangan ada yang asal ngomong di hadapan Shane. Meskipun Shane terlihat tidak menyimak, tapi dia mendengarkan dan mampu mengingat dengan baik.

Drrt drrt

Rhea mengeluarkan ponsel dari sakunya. Sebuah nomor tak dikenal memanggil. Karena di sini ada Banyu dan Starky, Rhea memutuskan untuk mengangkat telepon itu. Biasanya Rhea tidak akan mengangat panggilan dari nomor tidak dikenal kecuali sebelumnya orang itu sudah memperkenalkan diri melalui chat. Tapi kali ini kan dia sedang tidak sendiri. Kalau tiba-tiba dia dihipnotis, Starky maupun Banyu pasti akan menyadarkannya, pikir Rhea dramatis.

"Halo?"

"Halo Mbak Rhea. Ini saya Bu Nani. Ingat gak?"

"Oh! Bu Nani! Ya inget dong, Bu. Ada apa, Bu Nani?"

Bu Nani merupakan istri pejabat yang merupakan langganan Rhea saat dia masih bekerja sebagai MUA freelance di Jakarta dulu. Setelah pindah ke Makassar, tentu Bu Nani tidak bisa memakai jasa Rhea lagi.

"Ini lho, Mbak. Anak saya si Hegi. Inget kan? Yang dulu masih kuliah itu."

"Iya, Bu. Kayaknya sekarang Hegi udah lulus ya?"

"Bener, Mbak. Udah lulus dua tahun lalu. Sekarang ini udah dilamar sama pacarnya. Akad dan resepsinya lusa, tapi MUA yang sudah saya pesan sejak bulan lalu malah kecelakaan tadi pagi. Tangannya cedera padahal kan tangan itu salah satu nyawanya MUA ya, Mbak. Nah kalau bisa, saya minta bantuan Mbak Rhea dong untuk makeup-in Hegi."

"Lusa ya, Bu? Akadnya jam berapa?"

"Jam tujuh, Mbak. Saya minta tolong banget lho ini. Kalau saya tau Mbak Rhea udah balik Jakarta mah saya book ke Mbak Rhea aja. Ini saya baru dikasi tau sama Jeng Ratih."

"Gak apa-apa, Bu. Saya juga baru sebulanan di Jakarta."

"Jadi gimana, Mbak? Mau dong ya?"

Rhea terdiam sejenak. Dia tidak mungkin berpikir lama-lama karena waktu sudah mepet. Kasihan juga Bu Nani. Makeup pengantin dicari H-2 begini pasti susah carinya.

Tapi kalau Rhea menerima job itu sementara Bi Yani belum datang, siapa yang akan menjaga Shane juga mengantar jemput Shane di sekolah?

"Mbak?"

"Eh i-iya, Bu. Saya bisa kok."

Terdengar helaan nafas lega dari Bu Nani. "Syukurlah. Saya udah mumet banget ini. Banyak sih MUA, tapi yang paling saya percaya hasil kerjanya kan Mbak Rhea."

Rhea tertawa kecil. "Ibu bisa aja. Ya udah, Bu. Nanti tanya aja sama Hegi mau look makeup yang kayak gimana."

"Iya, Mbak. Saya tutup, ya."

Rhea mengantongi ponselnya. Banyu ternyata sudah memperhatikan dia sejak tadi. Shane-pun ikut berbalik ke arah Mamanya.

"Dapet booking-an wedding makeup lusa. Subuh pula," ujar Rhea.

"Ya bagus dong. Rejeki itu," sahut Banyu. "Terus kenapa lo lemes gitu kayak ayam sakit?"

Rhea menyempatkan diri mendorong bahu Banyu sebelum berbicara. "Gue harus stay di sana sampai resepsi kelar dong."

"Oh, iya. Gak mungkin kan Shane ikut," gumam Banyu. "Titip di gue aja."

"Ya kali. Lo kan sibuk. Shane juga harus diantar jemput sekolah."

"Makanya aku gak usah sekolah aja, Ma," celetuk Shane yang makin membuat Rhea pusing.

"Gak akan Mama biarkan kamu gak sekolah," balas Rhea.

"Shane biar sama aku aja." Untuk pertama kalinya Starky bersuara.

"Kamu kan kerja?"

Starky berdehem. "Sebenarnya lusa itu hari Sabtu. Aku libur dan bisa nungguin Shane di sekolah. Sabtu jadwalnya cuma senam kan, Shane?"

Rhea menepuk jidatnya. Dia bahkan lupa kalau sekarang ini hari Kamis.

"Besok malam aku jemput Shane. Dia nginap sama aku gak apa-apa kan?" tanya Starky memastikan.

"Sebenarnya sih gak apa-apa," jawab Rhea terdengar ragu.

"Mama takut tidur sendiri, Pa," sahut Shane.

Sontak, Banyu tertawa mengejek. "Hantu aja takut padahal sama Mama Shane. Lebih galak sih."

"Kamu kan perginya subuh. Biar malemnya bisa fokus siapin barang bawaan."

Ada benarnya juga Starky. Kalau Rhea pergi subuh, merepotkan banget kalau Starky harus menjemput Shane subuh-subuh. Pasti Shane juga masih tidur.

"Oke deh. Thanks ya, Star."

"Anytime. Itu tugas aku juga."

Entah hanya perasaan Rhea atau bukan, tapi kelihatannya mood Starky berubah. Padahal biasanya suasana hati Starky selalu stabil, atau lebih tepatnya dia pandai menetralkan sikap terlepas dari bagaimana moodnya. Barusan, nada bicara Starky terdengar lebih kaku dan lebih irit bicara. Rhea tidak bisa memastikan karena dia tidak bisa melihat raut pria itu. Mungkin hanya perasaannya saja, pikir Rhea.

Συνέχεια Ανάγνωσης

Θα σας αρέσει επίσης

25.9K 730 10
"Nggak ada perempuan yang baik yang mau sama pasangan orang!" Teriak Keira menatap sengit ke arah Bagas. "Kei!" Teriak Bagas membalas teriakan Keira...
983K 47.6K 37
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
11.4K 1.2K 43
[WARNING!! TYPO BERTEBARAN! JANGAN SALAH LAPAK, INI LAPAK BXB. YANG GAK SUKA SILAHKAN SKIP. TERIMA KASIH.] *** "Jalanin bareng-bareng ya?" "Apanya?" ...
168K 7.2K 30
Kehidupan rumah tangga Verlita dan Randy yang tadinya tenang, seketika berubah saat sosok Asti hadir di antara mereka. Alasan Verlita tidak bisa memb...