My Short Story

By utaminotutama

1M 72.4K 4.5K

Berisi Kumpulan Cerita-cerita pendek yang aku buat. More

Tiba Saatnya (1)
Tiba Saatnya (2)
Tiba Saatnya (3)
Tiba Saatnya (4)
Tiba Saatnya (5)
Tiba Saatnya (6) - END
Dunia Maudy (1)
Dunia Maudy (2)
Dunia Maudy (3)
Dunia Maudy (4)
Mimpi? (1)
Mimpi? (2)
Mimpi (3)
Mimpi (4)
Mimpi (5)
Mimpi (6)
Mimpi (7)
Indah
Indah (2)
Indah (3)
Indah (4)
Indah (5)
Katakan Putus (1)
Katakan Putus (2)
Love Scenario (1)
Love Scenario (2)
Love Scenario (3)
Love Scenario (4)
Love Scenario (5)
First Love (1)
First Love (2)
Bukan Pemeran Utama (1)
Bukan Pemeran Utama (2)
Bukan Pemeran Utama (3)
Jejak Rasa (1)
Jejak Rasa (2)
Jejak Rasa (3)
Jejak Rasa (4)
Jejak Rasa (5)
Jejak Rasa (6)
Jejak Rasa (7)
Salah Jodoh (1)
Salah Jodoh (2)
Salah Jodoh (3)
Salah Jodoh (4)
Salah Jodoh (5)
Salah Jodoh (6)
Salah Jodoh (7)

Bukan Pemeran Utama (4)

29.1K 1.7K 131
By utaminotutama

.

.

.

Waktu seminggu terasa begitu cepat bagi Kania. Hari yang sangat ingin ia hindari akhirnya tiba, dimana saat ini ia dan yang lainnya akan menuju acara pertunangan Jefry.

Dan Kania masih tidak mengerti kenapa saat ini ia bisa berakhir di kursi depan, persis disamping Arjuna yang tengah serius menyetir.

Sementara Nilam dan Aldy yang ia bayangkan akan menemani pria itu didepan justru dengan kecepatan cahaya menempati kursi belakangan.

"mas Juna nyeremin tau sekarang, Na. Gue gak berani lagi sok asik sama dia" bisik Nilam kala Kania membujuknya untuk pindah tempat.

Begitu pula dengan Aldy yang tidak ingin beranjak dari tempatnya hingga membuat Kania menatapnya penuh permusuhan.

Pada akhirnya, gadis dengan rambut panjang terurai itu hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Bahkan untuk menoleh saja Kania tak punya keberanian, kedua tangannya sedari tadi saling bertaut gugup.

"Kania keliatan agak beda gak sih?" celetuk Aldy tiba-tiba.

Pria itu memutuskan untuk melakukan sesuatu ditengah suasana sunyi yang mencekam mereka.

"jarang banget loh gue liat lo dandan gini. Asli! Pangling!" ujar Aldy makin semangat.

"ya kan? Harusnya dia make-upan gini terus, kelihatan lebih dewasa" Nilam juga ikut menimpali.

"apa sih!" sungut Kania kesal, ia berbalik dan menatap penuh peringatan pada Aldy. Gadis itu sadar jika dirinya tengah dijadikan sasaran sehingga dalam hatinya ia terus mengumpati Aldy.

"ck, gak percayaan. Gimana menurut mas Juna? Kania keliatan beda kan?" dan Aldy kian menjadi.

Saat mendengar pertanyaan itu, rasanya Kania ingin beralih kebelakang dan menjambak rambut keriting pria itu sekuat tenaga.

Tubuh Kania terasa menegang saat Arjuna seperti melirik kearahnya sekilas. Dalam hati ia berdoa agar Arjuna tidak menanggapi tingkah Aldy.

Namun harapan hanya tinggal harapan ketika Arjuna kemudian berujar tak terduga. "sama aja, tetep cantik"

Kania tidak bisa menahan wajahnya untuk tidak bersemu, ia benar-benar malu sekarang. Sementara dibelakang sana, Aldy dan Nilam yang sama terkejutnya akan jawaban Arjuna langsung melontarkan godaan.

"cieee, Kania"

"gak jelas lo!" balas Kania ditengah rasa malunya.

