Another Cannon Fodder

By diamond_life5

1.1M 131K 7.3K

Vallen terbangun dan mendapati ia kembali ke masa lalu. Ternyata ia bukanlah anak kandung dari keluarganya sa... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
50
51
52
ada yang baru lho
vote cover
Open PO
11.11
Vallen versi PDF
PDF READY
OPEN PO
OPEN PO AGAIN 😁

49

11.9K 1.7K 78
By diamond_life5

Halo halo, apa kabar?
Inay harap semuanya baik dan sehat ya.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Setelah mendengar penculikan Vallen, Hugo dan semua anaknya langsung melacak keberadaan Vallen. Hugo sudah menebak akan ada kemungkinan seperti ini. Jadi, ia sudah memakaikan berbagai alat pelacak di tubuh bungsunya. Tapi bisa dilihat jika semua alat pelacaknya tersebar ke segala penjuru.

Sepertinya kali ini, musuhnya cukup pintar. Mereka pasti ingin mengecoh perhatian Hugo dan lainnya, supaya tidak bisa fokus.

Hugo merasa tertipu dan marah. Bagaimana bisa, musuhnya terlihat sangat tidak sabar. Baru beberapa hari, ia mengumumkan secara resmi keberadaan anak bungsunya. Musuhnya sudah mengincar anaknya dan sepertinya merencanakan ini secara matang dan sangat tersusun rapih tanpa Hugo sadari.

Padahal Hugo telah memerintahkan para bawahannya untuk terus mengawasi gerak gerik mereka. Sepertinya, ia sedikit terkecoh.

Setelah diselidiki, rencana ini melibatkan beberapa organisasi yang bisa dikatakan aliansi beberapa mafia yang mungkin memiliki dendam terhadap Martinez.

Tapi Hugo tidak menyangka, jika anak Gerald juga ikut dibawa bersama Vallen. Hugo menerima telepon dari Gerald yang menawarkan bantuan dan kerjasama dalam mencari Vallen dan Ryan. Hugo tentu saja tidak menolak, lebih banyak orang, akan lebih cepat menemukan anaknya. Untuk kali ini saja, Hugo mau bergabung dengan Gerald.

Gerald juga bukan orang yang bersih sepenuhnya. Ia mempunyai bisnis di dunia bawah. Jadi bisa dikatakan, Gerald juga merupakan mafia yang terlihat sangat bersih dan tidak diketahui banyak publik. Hanya orang-orang tertentu yang mengetahui jika Gerald sama terlibatnya dengan dunia bawah.

Hugo menghela nafas panjang, setelah mendengar Vallen hilang. Si kembar langsung pergi mencari adik mereka. Hugo tidak terlalu khawatir dengan si kembar. Ketiganya sudah sangat terlatih. Hugo juga sudah menugaskan bodyguard untuk ikut bersama si kembar.

Untuk Jovan pun sama, si sulung langsung bergerak dan mencari keberadaan sang adik. Ia unggul dalam bidang IT, jadi Jovan langsung melacak titik-titik yang merupakan sinyal dari alat pelacak yang sebelumnya dipasangkan di tubuh sang adik. Ia memperkirakan titik mana yang sebenarnya Vallen berada.

Ada satu hal lagi, Hugo seketika merasa sangat pusing dan mungkin akan membuatnya berkeringat dingin yaitu, kakaknya, Hector, yang saat ini sudah berada di dalam perjalanan pulang.

"Aku menemukannya!" ucap Jovan

"Benarkah?"

"Aku yakin, Yah. Lihat titik ini, titik ini bergerak sangat lambat dan terlihat hati-hati kadang juga berhenti tapi saat ini terus bergerak. Jadi, pasti ini Vallen."

"Beritahu si kembar dan juga Gerald. Kita akan langsung menuju ke sana, lebih cepat lebih baik. Sekarang kita bergerak, tidak perlu membuang waktu lagi."

Jovan langsung mengirimkan lokasi ini pada si kembar dan juga tidak lupa pada Gerald. Setelahnya, Hugo, Jovan dan semua bodyguard Martinez dan orang-orangnya, bergeraklah cepat menuju titik yang telah diyakini Jovan merupakan keberadaan Vallen berada saat ini.

Telepon bergetar, Hugo melihat nama sang kakak tertera di layarnya ponselnya.

"Halo, Kak."

"Kamu sudah menemukannya?" tanya Hector dengan ada yang sangat dingin.

"Sudah, akan aku kirimkan titik lokasinya sekarang. Jadi, Kakak langsung bergerak ke sana saja. Aku dan yang lainnya sedang menuju ke sana."

"Baik, prioritaskan Vallen tidak terluka."

"Tentu, kita bertemu di sana."

"Hm."

"Percepat! Kita harus sampai ke sana secepatnya!"

***

Vallen saat ini tengah berlari untuk menghindari orang-orang yang mengejarnya di belakang. Berbekal Vallen yang bisa bela, jadi tentu saja Vallen bisa mengatasi satu, dua dari mereka. Vallen tidak berencana untuk melawan mereka semua. Karena itu mustahil.

