Three Years

By skyspeare

639K 63.5K 3.5K

Pernikahan Rhea dan Starky hanya berlangsung selama tiga tahun. Meskipun mereka telah dikaruniai seorang putr... More

1. Nadira
2. Disenchanted
3. Scars
4. Mimosa Pudica
5. Nightmare
6. Crumble
7. Ipomoea Batatas
8. Sunflower
9. Motion Sickness
10. Filosofi Ikan Bakar
11. Boundary
12. Airport
13. New Place
14. Shallow Talk
15. Pretty Boy Next Door
16. Another Rough Night
17. Orange Uniform
18. Mama's Knight
19. The Miraculous Shane
20. Home
21. Shaneflower
22. Circe
23. The Chronicles of Rhea
25. Parent-things
26. 2 A.M
27. A Day with Papa
28. A Hug
29. Great Star
30. Uninvited Guest
31. I need you, Papa

24. John Denver

15.3K 1.9K 82
By skyspeare

From: Ibu Guru Bilqis
Selamat siang, Bu Altrhea. Saya ingin menginformasikan bahwa ananda Shane  akan tampil membacakan puisi di ulang tahun sekolah minggu depan. Puisinya sudah disiapkan oleh pihak sekolah. Karena waktu di sekolah cukup terbatas, saya memohon bimbingan tambahan dari Ibu di rumah, ya. Terima kasih atas kerjasamanya.

"Shane, kamu kok nggak bilang kalau mau tampil baca puisi?" tanya Rhea.

Shane yang sedang sibuk merakit Lego pemberian Banyu--Rhea baru memperbolehkan Shane melanjutkan rakitannya hari ini--langsung merengut tak suka. Padahal Shane sudah berusaha menyembunyikan hal itu dari Mamanya, tapi ujung-ujungnya tetap ketahuan.

"Aku gak mau latihan sama Mama," jawabnya.

"Emang kenapa? Gini-gini Mama dulu sering ikut lomba baca puisi pas acara tujuh belasan."

"Males. Mama ribet."

Rhea mencubit gemas pipi Shane. "Ribet gimana maksud kamu?"

"Pasti nanti dianeh-anehin. Aku udah belajar kok di sekolah. Lagian aku juga udah hafal puisinya."

Rhea mendengus sebal. Untung saja Bu Bilqis memberitahu Rhea, karena kalau tidak, Rhea yakin Shane pasti tidak akan memberitahu dia bahkan sampai pentas itu selesai.

"Mana coba teks puisinya?" tanya Rhea.

Shane tahu kalau Mamanya tidak dituruti, pasti Mamanya tidak akan berhenti mengoceh. Jadilah dia terpaksa menunjuk ke arah tas ranselnya.

Rhea segera membuka ransel Shane dan mendapati selembar kertas berisi teks puisi. Kertas itu bahkan masih sangat rapi, tidak lecek sedikitpun. Harusnya kalau sudah dibaca, kertanya tidak akan sehalus ini.

"Kertasnya masih rapih gini pasti belum pernah dipakai latihan," tuduh Rhea.

Shane mengalihkan konsentrasinya dari Lego dan menatap Rhea datar. "Ma, aku kan tadi udah bilang kalau aku udah hafal."

Rhea mengerutkan kening. Puisi ini terdiri dari beberapa baris. Masa iya Shane sudah hafal?

"Coba kalau gitu kamu bacain puisinya," tantang Rhea.

"Males ah. Aku lagi nyusun Lego nih."

"Berarti kamu bohong."

"Aku gak pernah bohong kecuali yang Mama suruh bohong ke Papa waktu itu."

Rhea langsung meringis. Shane susah untuk ditaklukkan.

"Kalau gitu ayo dong coba baca," bujuk Rhea lagi.

Shane berdecak. Dia meletakkan kepingan Lego. "Dikit aja tapi ya."

"Iya."

"Taman bungaku, kau begitu cantik, kau begitu indah. Memandangmu sepulang sekolah, melepas penatku. Sirna sudah sedihku, tergantikan bahagia sebab taman yang cantik. Udah."

Rhea menganga. Kalau bukan karena lariknya yang terdengar seperti puisi, Rhea pasti menyangka kalau yang barusan diucapkan Shane adalah teks koran. Bisa-bisanya dia membaca puisi seperti itu.

"Shane kan udah belajar di sekolah. Masa kayak gitu?" tanya Rhea tak yakin.

"Gak gitu tapi aku males pakai ekspresi."

Rhea menghela nafas. Dia meletakkan kembali kertas berisi puisi itu. Yang penting dia tahu kalau Shane betulan hafal. Kurang penghayatan dan ekspresi saja. Mudah-mudahan dia bersungguh-sungguh latihan di sekolah.

"Besok belajar apa?" tanya Rhea.

"Apa lagi kalau bukan nyanyi-nyanyi dan bercerita," jawab Shane tak tertarik.

"Kamu pernah tampil nyanyi di depan kelas gak?"