Arjuna yang melihat Kania kelimpungan akan godaan teman-temannya akhirnya mencoba mengalihkan pembicaraan.

Dan itu cukup berhasil, Kecuali Kania mereka semua terus mengobrol sepanjang perjalanan. Nilam dan Aldy sendiri berubah lebih santai karena Arjuna begitu aktif berbicara seperti biasanya. Pria itu sudah melunak, pikir mereka berdua.

Kania yang tak banyak bicara tentu tengah sibuk dengan pemikirannya sendiri. Arjuna bersikap aneh, itu yang dirasakannya.

Pada Nilam pria itu bersikap biasa saja, begitu pula sebaliknya. Dan itulah yang membuat Kania merasa makin aneh, interaksi keduanya tidak berkembang seperti yang ia harapkan.

Seolah mendukung pemekirannya tersebut, sepanjangan acara pertunangan Jefry berlangsung, Kania merasakan keanehan Arjuna semakin menjadi.

Sepanjang Kania mengenalnya, pria itu memang selalu bersikap baik dan manis, tapi kali ini terasa berbeda. Apalagi ditengah kondisi ia dan pria itu yang bisa dibilang sedang tidak baik-baik saja, Arjuna seolah mengabaikan hal tersebut.

Tiba-tiba saja pria itu selalu berada disampingnya, Arjuna menawarinya jaket karena angin dingin yang menerpa juga kerap beberapa kali menanyakan kenyamanan Kania.

Bukankah sikap Arjuna memang aneh? Bukankah saat ini mereka tengah bermusuhan? Apa kiranya yang direncanakan pria itu?, batin Kania runyam.

Namun yang lebih aneh adalah dirinya yang tak mampu menolak sikap Arjuna. Kania seolah pasrah dan menikmati semua yang dilakukan Arjuna. Ok, well... sepertinya mereka berdua sama-sama aneh.

"kenapa gak dihabisin?" seperti saat ini, Arjuna yang duduk disampingnya tak sungkan untuk berbisik ditengah keramaian.

Kania bisa merasakan beberapa orang menatap penuh godaan kearah mereka sehingga terkadang ia merasa malu. Tapi Kania tidak yakin jika Arjuna turut menyadarinya, pria itu sedari tadi tak pernah berhenti memberikan perhatian kecil seolah tak peduli pada sekelilingnya. Kania bisa menyebutnya perhatian kan?.

"kekenyangan?" bisik pria itu lagi.

Kania menunduk untuk menatap piringnya yang memang masih tersisa beberapa jenis makanan.

Gadis itu lalu menatap kearah Arjuna dan mengangguk pelan. Ia sudah tidak sanggup menghabiskannya makanan tersebut dan ingin menyisakan sedikit bagian perutnya untuk Dessert yang tadi begitu menggiurkannya.

"aku mau makan kuenya" ujar Kania terus terang.

Kania tidak tahu sejak kapan kursinya dan Arjuna tidak terlalu berjarak lagi, yang jelas saat ini kursi keduanya terlalu dekat dibanding posisi awal. Arjuna bahkan dengan mudah meraih piring dihadapan Kania.

"mas, itu-" Kania menatap tak percaya saat Arjuna mulai menghabiskan sisa makanannya.

"sayang, gak boleh buang-buang makanan" ujar pria itu cuek.

"sekarang habiskan kue kamu"

Kania kehabisan kata-kata, namun pada akhirnya ia hanya bisa membiarkan pria itu dan memilih untuk beralih pada kuenya.

Gadis itu melirik yang lain dan bersyukur perhatian sudah tidak tertuju pada mereka. Padahal Kania tidak tahu saja, yang lain menahan diri hanya karena tidak ingin dipelototi Arjuna.

@

@

@

Kania sekarang bisa menghembuskan napas lega ketika seluruh rangkaian acara resmi berakhir, Arjuna dipanggil Jefry untuk bergabung dengan teman-temannya yang lain. Setidaknya sejenak ia bisa lepas dari Arjuna dan segala tingkah anehnya yang bisa membuat Kania semakin salah paham.

