Sampai Sini | On Going

By PulpenEna

722 78 22

๐˜ผ๐™ ๐™ช ๐™ง๐™š๐™ก๐™– ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ช๐™ฃ๐™œ๐™œ๐™ช ๐™จ๐™š๐™—๐™š๐™ง๐™–๐™ฅ๐™– ๐™ก๐™–๐™ข๐™– ๐™ฅ๐™ช๐™ฃ ๐™ฌ๐™–๐™ ๐™ฉ๐™ช๐™ฃ๐™ฎ๐™–, ๐™™๐™š๐™ข๐™ž ๐™ข๐™š๐™ฃ๐™ฎ๐™š๐™ก๐™–๐™ง... More

I. Prolog
1. Aku bertemu denganmu, lagi
2. Warm night
3. Perasaan yang aneh
4. Serius nih berdua?
5. Seutas ukir senyuman
6. kenalan sama cemburu
8. Komang
9. Enchanted to meet you
10. Membuat Sejarah
11. Relung hati sakit
12. I always pray to be with you
13. Resah jadi luka
14. Try not to cry
15. In your dream
16. Memori
17. Kekasih bayangan
18. Memeluk diri
19. Mereka terlalu berisik

7. Kita sempat Asing

32 7 7
By PulpenEna

Tak ada yang lebih sakit
selain asing.

Tak hanya batin yang tersiksa, namun akal sehat juga.

~💡~

Hari ini aku tak masuk sekolah. Badan benar benar tak berdaya. Iya aku jatuh sakit.

Tapi aku terus tersenyum mengingat hari kemarin. Sud allah berapa kali aku menyadarkan diri untuk tidak berlarut memikirkannya, tapi tetap saja.

"Argh sial! Kenapa aku harus kepikiran gini sih?"

Dari pada aku harus memikirkannya, aku membuka handphoneku dan melihat isi grup chat MPLS.

Ada salah satu temanku yang mengirim banyak foto foto saat MPLS. Aku perhatikan lamat-lamat. Aku tersenyum ke arah Yaksa. Haha. Lucu sekali dia paling tinggi di antara yang lainnya. Oh jangan lupakan juga Ikmal dan Vian. Mereka bertiga sudah seperti tiang yang penyangga.

Hingga mataku tiba-tiba fokus pada salah satu laki-laki yang tak asing. Bahkan tanganku refleks men zoom wajah orang itu.

Deg.

Jadi dia lah orangnya?

Pagi ini aku memulai kehidupan baru di sekolah. Mengawali hari dengan masuk sekolah tahap terakhir. Iya.

Seperti baru berkedip sebentar sudah SMA lagi. Aku duduk sendirian di bangku kelas. Tampaknya aku datang pagi sekali.

Satu persatu orang mulai masuk ke dalam kelas. Aku memainkan handphoneku karena rasanya malas untuk bertatapan dengan orang baru.

Lebih tepatnya aku introvert, ga mau di tanya.

Hingga satu orang yang dapat mengalihkan perhatianku.

Tingginya tak terlalu, rambut yang mengembang, hidung yang tak terlalu runcing, dan satu hal yang membuatku terpesona. Matanya.

Aku sempat tidak mengontrol perasaanku karena berdebar yang berlebihan.

Senyumannya yang ia torehkan pada teman sebangkunya. Tampaknya mereka sudah cukup akrab.

Dia manis.

Namun semakin aku perhatikan, dia ini anaknya gampang julid. Mata yang indah itu ternyata cukup tajam.

Tapi aku tersenyum samar.

Iya, aku menyukai dan membencinya di waktu yang sama.

Aku sadar. Ternyata aku menyukainya.

~💡~

Kembali masuk setelah ku rebahan seharian penuh kemarin. Rasanya sumpek aja di rumah. Aku tersenyum menyambut hariku. Karena hari ini aku bisa kembali bertemu dengannya.

Namun, ada sesuatu yang terjadi.

Tak biasanya dia men acuhkan diriku saat aku menyapanya.

Aku tetap tak ambil pusing, aku masuk ke dalam kelas.

Hingga saat pulang tiba, aku seperti biasa hendak mengajaknya pulang. Saat aku mau memanggilnya, orang itu langsung cepat cepat pergi keluar.

Tatapannya tak lagi ramah, melainkan seperti kesal.

Aku cepat cepat mengejarnya.