"Besok giliranku."

Rhea menatap Shane penuh semangat. "Mau nyanyi lagu apa?"

Shane menggedikkan bahu. "Gak tau."

"Latihan sama Mama yuk?"

"Gak mau, Ma. Biarin aku selesaikan ini dulu."

Rhea langsung duduk menjauh. Sepertinya Shane mulai kesal. Sebuah ide tiba-tiba muncul di kepalanya. Kalau Shane tidak mau bernyanyi di depan Rhea--yang mana memang tidak pernah sama sekali dilakukan oleh Shane-- maka Rhea sendiri yang akan datang ke TK besok untuk melihat Shane bernyanyi.

***

Rhea menitipkan salon pada Rana sebelum mengantar Shane ke sekolah. Rhea berencana untuk menunggui Shane di sekolah agar bisa melihat anak itu menyanyi meskipun hanya dari luar jendela. Setidaknya Rhea mau melihat anaknya tampil.

Meskipun mobil Rhea sudah tiba beberapa hari yang lalu, tapi Shane mulai terbiasa jalan kaki ke sekolah dan dia lebih suka berjalan kaki dibandingkan naik mobil. Rhea sih tidak masalah mengantar Shane dengan berjalan kaki setiap pagi hitung-hitung olahraga.

Seharusnya mengantar jemput Shane adalah tugas Bi Yani, tapi wanita paruh baya itu menghubungi Rhea minggu lalu, menginformasikan kalau kedatangannya ke Jakarta harus diundur karena putrinya mengalami baby blues. Rhea sangat prihatin ketika mengetahui hal itu. Tentu saja dia memperbolehkan Bi Yani untuk mengurus anak dan cucunya terlebih dahulu. Toh juga Rhea tidak begitu sibuk karena karyawannya selalu membantu. Panggilan private make up juga belum begitu ramai sehingga dia masih sempat mengurusi Shane sepenuhnya.

"Mama Shane."

Rhea dan Shane kompak menoleh. Mereka baru sampai di depan ruko Banyu ketika Starky memanggil mereka. Pria itu baru saja turun dari mobilnya yang terparkir di depan salon.

"Kamu ngapain?" tanya Rhea heran.

"Aku mau ikut nganter Shane ke sekolah," jawab Starky. Dia memperhatikan Shane yang masih membuang muka.

Sudah hampir tiga minggu semenjak kejadian Nadira datang ke salon dan Shane masih belum benar-benar mau berbicara pada Papanya. Setiap kali Starky mengajak Shane untuk menengok bunga mataharinya, anak itu pasti menolak dengan berbagai alasan.

"Kami jalan kaki," ucap Rhea.

Starky mengangguk. "Gak pa-pa. Aku ikut jalan bareng kalian."

"Ayo, Ma. Ntar telat."

Shane berjalan duluan di depan. Rhea dan Starky saling tatap sejenak sebelum akhirnya berjalan di belakang putra mereka.

Sepanjang jalan sampai di TK, Shane sama sekali tidak berbicara. Starky dibuat kewalahan menghadapi kemarahan Shane.

Bukannya Rhea tidak pernah membujuk Shane dan mencoba memberi pengertian, tapi anak itu benar-benar tidak mau terima dengan semua penjelasan yang dia dapatkan. Dia bilang kalau kali ini dia tidak serius marah, Papanya akan kembali membiarkan Nadira muncul di hadapan mereka.

"Selamat belajar, anak Mama." Rhea mengecup kening Shane begitu mereka tiba di halaman sekolah.

Starky ikut mengecup pipi Shane yang untungnya tidak ditolak oleh bocah itu. Barangkali dia juga merindukan Papanya, tapi gengsi saja karena masih ingin ngambek.

"Pulang sekarang?" tanya Starky.

"Lo duluan aja. Gue mau lihat Shane nyanyi," jawab Rhea sambil berjalan ke arah bangku yang terletak di samping jendela kelas Shane. Para ibu-ibu lain ternyata sedang berkumpul di situ juga.

"Aku juga ikut deh," ucap Starky sambil berusaha mengejar langkah Rhea.

"Gak kerja?"

"Ntar aja abis dari sini. Nanti ganti waktu dengan lembur."

Rhea mencibir. "Enak ya sekarang udah bisa ngaret."

"Aku gak pernah ngaret kok kecuali untuk Shane, itupun gak sering dan selalu aku gantiin dengan nambah jam kerja," jelas Starky.

Kalau Rhea tidak salah, mungkin sekarang Starky sudah menduduki posisi sebagai Manajer IT di perusahaannya. Sejak dulu, karir Starky selalu cemerlang karena selain memang menguasai bidangnya, Starky selalu sepenuh hati dalam bekerja.

"Mama dan Papanya Shane ya?" tanya seorang ibu dari perkumpulan ibu-ibu yang duduk tak jauh dari mereka.

"Iya, Bu," jawab Rhea dan Starky hampir bersamaan.

