DELACEY & HER GUARDIAN

By sangrupawan

102K 10K 22K

❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna tast... More

⋆༺ PROLOGUE ༻⋆
⋆༺ 01 - STRANGERS?
⋆༺ 02 - BODYGUARD
⋆༺ 03 - D FOR DIRTY
⋆༺ 04 - HOME FUCKING WORK
⋆༺ 05 - BETTER THAN HIM
⋆༺ 06 - ON A DATE?
⋆༺ 08 - HELL
⋆༺ 09 - F'CK HIM
⋆༺ 10 - BEFORE PARTY
⋆༺ 11 - HALLOWEEN PARTY
⋆༺ 12 - BROKE UP
⋆༺ 13 - NIGHTMARE
⋆༺ 14 - FLASHBACK
⋆༺ 15 - BLACK TULIPS
⋆༺ 16 - NASTY
⋆༺ 17 - I LOVE KISSES!
⋆༺ 18 - PUNISHMENT AND FIGHTING
⋆༺ 19 - DELACEY VS SAKURA
⋆༺ 20 - MY HEART BELONGS TO YOU
⋆༺ 21 - WISHLIST
⋆༺ 22 - THE AMUSEMENT PARK & BEACH
⋆༺ 23 - TRIP TO HELL
⋆༺ 24 - BURIAL

⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE

3.9K 374 1K
By sangrupawan

siders, single abadi hehe.

don't forget to vote and comment, baby. happy reading, hope y'all enjoy <3
400 vote 1k comment, langsung next ^^
________________________________

"Apa yang sebenarnya lo lakukan?"

Sejak hidangan lezat menggiurkan tiba di atas meja berpola mosaik elegan, Delacey sama sekali tidak melenyapkan raut wajah juteknya saat memerhatikan lelaki dengan kaos polo hitam dari Giordano terpasang sempurna di badannya, terlihat sangat tenang menikmati wine dari gelas kaca mewah di genggaman lelaki itu.

Seharusnya yang duduk di hadapannya adalah Oscar, bukan lelaki dengan seringai menyebalkan itu. Restoran mewah bintang lima di lantai paling atas—dengan dinding kaca menampilkan pemandangan ratusan menara pencakar langit yang sangat indah—adalah tempat keberadaan dua insan yang memasang ekspresi saling bertolak belakang. Delacey dengan wajah sinisnya, Jeaven dengan wajah persuasif menggoda.

"Apa lagi?" Jeaven meletakkan gelas kaca itu ke meja terpajang lilin dan bunga segar. "Tentu saja makan malam dengan lo, Nona. Sebuah kehormatan."

Delacey tertegun.

Menyadari suasana yang terjadi sekarang. Mereka ada di dalam restoran berkualitas tinggi, menikmati makanan fancy seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan.

Dulu, Delacey sangat mengharapkan ini kepada Jeaven. Gadis itu masih teringat ia pernah merengek ingin dinner bersama cowok dingin itu. Kali ini, ia tidak meminta atau menginginkan, namun justru terjadi begitu saja. Seperti sebuah lelucon.

Jeaven memotong daging steak, sesekali menatap Delacey yang sama sekali tidak menyentuh makanannya dan lebih memilih memerhatikan Jeaven sengit hingga laki-laki itu terkekeh, "Kalau lo terus natap gue, gue bisa salah tingkah. Makan. Lo belum makan apapun daritadi."

"Gak nafsu."

Mengernyit heran adalah reaksi Delacey ketika Jeaven tiba-tiba beranjak bangun dari kursi beserta makanan di tangannya. Hal yang lebih membuat Delacey terkejut yaitu saat Jeaven sudah mendaratkan bokong di kursi sebelahnya. Merapatkan diri dengan cewek di sebelahnya.

"Ngapain lo duduk di sini?" protes Delacey. "Bloody hell. You know what lo itu literally kayak benalu beneran. Nempel terus dan  merugikan. Move away, Jerk."

"Gue gak bisa duduk berhadapan sama lo saat makan," jelas Jeaven.

"Kenapa?"