Setelah merobohkan beberapa dari mereka, Vallen langsung mencari peluang untuk melarikan diri bersama Ryan. Meskipun Ryan tidak bisa bela diri, Vallen berpesan pada Ryan, "Jika kamu tidak bisa berkelahi, kamu masih memiliki kaki. Jadi, andalkan saja kakimu itu untuk berlari secepatnya dan ikuti Vallen."

***

Ryan mengalihkan pandangannya ke belakang sejenak dan banyak orang berseragam hitam mengejar. Langkah Ryan sempat tersandung karena ia mengalihkan pandangannya ke belakang. Tapi untung saja, ia tidak terjatuh.

"Jangan lihat ke belakang, lihat ke depan saja!"

"Hm."

Stamina Vallen cukup bagus karena ia yang gemar berolahraga. Berbeda dengan Ryan yang sepertinya sudah kelelahan.

"Vallen, aku lelah."

"Terus lari, kita tidak punya waktu beristirahat."

Saat ini, mereka tidak memiliki waktu untuk bersantai. Vallen sudah bersusah payah untuk mencari cela supaya mereka bisa lari. Bagaimana bisa, mereka berhenti begitu saja, hanya karena keluhan Ryan.

Vallen melihat jarak antara ia dan pria-pria yang mengejar sudah cukup jauh, tapi itu bukan alasan untuk ia dan Ryan berhenti berlari.

Wajah Ryan sudah terlihat pucat dengan napas yang terdengar sangat berat.

Vallen melihat sebuah lubang yang sepertinya muat untuk satu orang. Ia membuat satu keputusan yang mungkin berisiko.

"Berhenti, Ryan kamu berbaring di sini. Cepat!"

"Apa maksudmu?"

"Kita tidak punya waktu cepat." Vallen menarik Ryan untuk berbaring di lubang sempit itu. Perkiraan Vallen tepat, lubang itu muat dengan tubuh Ryan.

Vallen dengan cepat menutupi tubuh Ryan dengan tumpukan daun-daun kering, sehingga tubuh Ryan tersamarkan. Vallen tahu, Ryan sepertinya sudah sampai di batasnya. Tidak mungkin terus memaksa Ryan untuk berlari. Jika diteruskan mungkin Ryan akan tumbang di tengah jalan. Dan itu lebih berisiko, yang akan mengakibatkan keduanya tertangkap kembali. Setidaknya, salah satu dari mereka harus selamat, pikir Vallen.

"Diam, jangan membuat suara, Vallen akan berlari ke arah yang berlawanan. Dan juga jangan membuat gerakan. Vallen pergi, jaga diri baik-baik."

Setelahnya, Vallen langsung berlari ke arah yang berlawan. Para pria itu langsung mengejar Vallen setelah melihatnya.

Ryan menutup matanya dengan erat saat mendengar langkah kaki yang saling bersautan. Ia tidak berani bergerak, apalagi membuat suara. Sampai-sampai tanpa sadar ia menahan napasnya. Ryan dengan patuh diam seperti yang diminta Vallen.

Sampai tidak lagi terdengar langkah kaki, Ryan akhirnya bisa menghela napas lega. Ia menghirup napas sebanyak-banyaknya.

"Vallen," ucap Ryan dengan lirih.

Ryan berpikir, Vallen dengan suka rela menjadikan dirinya sendiri sebagai umpan, sehingga ia bisa aman seperti ini. Ia juga perlu melakukan sesuatu. Setidaknya ia harus mencari bantuan, kan?

Setelah memastikan keadaan yang benar-benar sepi dan aman. Ryan menyibak sedikit daun-daun yang menutupi wajahnya. Ia seperti ada di hutan yang sangat luas. Tapi hutan ini tidak lebat. Hanya pohon-pohonnya yang menjulang tinggi dengan dedaunan yang rimbun, hingga dapat memblokir cahaya matahari.

Ryan membulatkan tekad, ia harus mencari bantuan. Ryan dengan cepat langsung berdiri. Ia sudah merasa cukup beristirahat sebentar. Lagipula, memang benar apa yang dikatakan Vallen. Tidak ada waktu beristirahat untuk saat ini.

"Aku akan mencari bantuan, jadi kamu tidak boleh tertangkap." Ryan berlari mengikuti insting-nya. Ia tidak menoleh ke arah belakang, ia berlari lurus ke depan.

Dari kejauhan, terlihat segerombolan berlari menuju ke arah Ryan. Ryan terpaku, sungguh sial, baru berlari sebentar ia sudah bertemu orang-orang itu lagi.

Ryan langsung memutar badannya, ingin berlari ke arah yang berbeda.

"Berhenti!" Suara itu bergema di hutan yang sunyi.

Langkah Ryan terhenti, ia seperti tidak asing dengan pemilik suara ini. Ia kembali membalikkan badannya.

