¤¤¤
Abian berjalan keluar gerbang utama yang tinggi, hari sudah sangat sore dan langit mulai gelap. Abian menatap jalan sepi di depan Mansion. Tak ada kendaraan apapun yang lewat, halte atau sejenisnya. Udara juga dingin ditambah dengan hembusan angin yang cukup kuat sore ini, mana dia cuman pakai kaos dan celana pendek. Abian mau nangis aja rasanya, bahkan suhu tubuh anak itu mulai naik lagi.
Abian berbalik menuju gerbang lagi, percuma saja pikirnya jika memaksa untuk pulang. Uang tak punya jalanannya juga mengerikan.
"Kenapa kembali?" Tanya Arrow yang tenyata mengikuti anak itu sejak tadi. Memantaunya di dekat pos satpam.
"Jalannya sepi Bian takut" Cicitnya.
"Sudah saya bilang tinggal dulu sampai sembuh" Ucap Arrow datar.
Abian bisa saja mengiyakan, lagian kapan lagi bisa tinggal di rumah besar. Tapi ia memikirkan abangnya si Geri, pria itu pasti kelimpungan mencarinya ke sana kemari.
"Tidak usah memberi alasan lagi, akan saya kembalikan kamu ke tempat semula jika sudah sembuh total" Jelas Arrow bahkan satpam dan bodyguard di dekat gerbang sedikit terpana dengan kalimat panjang itu.
"Yaudah deh, tapi janji ya Om di pulangin, kasih Bian uang juga ya Om biar bang Geri gak marah ke Bian, karena ilang tiba-tiba hehe" Ujarnya sempat-sempatnya menawar.
Arrow mengangguk.
"Asik Bian jadi orang kaya sebentar" Gumam anak itu lalu berjalan kembali ke Mansion.
Arrow yang mendengar gumam-man anak itu menggeleng pelan. Ada-ada saja pikirnya.
•••
Abian kembali ke kamar tidur sebelumnya, bersyukur maid yang di tugaskan Arrow mengurus Abian bisa di mintai anak itu tolong. Iya Abian minta tolong supaya kamarnya tidak dingin lagi, ternyata anak itu baru tau ada AC di kamar ini. Dia juga banyak tanya sebelum mandi, karena tak menemukan gayung, bak atau sejenis baskom seperti di kontrakan.
Dan setelah tau cara menggunakan shower, anak itu malah heboh. Katanya mandinya keren kaya di tv-tv.
Arrow sendiri harus berangkat lagi ke Masion ketiga, karena ia ada pertemuan bisnis di sana. Seharusnya siang tadi tapi karena ada insiden ia dan Abian membuat Arrow mengundur pertemuannya. Arrow itu jarang ke perusahaan, ia hanya ke sana jika pertemuan sesama rekan yang menurutnya kuat untuk menjalin kerjasama, jika tidak siapa yang membutuhkannya maka temui ia di Mansion ketiganya.
Arrow tak begitu suka ke ramaian, makanya ia memilih bekerja di Mansion ketimbang ke perusahaannya. Ia hanya akan menyuruh tangan kanannya untuk bolak balik jika ada berkas atau sesuatu yang di butuhkan oleh perusahaan.
Arrow itu hanya perlu duduk saja, uang akan tetap mengalir masuk ke dalam rekeningnya. Hanya perlu pantau lewat iPad atau Laptop saja sudah cukup baginya.
Balik kembali ke Mansion Utama.
Abian kini duduk di ruang makan sendirian, mata anak itu berbinar menatap banyaknya makanan yang tertata di meja makan yang besar itu. Rasanya semua jenis makanan ada di sana dan hampir seluruhnya tak pernah Abian icip.
"Bibi, Om yang punya rumah kemana?" Tanya Abian saat tak melihat satu pun orang.
Hanya ada maid yang berdiri di sudut sana, dan beberapa bodyguard berjaga.
"Tuan besar ada di Mansion Ketiga Tuan kecil" Jawab Maid itu.
Abian tersipu di panggil Tuan kecil, gini ternyata rasanya jadi orang kaya.
Tiba-tiba suara langkah kaki mendekat membuat para Maid berdiri tegap, begitupun para bodyguard. Dua orang remaja muncul di ruang makan, Abian yang hendak mengambil nasi tak jadi karena kedatangan dua remaja itu.