Sebelum menyahut ucapan Delacey, sedetik Jeaven mengarahkan kepala ke belakang, memerhatikan sosok yang duduk paling pojok yang seketika menunduk ketika tatapan maut ditampilkan oleh mata elang Jeaven. Rahang cowok itu mengetat begitu pun dengan ototnya yang mengeras.

Sosok itu masih mengikuti mereka.

Kemudian kembali mengarahkan perhatian kepada Delacey, "Gue merasa lebih nyaman kayak gini, duduk sebelahan."

Delacey berdecih. "Dulu justru lo yang paling sering ngusir gue kalau gue duduk di samping lo. Lo bilang gak nyaman kalau makan duduk sebelahan sama orang. But right now... fuck the past. Nevermind."

Jeaven tersenyum kecil.

Alih-alih menyantap makanan, Delacey justru kembali memerhatikan Jeaven intens. Mulai dari pakaian, sepatu, hingga arloji mahal yang terpasang di pergelangan kiri tangan kekar Jeaven. Semuanya barang branded dan asli. Delacey berdecak, "Lo gak keliatan kayak orang yang lagi butuh duit."

"Ya?" Jeaven mengerutkan dahi, berhenti memotong daging yang sebenarnya ia lakukan untuk Delacey.

"Lo gak keliatan kayak orang yang lagi butuh duit," ulangnya. "Lo keliatannya bukan orang yang kekurangan biaya hidup sampai harus kerja sama Bokap buat jadi bodyguard gue. Bahkan lo bilang... lo baru balik dari Amerika Serikat 'kan?" komentar Delacey heran. "Makanya gue nanya tadi, apa yang sebenarnya lo lakukan."

Jeaven mendesah tipis. "Dari awal gue gak pernah bilang kalau gue melakukan ini karena butuh uang 'kan?"

"Kalau lo kerja bukan karena butuh uang, terus apa alasan lo lakuin ini semua, Jev?"Intonasi Delacey kembali sinikal, begitu pun dengan mata ularnya sinis. "Why are you wasting your time to be my bodyguard?"

Bibir Jeaven tertutup rapat ketika pertanyaan itu terlontar dari bibir Delacey.

Delacey terkekeh sumbang. "I see. Because you feel bad for me? Lo ngerasa bersalah udah ninggalin gue when I was at my lowest point. Lo ngerasa bersalah, makanya lo mau tebus dengan sok jadi pahlawan jagain gue dan bikin gue kayak dulu lagi dengan menjadi sebagai bodyguard. Am I right, Jeaven?"

Jeaven masih memutuskan diam sampai Delacey tertawa palsu dan berekspresi datar pada detik selanjutnya. "Berhenti. Gue mau lo berhenti melakukan ini kalau emang dengan alasan itu. Gue gak pengen tebusan dari rasa bersalah lo, totally don't want to. Gue gak menginginkan lo lagi, Jeaven. So, you better stop now. Cause I'm done with you."

"Maybe you don't want me again." Jeaven menghela napas tipis, "But you need me."

"I'm not."

"You are," lawan Jeaven lagi. "Dan gue ada di sini, detik ini, sama lo bukan karena gue mau nebus rasa bersalah. Gue ada di sini karena gue..." Jeaven terbungkam kembali.

Seolah kesulitan untuk melanjutkan kalimatnya.

"Apa? Karena apa?"

"Melindungi lo."

Spontan Delacey tertawa. Merotasikan kelereng mata. "Lo pikir lo Dewa penjaga?  Mau melindungi gue dari apa? Dari siapa?"

Jeaven bergeming.

Delacey mendengus keras. "Sudahlah, Jeaven. Berhenti. Jangan buang-buang waktu lo buat ini. Lo gak perlu lindungin gue dari apapun atau ngatur-ngatur gue lagi. Enough."

Usai berkata demikian, Delacey beranjak bangun. Hendak pergi. Tetapi tangan besar Jeaven untuk kesekian kalinya berhasil menahan pergelangan tangan mungil Delacey hingga mencegat langkahnya.

"Gue gak bakal berhenti sekalipun lo minta, Lady Delly."

"..."

"Gue udah janji bakal melindungi lo."

Delacey hanya terdiam.

"Sekalipun gue harus mati."