Kini ia dan teman-temannya yang lain tengah menunggu giliran untuk mengambil gambar sepuasnya bersama Anya- tunangan Jefry yang memang sudah mereka kenal.

Disisi lain, Jefry yang merupakan tokoh utama acara malam ini tak bisa menahan tawanya saat mendengar godaan teman-temannya.

"tapi kayaknya ada yang lebih kebelet dari lo deh, Jef" sahut Rian mengarahkan dagunya pada Arjuna.

"oh ya?" ujar Jefry terkekeh dan kini ikut mengalihkan perhatiannya pada pria itu.

"jadi?" tanya Jefry langsung pada Arjuna yang mengangkat satu alisnya bingung.

"keputusan lo gimana?" jelas Jefry.

"gak usah ditanya kali Jef, anak orang dipepetin mulu. Lo harus liat gimana lengketnya si kampret ini tadi" ujar Bimo menimpali, setengah geli mengingat pemandangan seperti tadi jarang ia dapatkan dari seorang Arjuna.

Arjuna yang dijadikan bahan olokan hanya mendengus. Matanya tak berhenti mencuri lihat kearah Kania diseberang sana.

Pria itu harus mengakui jika rencananya melesat jauh, jatuh cinta pada seorang Kania sangat tak terduga.

Arjuna mendadak kehilangan minatnya pada Nilam yang dulu dikaguminya. Seluruh perhatiannya seolah teralihkan begitu saja akan sosok Kania yang baru dikenalnya.

Segala sesuatu tentang Kania terasa begitu menyenangkan hingga tanpa ia sadari seluruh atensinya hanya tertuju pada gadis itu.

Dan bodohnya, Arjuna perlu diyakinkan dan membuang banyak waktu hanya untuk menyadari jika Kanialah yang ia inginkan.

Kini Arjuna sudah tidak tahan, dia ingin segera mengakhiri kebodohan yang kian menyiksa. Arjuna ingin Kania kembali nyaman bercerita dan menghabiskan waktu dengannya, Arjuna ingin gadis itu selalu ada disisinya.

Hanya dengan membayangkannya saja, perut pria itu bergejolak menyenangkan hingga tanpa sadar bibirnya menyeringai tipis.

"senyum aja si Kampret" maki Rian kesal melihat tampang Arjuna saat ini.

"gila kali" sahut Bimo menimpali dan Jefry hanya terkekeh.

"sana disamperin, gue takut lama-lama lo beneran gila" usir Rian tak tahan.

"nah iya, mending sekarang sih. Ngeri juga lama-lama lo liatin dia dari sini"

"Kania terlanjur tau kalo lo sukanya sama Nilam, jadi jangan terlalu dipaksa kalo dia belum bisa nerima" ungkap Jefry menatap serius pada Arjuna.

"I know" balas pria itu kemudian bangkit dan meninggalkan teman-temanya begitu saja.



@@@@@



"hi"

Kania tersentak kaget saat suara seseorang terdengar begitu dekat dengannya. Gadis itu menoleh dengan cepat dan mendapati Arjuna kini menjulang disampingnya.

"sorry, gak maksud bikin kamu kaget" ungkap pria meringis.

"gak papa, mas" balas Kania pelan.

"bisa kita bicara sebentar?" tanpa berbasa-basi lagi, Arjuna langsung mengutarakan keinginannya.

Kania menatap sekelilingnya dimana teman-temannya sedang asik mengobrol kemudian kembali mendongak menatap Arjuna ragu.

"please, we need to talk" Ujar Arjuna penuh permohonan dan Kania tidak sanggup lagi untuk menolak.

Sepertinya mereka memang butuh bicara meski Kania sendiri tidak yakin apa yang harus mereka bicarakan.

Arjuna ternyata membawanya pada halaman belakang Villa didekat acara berlangsung. Jantung Kania berdegup kencang ketika pria itu berbalik menghadapnya dan menatap penuh keseriusan.

"aku mau memulainya dengan permintaan maaf" ucap Arjuna memulai.

"kamu pasti kesusahan karena sikapku selama ini"

"ya? mas Juna gak ada salah sama aku" bantah Kania cepat.

"kalau begitu, bisa jelaskan kenapa kamu menjauh?"