Kedua remaja itu menatap tajam pada Abian.
"Siapa?" Tanya salah satu remaja itu pada Maid.
"Saya tidak tau pasti Tuan Muda, tapi siang tadi Tuan Besar membawa anak ini" Jawabnya sambil menunduk takut.
"Anak selingkuhan Daddy kah?" Bisik kembarannya.
Seringaian muncul di sudut bibir keduanya, aura ruang makan terasa beku tiba-tiba. Abian juga tiba-tiba menjadi cemas sendiri.
"Bawa dia ke bawah" Perintah salah satu remaja itu pada bodyguard.
Dua bodyguard langsung memegang tangan Abian. Anak itu mendadak panik dan takut.
"Bian mau di bawa kemana Om?" Tanya Abian takut-takut.
"Ikut saja tidak usah banyak tanya" Ujar remaja satunya lagi datar.
Abian di bawa menuruni tangga yang remang-remang. Ruang bawah tanah rupanya.
Abian di dudukan di kursi besi dan ikat dengan tali cukup kencang.
"Gamau, kenapa Bian diikat?" Brontak Abian saat ia mulai di ikat.
Plakkk
Pipi tembam itu menoleh ke samping, tamparan yang Abian terima benar-benar menyakitkan. Baru kali ini ia di tampar, dan rasanya benar-benar sakit.
Mata Abian langsung memerah menahan tangis, ah tidak sudah menangis ternyata. Tapi tak ada isakan yang keluar, hanya air mata saja yang jatuh. Anak itu terlalu takut bersuara atau ia akan di tampar lagi nantinya.
Pipi tembam itu dicengkram oleh tangan kekar salah satu remaja kembar itu. Cukup kuat hingga membuat Abian meringis kesakitan, pipinya yang baru saja di tampar masih terasa perih apalagi ditambah dengan di cengkram kuat.
"Ngaku lo siapa-nya Daddy?" Tanyanya penuh penekanan.
Abian menggeleng karena tak begitu mengerti, daddy siapa? Arrow kah pikir si kecil.
"Lo anak selingkuhan Daddy kan? Ngaku atau lo gue abisin" Ujarnya lagi.
Abian lagi-lagi menggeleng, air matanya tak berhenti jatuh.
"Ckk...." Decaknya kesal lalu menghempaskan begitu saja pipi Abian, anak itu sampai menoleh ke samping.
"Abian bukan anak selingkuhan Om, Abian cuman di bawa kemari karena di tabrak" Jelas Abian sambil menangis.
"Lo percaya Van?" Tanya Ivan pada sang abang kembarnya.
Evan menggeleng.
"Kita tinggalin disini aja, tunggu Daddy pulang minta dia jelasin" Jawab Evan.
"Gamau, Abian gamau disini...takut" Seru Abian. Membuat si kembar malah tertawa.
Suka saat melihat raut ketakutan itu.
"Di kira ampuh apa ck...." Lirih Ivan melihat air mata Abian yang mengalir.
Evan sendiri acuh memilih naik ke atas.
"Baik-baik disini" Bisik Ivan sebelum menyusul abangnya naik.
Abian semakin menangis, dia takut. Anak itu tak pernah suka gelap. Bukan phobia atau apa, hanya saja menurutnya itu horor sekali.
Abian terbatuk karena terlalu lama menangis, dadanya juga sakit dan perutnya lapar. Apalagi di ikat dengan posisi duduk hingga susah bergerak. Disini juga dingin dan sunyi, itu benar-benar membuat Abian takut.
"Uhukkk....uhuk...." Abian terbatuk lagi, anak itu memutuskan berhenti menangis atau akan semakin sesak nantinya.
Suhu ruang bawah tanah yang dingin malam ini, membuat tubuh mungil itu bergetar sedikit, menahan dingin adalah kelemahan Abian sejak lahir. Anak itu tak akan kuat dengan dingin.
Abian hanya berharap ia bisa keluar dari sini hidup-hidup.
¤¤¤
•••
Arrow Alaskan (45 tahun)
Evander Alaskan (17 tahun)
(Anak basket & Motor)
Ivander Alaskan (17 tahun)
(Anak Musik & Motor)
▪︎▪︎▪︎
Kalau ada Typo tandain ya nanti aku bagusin✌
•••
JANGAN LUPA VOTE & KOMEN
TERIMA KASIH🙏