Delacey terpaku. Mengembuskan berat napasnya, memutarbalik tubuh kemudian menatap Jeaven. "Lo... kebanyakan nonton drama? Just answer my question, melindungi gue dari apa?" Tepat ketika Delacey berkata demikian, perutnya tiba-tiba berbunyi.

"Melindungi lo dari kelaparan misalnya,"kekeh Jeaven

Delacey menatap potongan steak. "Gak nafsu makan daging sapi. Gak empuk."

Jeaven tersenyum nakal. "Kalau gitu, mau nyoba daging lain yang lebih empuk?"

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Dengan perasaan jengkel, perempuan yang memakai piyama tidur biru melemparkan tubuhnya ke ranjang empuk. Delacey lalu mendesahberat sembari memandang langit-langit kamar. Euforia dalam dirinya tadi berakhir dengan kekecewaan. Lagi-lagi Oscar mengecewakannya.

Namun entah mengapa rasa kecewa yang ia miliki tidak terlalu penuh, karena sedikit ada rasa yang sulit Delacey mendefinisikan untuk ia sebut dengan apa.

Tidak percuma. Mungkin kata itu yang cocok sebab setidaknya effort untuk make up serta memilih pakaian untuk fancy dinner tidak sia-sia karena itu tetap terlaksanakan. Meskipun bukan dengan Oscar, melainkan dengan bodyguard menyebalkannya.

Jika seandainya itu dulu, mungkin Delacey sudah akan senang setengah mati karena bisa makan malam dengan Jeaven. Tetapi keadaan berbeda sekarang. Jeaven bukan lagi sosok yang ia cintai.

Benar 'kan? Oh. Astaga. Mengapa ia ragu akan hal tersebut. Tentu saja ia tidak akan mencintai Jeaven lagi! Tidak akan.

Ting!

Delacey segera memeriksa ponsel, berpikir itu Oscar. Tapi nyatanya bukan. Melainkan pesan dari nomor yang tidak dia kenal. Seharusnya Delacey tahu karena bunyi dari notifikasi itu bukan bunyi istimewa.

unknown: test

Nomor itu hanya mengirim satu pesan saja dengan satu kata tidak jelas pula.

Delacey memutar bola mata ke atas. Hanya membaca saja tanpa berniat membalasnya. Ia berpikir pasti ada orang iseng, cowok gabut yang berniat mendekatinya, atau semacamnya. Yang jelas tidak penting.

Sampai akhirnya nomor itu kembali mengirimkannya pesan.

uknown: kenapa diread aja?

Delacey sudah hendak memblokir nomor tersebut, tapi terbesit sedikit rasa penasaran sehingga ia membalasnya dengan ketikan singkat.

me: gausah sokab

unknown: ini gue

Delacey spontan terbatuk-batuk.

Tersentak karena cowok itu tiba-tiba mengirimkannya foto dengan atasan telanjang sehingga otot perutnya terpamerkan dengan jelas.

me: fuck ngapain lo ngirim foto

unknown: biar lo percaya ini gue

me: ya ga usah foto itu juga kali!
me: mau pamer badan? badan lo jelek!

unknown:

jelek? u sure?

Anjing nih cowok. Delacey mengumpat dalam hati.

me: ga usah ngirim foto lagi.

unknown: kenapa?
'turn on' ya?

Membaca pesan itu seketika membuat wajah Delacey memerah.

me: son of btch!
gue blok!
don't u dare.

Delacey mengabaikan pesan terakhir Jeaven dan langsung memblokir nomor tersebut. Wajahnya masih merah bak udang direbus lama. Gadis itu mengumpat kecil beberapa kali, tapi mata nakal Delacey justru sedikit mengintip foto kiriman Jeaven tadi.

"I hate him so bad, but dang it! He's freaking hot," gumamnya tanpa sadar.

"Bloody hell! The fuck! Sadarlah Delly! He's fucking jerk! fucking dick! More dick than Oscar!" gerutunya ketika kembali waras sambil mendengus kasar.

Sampai akhirnya pintunya diketuk oleh seseorang dari luar bersama suara berat milik Jeaven terdengar. "Lady Delly, buka blokirnya. Sekarang."