Saat sampai di gerbang aku menepuk pundaknya.

"Adrian? Kamu marah?" Itu tanyaku. Dia menggeleng namun datar.

"Ayo Ian!" Ajak temannya, Adrian pun langsung naik ke motor itu tanpa berpamitan padaku.

Hatiku terasa mencelos sakit. Apa ada yang salah? Apa ada sesuatu yang terjadi kemarin?

Besoknya aku kembali menyapa dirinya, namun dia tak menyapaku balik. Masih seperti kemarin. Acuh dan tak mau menyapaku.

Bahkan 5 hari terus seperti itu yang membuatku frustasi sendiri.

Aku pun duduk bangku yang ada di gerbang sekolah. Menyandarkan punggungku yang lelah.

Tiba-tiba Putri datang menghampiriku, yang membuat diriku harus terpaksa tersenyum hanya untuk membalas sapaannya.

"Belom pulang Nay?" Tanya nya. Aku diam tak menjawabnya.

"Tumben bener. Biasanya kamu kan suka bareng si Adrian."

"Iya. Aku juga ga ngerti." Aku menghela nafas, oh ayolah aku sedang tak mau membahasnya.

"By the way, Mega kemarin ngomong sesuatu di grup." Aku menoleh ke arahnya seraya penasaran.

"Grup apa?"

"Grup yang itu lohhh! Oh kamu ga masuk ya?"

Aku menggeleng. Haha, oh iya. Aku kan emang tidak ada yang menganggap ku ada. Mereka buat grup tanpa ada aku.

Aku di kelas hanya berteman dengan teman sebangku ku.

"Koar apa?" Tanya ku.

"Tentang kamu sama Adrian."

Deg.

"Kalau ngomong jangan kaya gitu. Aku sama Adrian ga ada hubungan apa apa!"

"CK! Bukan kaya gitu! Tapi ngomongin kamu." Mengerutkan dahi bingung.

Dia memperlihatkan isi chat tersebut.

"Kan kamari urang teh pulang bareng kan jeung si Adrian. Tapi lobaan jeung babaturan SMP hungkul. Terus kan pa curhat curhat." (Kan kemarin aku pulang bareng sama si Adrian, Tapi banyakan sama temen-temen yang di SMP. Terus kita saling curhat)

"Tah aing teh kan herey herey kitu tentang crush. Inti nya mah kaya ngebahas orang yang disukai sama orang yang menyukai kitu. Terus si Adrian nyeletuk gini. 'naon sih crush crush crush! Urang dong! Gada orang yang suka aku." (Nah aku tuh kan bercanda tentang crush gitu. Intinya mah kaya ngebahas orang yang di sukai sama yang menyukai gitu. Terus si Adrian tiba-tiba bilang gini 'apaan sih crush crush crush! Aku dong! Gak ada orang yang suka aku.)

"Terus ku aku jawab, 'maneh mah sok ngalelengit! Aya anjir anu bogoh ka maneh!' Terus dia nanya 'saha?' 'eta nu sok pulang bareng jeung maneh.' tah udah gitu teh dia babatukan terus dia ngalihin topik anjrit." (Terus ku aku jawab 'kamu mah suka ngilangin! Ada tau yang suka sama kamu. Terus dia nanya 'siapa?' 'itu yang suka pulang bareng sama kamu.' tah udah gitu teh dia batuk batuk sambil dia ngalihin topik)

Aku mencerna kata kata barusan. Apakah itu benar? Tapi? Bentar?! Jadi Mega ngasih tau kalau aku suka dirinya??? 

Apa ini alasan dia menjauh?

Aku semakin frustasi.

Setelah kepulangan Putri. Aku pulang dengan gontai. Mengingat hari-hari di mana aku masih bersamanya.

Saat sebelum di acuhkan aku pernah pulang bareng dengan teman SMP-nya.

"Nay! Bareng sama temen SD aku. Mau ga?"

"Boleh."

Aku ikut berbaur dengan teman temannya. Kita pun menyebrang untuk menaik angkot merah. Namun sebelum angkot ada. Aku tiba-tiba teringat sesuatu.

"Ian!" Panggilku. Adrian yang sedang cengengesan dengan temannya menoleh ke arahku, "apa?"

"Jaket aku ketinggalan!" Ucapku. Nadaku tak keras. Membuat dia mendekatkan dirinya lebih dekat ke arahku. "Hah?"