Ternyata, itu si triplet Martinez! Ryan menghela napas lega. Di belakangnya diikuti segerombolan bodyguard.

"Kak."

"Dimana Vallen?" tanya Arga.

"Vallen lari ke arah sana. Kak, cepat, sebelum Vallen kembali tertangkap!"

"Kalian urus dia, yang lain ikuti saya. Lalu berikan informasi ini pada ayah dan yang lainnya."

"Baik, Tuan Muda."

***

Dada Vallen terasa sesak karena terus berlari. Tapi, ia tidak mungkin berhenti, itu sama saja menyerahkan diri pada musuh!

Pandangan Vallen mulai tidak fokus, napasnya sangat cepat dan tidak beraturan. Saat menghirup udara, dadanya terasa nyeri dan panas.

Vallen yang mulai tidak fokus, tersandung yang menyebabkannya terjerembab. Ia mencoba untuk berdiri tapi gagal. Sepertinya, hormon andrenalin-nya sudah habis.

Vallen melihat jika para pria yang mengejarnya semakin mendekat. Ia sudah kehabisan tenaga. Wajahnya juga berubah pucat. Ia sudah tidak bisa lari lagi.

"Akhirnya, kamu diam juga. Sepertinya, aku perlu memotong kakimu supaya tidak bisa berlari lagi."

Vallen diam tidak menjawab, tidak ada gunanya juga berbicara pada mereka.

Pria yang tadi bicara, mengeluarkan sebuah pisau kecil yang terlihat sangat tajam hanya dengan sekali lihat.

Pria ini tidak benar-benar akan melakukan sesuatu pada kakinya, kan? pikir Vallen dengan was-was.

Pupil Vallen menyusut saat melihat kilauan pisau itu mendekat ke arahnya. Ia hanya bisa menutup matanya.

DORRR...

"Menjauh dari adikku," ucap Arga dengan nada yang sangat dingin. Matanya berkilat tajam.

"Ah, Tuan Muda Martinez datang untuk menyelamatkan adiknya?"

"Habisi semuanya, aku biarkan kalian berpesta hari ini."

"Sombong! Kalian pikir kami akan takut?!" Ucapan si pria tidak mendapatkan jawaban.

Malahan, bodyguard Martinez menyeringai setelah mendengar ucapan sang tuan muda. Bodyguard yang berada di bawah tangan si kembar sangatlah haus darah. Mereka semua tidak takut mati, setelah memutuskan untuk bergabung dengan Martinez, hidup mereka sudah menjadi milik tuan mereka.

Terdengar suara baku tembak, si kembar langsung menghampiri adik mereka. Membiarkan bawahannya yang akan membereskan tikus-tikus itu. Bodyguard milik si kembar sangat terlatih dan sangat gesit. Seharusnya memberikan sekelompok tikus tidaklah sulit.

"Vallen, baik-baik saja?" tanya Raga.

"Em, Vallen baik. Ryan... ."

"Kami sudah bertemu dengannya, sekarang dia aman," ucap Gara.

Vallen menghela napas lega saat tahu Ryan sudah aman. Meskipun, ia tidak suka dengan Ryan. Bukan berarti, ia bisa mengabaikan keselamatan Ryan begitu saja.

"Sekarang, kita keluar dari sini. Yang lainnya sudah menunggu."

Arga langsung menggendong Vallen, Gara dan Raga diam-diam mengawasi sekitar. Barangkali ada ancaman tersembunyi.

Lagipula tidak baik untuk Vallen melihat adegan berdarah itu. Si kembar tidak tahu saja, Vallen sudah menyaksikan 'sesuatu' yang sangat berdarah secara langsung di depan matanya.

"Kakak, Vallen sangat lelah. Bolehkah Vallen tidur sebentar?"

"Tentu, Vallen aman bersama Kakak. Jadi tidurlah."

"Terima kasih, Kak, sudah datang."

"Tidak perlu berterima kasih. Tentu saja, Kakak akan datang. Sekarang, tutup mata Vallen."

"Hm."

###

Vallen up.

Luhan besok, hehe.

Siapa yang masih bangun hehe,

Tadi udah di up tapi Inay tarik lagi. Udah di edit+koreksi dengan rapih, eh sialnya balik lagi ke awal. Inay koreksi ulang jadinya 😭😭😭

15 Oktober 2023.

Continue Reading

You'll Also Like

435K 37.3K 45
Arsha meninggal dunia di usianya yang ke 18 tahun, namun ia malah hidup kembali dalam sebuah cerita novel. "hah?" BUKAN BL!
357K 38.6K 27
[ Beberapa part di hapus ] "Kenapa harus menjadi sulung." "kenapa sulung Harus terus mengalah." Pictures by : pinterest
815K 80.5K 65
~ Familyship, Brothership, Bromance dan Friendship *** Kisah seorang remaja yang meninggal akibat kecelakaan dan bertransmigrasi ke tubuh seorang an...
3.5M 180K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...