Delacey tidak menyahut. Pura-pura tertidur.

"Gue tau lo belum tidur, Nona kecil."

Delacey tetap tidak menjawab.

"Padahal baru sedetik lalu lo muji gue hot." 

Perkataan itu seketika memancing Delacey untuk bersuara bahkan berteriak, "GUE GAK ADA MUJI LO HOT ANJING!"

Jeaven terkekeh di balik pintu. "Kalau gitu, buka blokirnya."

"Gak mau!" ketus Delacey.

"Ada hal penting yang mau gue bilang."

"Apa?"

"Buka blokirnya. Baru lo bisa tau."

Delacey berdecak. "Gak akan mau. Bilang sekarang." Tapi tidak ada suara lagi setelah itu. "Jeaven!" Delacey beranjak dari kasur, membuka pintu kamar. Mendengus kesal karena cowok sialan itu sudah menghilang begitu saja tanpa menjawab pertanyaannya.

Delacey menutup kembali pintu kamar. Mau tidak mau karena rasa penasarannya, Delacey segera membuka blokir nomor Jeaven.

me: apa yg mau lo sampein?

Lima menit berlalu, tidak ada jawaban dari Jeaven.

"Dasar cowok aneh," umpatnya.

Sebelum menutup handphone, Delacey menyempatkan untuk menyimpan nomor cowok itu dengan memberikan nama kontak yang sesuai untuknya.

freak bodyguard

Sampai Delacey menyadari, ternyata sudah sangat lama ia tidak pernah kontakan lagi dengan Jeaven setelah hari itu.

Ketika Delacey hendak menutup ponsel, pesan masuk dari Jeaven menghalanginya.

freak bodyguard: good night

Delacey mendelik. Entah mengapa dua kata kiriman itu membuatnya sedikit berdebar.

Good night.

Jeaven baru saja mengirimkannya pesan selamat malam.

Berusaha untuk mengabaikan perasaan aneh itu, Delacey membalas pesan dengan raut wajah yang ia buat sinis.

me: ini yg lo maksud penting?

freak bodyguard: indeed, ini penting
freak bodyguard: karena lo ga dapetin goodnight text dari cowok lo kan?

me: dih

freak bodyguard: makanya biarin gue gantiin cowok itu malam ini

freak bodyguard: dan malam-malam selanjutnya

Delacey mematung ketika membaca pesan yang dikirimkan Jeaven untuknya.

freak bodyguard: Satu lagi, ada hal yang lupa gue sampein tadi.

me: apa?

Menunggu sekitar dua menit, akhirnya Jeaven membalas. Ternyata Jeaven tidak mengirimkannya pesan melainkan voice note. Dengan rasa penasaran tinggi, Delacey segera menekan tombol putar untuk gadis itu mendengarkan suara serak Jeaven yang terdengar semakin gagah melalui media itu.

Delacey tidak bisa merasakan napasnya. Ia hanya bisa merasakan jika taman perutnya sedang diserang ratusan kupu-kupu. Gadis itu tidak mengerti, mengapa debaran ini ia harus rasakan kembali. Dan ini salah.

"You're God's own creation, you take my breath away, Cutie Patootie."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

"Look. Tuh anak songong benar-benar jiplak lo, D. Kalung liontin butterfly mirip banget kayak yang lo pakai sekarang."

Delacey yang sedang menyantap spaghetti secara tidak nafsu, spontan mengalihkan perhatiannya ketika Agatha berkomentar menuju perempuan yang duduk di meja kafetaria paling ujung bersama temannya, Sakura. Delacey menatap dingin ke arah cewek tersebut, sementara Sakura justru melambaikan tangannya seperti gadis polos yang membuat Delacey otomatis berdecih.

"Labrak aja gimana?" ajak Larissa yang sedang mengecat kuku Agatha dengan semangat.

"Males," desah Delacey. "Lagian mau usaha kayak gimana pun niru gue, no one can't be Delacey Bellance Garciano. I'm the one."

"That's my girl," bangga Agatha.

Sampai perhatian Delacey bertemu dengan cewek nerd yang melintasinya. Cewek itu menatap Delacey cukup lama, membuat Delacey melempar tatapan jengkel. "Apa lo liat-liat? Go away," semprot Delacey galak.