Aku salah tingkah sendiri namun berhasil ku kontrol, "Jaket aku ketinggalan!" Ucapku sekali lagi.

Dia menoleh ke arahku, "aku ke kelas dulu ya!" Aku tiba-tiba hendak berlari menyebrang kembali ke sekolah. Namun dia menarik tasku.

"Jangan langsung nyebrang dong!" Tuturnya. Ia memanduku menyebrang jalan.

Tak peduli teman temannya meneriaki namanya, karena angkot sudah datang.

Adrian malah lebih memilih mengantarkan ku sampai kelas.

"Ada jaketnya?" Tanyanya di lawang pintu. Aku mengangguk dan menghela nafas lega.

"Ada!" Seruku. Dia ikut tersenyum.

"Dasar nini nini!"

"Ish! Lupa kan manusiawi!"

Dia terkekeh dan kembali berjalan beriringan dan menyebrangkan diriku kembali.

Namun dapat Ceng cengan dari teman teman SMpnya itu. Membuat ku tersipu malu, namun di lihat lihat dia tampaknya biasa saja.

Akhirnya kita pun naik angkot merah. Dan saat turun, semua teman SMPnya pada naik angkot Kuning.

Aku berjalan mengarah ke angkot hijau. Rasanya cukup sampai sini saja. Mungkin dia akan menaik bersama teman SMPnya.

"Adrian! Mau kemana?" Tanya temannya. Aku menoleh ke arah belakang, dan mendapati Adrian yang ada di belakangku.

"Gue mau naik angkot hijau!" Ucapnya.

"Loh naha?"

"Mau bareng dia." Ucapnya.

Jantungku mendadak berhenti sementara. Lalu dengan ceoat aku langsung menaik angkot hijau dan menutupi mukaku. Dan selanjutnya dia duduk di hadapanku.

"Kenapa nutup muka?"

"Tolol malah di tanya!"

Aku menggeleng, "gapapa. Kok kamu ga bareng mereka aja?"

"Lo sendirian."

"Terus hubungannya?"

"Udah lupain aja." Ucapnya, ia lebih memilih membuka handphonenya.

Oke. Gue terbang.

~💡~

Sudah keberapa kalinya aku di acuhkan. Dia masih terus pulang bersama temannya itu.

Ah sudahlah..

Aku pulang berjalan sendirian.

Kini aku tak lagi naik angkot merah, aku naik angkot kuning yang ada di belakang sekolah, ya lumayan lebih murah. Tapi tetap saja saat turun haus jalan, namun tak sejauh ketika aku naik angkot merah.

Hujan yang mengguyur buminya, sama persis sepeti perasaanku sekarang. Mau nangis ga bisa, tapi kaya pengen nangis.

Emang tak seharusnya aku suka sama seseorang lagi. Aku ga boleh suka sama siapa siapa lagi. Aku ga siap untuk rasakan ke galauan seperti ini lagi.

Aku jalan di jalanan itu dengan gontai. Melewati pepohonan yang rindai, meski hujan jadi berasa di teduhi.

Menatap jalan raya dengan pengendara motor yang memakai jas hujan atau melihat ke sisi jalan yang sedang memakai jas hujan.

Rasanya seperti bodo amat nih hujan membasahi tubuhku.

Sesampai rumah aku merenung, apa yang membuat diriku salah di matanya. Lalu aku memutuskan untuk mengetik sebuah pesan ke nomornya.

Laki-laki ini kadang peka kadang juga seperti ini, aku mendengus sebal.

Tapi tak apa lah..

Yang penting sekarang, dia tak marah padaku.

————)(————



Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.8M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
875K 31.9K 50
"Gue tertarik sama cewe yang bikin tattoo lo" Kata gue rugi sih kalau enggak baca! FOLLOW DULU SEBELUM BACA, BEBERAPA PART SERU HANYA AKU TULIS UNTUK...
527 223 6
Bagi Jian, ia dan Dirga seperti magnet. Dimana ada Dirga, di situ ada Jian yang menempelinya ke mana-mana. Kecintaannya pada Dirga bukan tanpa alasan...
93 64 8
Kezia Algina Zein seorang gadis yang ceria dan cerewet tiba-tiba menjadi sosok yang terlihat asing bagi keluarganya. Fatih Al Malik seorang dokter...