"a-aku... itu..." Kania bingung bagaimana harus menyampaikannya, tidak mungkin dirinya dengan terus terang mengatakan jika ia mendorong pria itu menjauh karena patah hati.

Sementara Arjuna menunggu penjelasan gadis itu dengan kernyitan dialisnya.

"kamu pasti sadar kalau hubungan kita memburuk dan aku gak mau ini berlarut. Jadi bisa kita clearkan semuanya sekarang? aku mau kamu jujur" ungkap Arjuna ketika melihat keraguan dimata gadis itu.

"aku... waktu itu aku beneran ngerasa gak nyaman, bagiku perhatian mas Juna lebih dari yang seharusnya" ungkap Kania hati-hati.

"jadi yang seharusnya bagaiman?"

"ya... gak gitu, yang sewajarnya aja. Pokoknya mas Juna terlalu berlebihan" Kania gelagapan sendiri menjawabnya, setengah kesal karena Arjuna seolah tak mengerti maksudnya.

"kalau memang aku maunya lebih?"

"ya?" tanya Kania tak mengerti. Gadis itu menatap mata Arjuna yang menyorotkan kesungguhan.

Sesaat setelahnya Kania menggeleng tak percaya. "gak, gak mungkin" lirih gadis itu menyadari maksud Arjuna.

"kenapa gak mungkin?"

"mas Juna jangan bercanda, ini gak lucu!" ujar Kania tak suka. Gadis itu langsung berasumsi buruk akan ungkapan Arjuna yang benar-benar tak terduga.

Sepertinya memang akan sulit untuk meyakinkan gadis itu. Bahkan ketika Arjuna mencoba mendekat, Kania langsung mengambil langkah mundur.

"sayangnya aku beneran suka kamu, gimana dong?" sahut Arjuna santai, namun tidak dengan sorotan matanya.

"gak, kamu sukanya sama Nilam" Bantah Kania melirih. Hatinya terasa sakit ketika mengingat sumber patah hatinya.

"oh ya?"

"terus kenapa aku maunya deket kamu? Aku nyamannya malah sama kamu, seluruh isi pikiranku cuma kamu, bahkan pas kamu sakit waktu itupun aku gak bisa berhenti khawatir sama kondisi kamu" Arjuna menatap gadis itu lurus, sementara Kania masih menggeleng pelan, mencoba mengahalau segala yang disampaikan Arjuna padanya.

"mas Juna cuma salah paham" lirih Kania menyangkal.

Arjuna menghela napas panjang dan menatap frustasi pada gadis itu. "harus banget aku ngomong begini ya, Na?" ungkap Arjuna setengah Gemas, Kania benar-benar butuh diyakinkan.

"Ok, awalnya aku memang naksir Nilam. Aku deketin kamu karena Jefry bilang kalian akrab dan aku bisa dapetin info tentang Nilam dari kamu" Arjuna memulai penjelasannya dari hal yang paling tidak ingin didengan Kania.

"Tapi lama-lama aku kayak tenggelam, aku ngerasa nyaman deket sama kamu sampai-sampai aku lupa tujuan utama aku deketin kamu"

"perlahan aku jadi gak peduli lagi sama rencanaku, sama Nilam yang kamu dorong kearahku, aku maunya deket kamu terus, bahkan ketika sama Nilam pun aku malah seringnya nanyain tentang kamu" Arjuna kini semakin mendekat pada Kania yang seolah terpaku, mata gadis itu juga tampak berkaca-kaca.

"waktu kamu bilang gak nyaman dan minta aku berhenti, aku bener-bener marah, aku terluka"

"semuanya makin memuakkan ketika Jefry ikut mendorong supaya aku menjauh dari kamu. Aku gak suka, aku gak bisa terima, rasanya gak bener"

"dan itu semua menjadi titik balik dari semua kebodohanku selama ini. Sekarang, aku gak bisa buang waktu lagi"

"ini gak wajar, perasaanku kian memberontak. Dan aku mau kamu tau kalau... aku se-gila itu sama kamu"

Arjuna meraih pinggang Kania dan manarik tubuh gadis itu agar menempel padanya. Pria itu kemudian menunduk dan menyatukan kening mereka.

Ini baru terasa benar, Kania dalam jangkauannya, Kania didekatnya.