Dibentak seperti itu, cewek itu langsung menunduk dan pergi menjauh.

"Kayaknya dia dendam deh sama lo, D," kekeh Larissa. "Waktu ini 'kan lo permaluin di depan umum karena dia udah ngotorin sepatu mahal lo."

Karena Larissa berkata demikian, ia baru mengingat siapa gadis itu. "I don't give a shit, salah dia not mine," sahut Delacey tak acuh lalu menyesap Cookies and cream frappe sembari menatap ponsel dengan kesal.

"Berantem lagi sama Oscar?" tebak Agatha ketika melihat raut wajah sahabatnya itu.

Delacey hanya membalas dengan desahan geram, menandakan dugaan Agatha itu benar. "He's suck."

"Makanya putusin," saran Larissa dengan mudahnya. "Lagian gak kurang kok yang lebih gede dan panjang dari Oscar."

"Oh my, watch your mouth, bitch. Tapi ada benarnya sih, D. Daripada lo jadi menye-menye gini karena cowok freak kayak Oscar, mending cari yang lebih baik dan... lebih gede." Agatha spontan tertawa bersama senyuman nakal di bibirnya. "Oh c'mon! Jangan sia-siain masa muda lo buat cowok gak jelas. Lo bisa pacaran sama yang lebih keren dari dia kayak uhm... kayak Jeaven! Kayak bodyguard lo itu tuh! Cocok!"

"Heh! Enak aja! Jeaven itu punya gue! Udah gue keep duluan! Si ganteng itu punya gue! Delacey gak boleh maruk!" protes Larissa.

Seketika Delacey diam saat mendengarkan nama Jeaven. Cowok itu mengatakan ada urusan sebentar tapi tidak kunjung kembali. Delacey berusaha tidak peduli awalnya walaupun sebenarnya penasaran. Padahal laki-laki itu biasanya sedetik pun tidak membiarkannya lepas dari jangkuan.

Delacey berusaha cuek kembali, justru lebih baik kalau Jeaven tidak ada di dekatnya.

Bukan Delacey risi atau semacamnya.

Namun, Jeaven memberikan rasa tidak nyaman pada jantungnya. Debaran yang tidak bisa ia kendalikan. Debaran yang dulu pernah juga mengganggu hatinya.

Deg. Seperti sekarang.

Seperti ketika cowok itu muncul tidak lama usai mereka membicarakannya dan sudah duduk tepat di sebelah Delacey.

"Where have you been, bro?" tanya Larissa.

Alih-alih menanggapi pertanyaan cewek itu seolah Larissa adalah angin lalu, Jeaven justru menatap Delacey. "Miss me?"

Delacey memasang ekspresi angkuhnya lagi, "Habis ngapain lo?" tanyanya dingin.

"Habis membawa musuh ke dalam perangkap."

Satu alis Delacey naik. "What do you mean?"

Jeaven menyeringai. "We'll see later."

𝄡𝄢𓆩TO BE CONTINUED𓆪𝄡𝄢

400 vote and 1k comments for next baby <3

spam next di sini ^^

thanks for reading >3

Continue Reading

You'll Also Like

3.1K 604 5
[SEBAGIAN PART PRIVAT, FOLLOW DULU BARU BISA BACA] Jika mereka sedang bersama. Tidak lagi memikirkan perasaan kekasih mereka masing masing, Ragas dan...
770 72 4
Sial sekali nasib Radita yang harus memiliki wali kelas seperti Pak Kaivan di tahun terakhirnya bersekolah Bagaimana tidak? Hampir setiap hari ada...
8.8K 1.3K 25
[COMPLETED] [R15+] [SMANCITY series 1 ; Park Jisung & Kim Lami local fanfic.] Berawal dari secret admirer, berakhir jadi stepbrother. Started : 02...
DARK MAN PYSCHO By GenjiSeiha

Mystery / Thriller

216K 2.4K 8
#Darkness Series 1 ( Adult content ) Dunia mengenalnya sebagai Ziro Statham Blunjuke. New York memuja ketampanannya. Tersihir oleh kebaikannya dan te...