"Tumben nungguin Shane. Sekalinya nungguin, berdua pula. Romantis ya," komentar ibu yang lain.

Sepertinya para ibu-ibu ini tidak tahu kalau Starky dan Rhea sudah bercerai. Meski begitu, tidak baik rasanya kalau Rhea harus memberitahukan pada mereka perihal kegagalan rumah tangganya saat ini juga, terlebih lagi mereka tidak begitu saling kenal.

Rhea tersenyum sopan. "Mau lihat Shane nyanyi soalnya."

"Oh, iya. Hari ini giliran Shane," sahut ibu yang lain lagi.

"Shane itu cerdas banget ya, Bun. Udah lancar calistung. Kenapa gak langsung dimasukin SD aja, Bun?"

"Umurnya masih lima tahun, Bu. Gak pa-pa TK dulu biar membiasakan diri dulu sama lingkungan sekolahan," jawab Rhea.

"Tapi Shane gak pernah main ya, Bu. Tiap hari duduk di kelas baca buku cerita sampai kadang nguap-nguap saya perhatikan."

Rhea dan Starky saling pandang seketika. Mereka tentu sudah bisa menebak kalau Shane tidak akan tertarik dengan mainan-mainan ini, namun mereka hanya tidak menyangka kalau Shane memang sebosan itu di TK.

Salah seorang ibu-ibu mengebaskan tangannya. "Yo ndak semua anak kan sama. Siapa tau Shane memang hobbynya baca buku."

Rhea hanya tersenyum formal, begitupun dengan Starky. Untunglah ibu-ibu itu kembali membahas yang lain. Tentang ketidak terimaan mereka atas putusnya Fuji dan Thoriq.

Rhea tidak mengikuti berita selebritis, tapi setahunya kedua orang itu sudah putus sejak lama karena beritanya terus muncul di beranda media sosial Rhea. Mereka yang putus, tapi ibu-ibu ini yang gagal move on.

"Eh itu Shane udah maju, Mama Shane."

Rhea menoleh ke arah jendela. Benar. Shane sudah berdiri di depan kelas. Rhea dan Starky segera berdiri dan mendekati jendela agar bisa mendengar suara Shane bernyanyi.

"Wih tinggi bener ya Mama dan Papanya Shane. Aku baru perhatiin dari dekat eh."

Setelah membahas kelahiran anak kedua Aurel, kini mereka melanjutkan dengan topik tinggi badan yang diawali karena komentar tentang tinggi badan Rhea dan Starky tadi. Salah seorang ibu-ibu menjadi pembicara membagikan tips agar anak bisa tumbuh tinggi.

Rhea dan Starky tidak dengar lagi apa yang dibicarakan oleh ibu-ibu itu karena Bu Bilqis sudah mempersilahkan Shane untuk bernyanyi. Teman-temannya juga sudah memusatkan perhatian pada Shane.

Shane terlihat sedang berpikir sejenak kemudian mulai membuka mulut. "Almost Heaven, West Virginia..."

Starky dan Rhea menganga. Dari semua lagu yang ada, dan dari banyaknya lagu anak kecil yang sering Rhea ajarkan pada Shane. Kenapa anak itu malah memilih lagu John Denver?

Oh, terima kasih pada Adel yang selalu menularkan selera lagunya pada Shane tiap mereka bertemu. Meski jarang bertemu, tapi Shane mampu mengingat semua lagu favorit tantenya itu.

"... Take me home, country road."

Semua orang terdiam. Bu Bilqis bahkan tercengang. Dia belum bisa berbicara satu katapun sampai tiba-tiba Shane kembali ke tempat duduknya dan duduk dengan tenang seperti tidak terjadi apa-apa.

***

Untuk pembaca yang minat membaca Three Years di Karyakarsa, aku sarankan untuk membaca dari chapter 20 ya karena ada beberapa part yang berbeda antara versi wattpad dan karkas. Beberapa chapter yg gak mempengaruhi alur gak aku publish di wattpad.
Contohnya sebelum chapter ini ada chapter berjudul Family-Talk. Dan setelah chapter Shaneflower, ada chapter yang berjudul Confession.
Sankyuu

Continue Reading

You'll Also Like

1.2K 159 8
"Anak tidak bisa memilih siapa orang tuanya." Zaleya Kareena
LARA KIRANA ✔ By Ry

General Fiction

289K 20.1K 17
Seorang gadis dengan masa lalu kelam. Tidak cukup nasib masa lalunya penuh dengan air mata. Takdir masa depan pun seolah ikut bersekutu menancapkan l...
168K 7.2K 30
Kehidupan rumah tangga Verlita dan Randy yang tadinya tenang, seketika berubah saat sosok Asti hadir di antara mereka. Alasan Verlita tidak bisa memb...
12.1K 1.3K 12
Badan gue gendut! Udah sih intinya itu aja. Ileen seorang UI designer yang bekerja di suatu perusahaan bertemu dengan mantan crushnya saat sekolah du...