"say something, Kania" Bisik Arjuna membuat Kania mengeratkan genggamanannya pada kedua sisi baju pria itu.

"aku takut" balas Kania ikut berbisik.

Ya, Kania takut jika yang terjadi saat ini merupakan wujud dari angannya selama ini. Arjuna menyukainya? Hal itu terdengar mustahil. Kania terlalu takut untuk mempercayainya.

Mendengar ucapan gadis itu, Arjuna menjauhkan sedikit wajahnya dan menatap intens pada kedua mata Kania.

"setelah semua sikapku selama ini, apa kamu masih meragukanku?" tanya Arjuna serius, satu tangannya merengkuh wajah gadis itu agar Kania bertahan membalas tatapannya.

Kania menyelami tatapan pria yang penuh akan kesungguhan.

"aku gak keberatan kalau kamu memang masih ragu, kamu hanya perlu siap-siap menerima kegilaanku setelah ini" Arjuna bersungguh-sungguh mengucapkannya, ia tidak akan menahan diri lagi.

Kania yang tak sanggup lagi menatap pria itu akhirnya menyerah dan menubruk tubuh Arjuna yang tentu disambut pria itu dengan senang hati.

"Kania... aku kangen banget, aku kangen kita" bisik Arjuna sembari mencuri kecupan pada pelipis gadis itu, sementara tangannya merengkuh tubuh Kania dengan rakus.

"maaf harus menyakitimu dulu" pria itu terus saja membisikkan sesuatu.

"Kamu gak berhak menolakku setelah kamu berhasil merebutku" lanjut Arjuna beralih menggoda gadis itu.

Pria itu terkekeh merdu saat Kania menjalankan tangan untuk mencubit perutnya sebagai balasan.

"now, are we clear?" tanya pria itu memastikan dan Kania mengangguk.

"kita sepakat?" Kania kembali mengangguk.

"tapi aku belum mendengar apapun dari kamu" ujar pria itu melepaskan pelukan mereka dan menatap Kania berharap.

"emmm, mas Juna mau denger apa?" tanya Kania ragu.

"apa yang seharusnya aku dengar" ujar pria itu dengan seringai tipis, tangannya merapikan rambut Kania yang sedikit berantakan.

Kania yang paham maksud Arjuna kemudian menunduk malu, rasanya tak sanggup memenuhi permintaan pria itu.

"terima kasih?" ujarnya pelan dan Arjuna menggeram kesal karenanya.

Kania sedikit terkekeh kemudian kembali berucap dengan suara mencicit karena begitu malu. "aku... aku juga suka sama mas Juna"

"apa? aku gak denger"

Kania yang tak tahan digoda Arjuna akhirnya kembali menenggelamkan dirinya dalam pelukan Arjuna hingga pria itu tidak tahan untuk tidak tertawa.

Pikiran Kania kembali menerawang pada masa-masa awal mereka berkenalan hingga ia merasakan patah hati karena pria ini. Ia bahkan tak berani membayangkan jika akhirnya mereka akan seperti ini.

Arjuna membuat Kania merasakan menjadi seorang pemeran utama untuk kisah mereka. Pria itu juga membuat Kania menyadari jika dirinya mungkin bisa menjadi figuran bagi kisah orang lain, tapi ia adalah pemeran utama untuk kisahnya sendiri, bersama Arjuna.



END



Aku udah buntu guys, Cuma ini ending yang bisa aku kasih, sampai bertemu dicerita selanjutnya

Continue Reading

You'll Also Like

67.7K 4.6K 16
Side story 'Terukir indah namamu' Karena tak selamanya cinta itu membahagiakan... Atas nama cinta, Laura menutup mata dari sebuah kenyataan yang ada...
1.5M 119K 55
Meta memutuskan pulang kampung untuk menemani orang tua ketika mendengar bahwa sang adik harus merantau karena kuliahnya, namun seperti dugaannya, ke...
562K 53.5K 121
Gadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami k...
43.5K 2.2K 21
Malvin si pembalap motor terkenal seluruh dunia, memiliki istri yang sifatnya seperti anak badung,dan juga nakal. Jevano,istri dari seorang Malvin pe...