DELACEY & HER GUARDIAN

By sangrupawan

102K 10K 22K

❝ Kalau lo butuh bantuan, I'll help you. ❞ ❝ So, can you help me? ❞ Delacey menyeringai. ❝ My lips wanna tast... More

⋆༺ PROLOGUE ༻⋆
⋆༺ 01 - STRANGERS?
⋆༺ 02 - BODYGUARD
⋆༺ 03 - D FOR DIRTY
⋆༺ 05 - BETTER THAN HIM
⋆༺ 06 - ON A DATE?
⋆༺ 07 - SWEET MESSAGE
⋆༺ 08 - HELL
⋆༺ 09 - F'CK HIM
⋆༺ 10 - BEFORE PARTY
⋆༺ 11 - HALLOWEEN PARTY
⋆༺ 12 - BROKE UP
⋆༺ 13 - NIGHTMARE
⋆༺ 14 - FLASHBACK
⋆༺ 15 - BLACK TULIPS
⋆༺ 16 - NASTY
⋆༺ 17 - I LOVE KISSES!
⋆༺ 18 - PUNISHMENT AND FIGHTING
⋆༺ 19 - DELACEY VS SAKURA
⋆༺ 20 - MY HEART BELONGS TO YOU
⋆༺ 21 - WISHLIST
⋆༺ 22 - THE AMUSEMENT PARK & BEACH
⋆༺ 23 - TRIP TO HELL
⋆༺ 24 - BURIAL

⋆༺ 04 - HOME FUCKING WORK

6K 457 1K
By sangrupawan

don't forget to vote and comment, baby. happy reading, hope y'all enjoy <3
400 vote, langsung next ^^
________________________________

Seharusnya Delacey sudah menari lincah di bawah lampu kerlap-kerlip serta dentuman musik menyentak tapi cewek dengan dress di tubuhnya justru berakhir di meja belajar kamar karena cowok menyebalkan yang duduk di sebelahnya, menggendongnya secara paksa hingga terjebak di sana.

"Where's the fun in this?" decak Delacey memerhatikan rumus-rumus memuakkan di bukunya sebelum menatap Jeaven secara jengkel. "Dan... ini maksud lo dirty secret?!"

Jeaven yang semula mengamati soal-soal tugas fisika beralih menatap Delacey. Jeaven mengangguk, menyipitkan mata, menarik seringai tipis, lalu terkekeh geli sambil mendekatkan wajah, "Jadi, Nona Delly mengharapkannya? Gue gak keberatan mengabulkannya."

"Ick. Dasar mesum!" Wajah Delacey seketika memerah seperti tomat yang terlalu lama direbus. "Kalau lo berani macem-macem sama gue, gue bakal lapor ke papi biar tau kalau dia sembarangan milih bodyguard buat gue!"

"Gue gak bakal macem-macem sama lo. Kecuali..." Jeaven mendekatkan bibirnya ke telinga Delacey, "Lo yang minta. Mungkin gue bisa mempertimbangkannya."

"Asshole! Don't talk shit!" Alih-alih merasa takut, geli, atau marah, ucapan Jeaven justru membuatnya gelisah. Jeaven bahkan membuatnya membayangkan sesuatu yang tidak-tidak. Sesuatu yang tidak seharusnya terimajinasi olehnya.

"Just kidding, Lady."

Jeaven tersenyum, memamerkan setengah deretan gigi sekaligus lesung pipinya tipis. Delacey terpaku kaku menerima senyuman manis itu. Kembali, ia bisa merasakan dada kirinya berdebar lebih cepat dari ritme yang seharusnya. Senyuman itu tidak berubah. Lengkung bibir yang jarang muncul di wajah lelaki itu masih sama seperti dulu.

Satu hal menarik milik cowok itu yang membuat Delacey terpikat. Dulu.

"Don't smile," perintah Delacey, "You look so ugly when smile."

Jeaven justru semakin menarik lebar sudut bibirnya. "Unbelivable, gorgeous, lovely and... yummy. Thanks, I love that compliment, Lady."

Delacey membuang muka, tidak ingin melihat senyuman Jeaven yang membuat ketenangan jantungnya tidak aman. "Gue kalah malam ini. Gue bakal kerjain this fucking assignment tapi biarin gue ganti dress ini lebih dulu."

Tanpa melihat Jeaven terlebih dahulu, Delacey hendak beranjak dari kursi tetapi tangan besar Jeaven kembali menahan milik Delacey, menahan cewek itu agar tetap duduk. "Gue gak bakal kasih lo kesempatan buat kabur dan gak ada waktu lagi buat itu. Lo harus ngerjain tugas ini. Now."

"Gue gak bakal kabur lagi. Gue cuma ganti baju bentar di—"

"Gak ada penawaran. Kerjain sekarang."

"Lo..." Delacey mengerucutkan bibirnya menunjukkan emosi kesal, padahal baru detik lalu cowok itu membuatnya berdebar tapi sekarang sudah mengundang kejengkelan lagi, "Yaudah gue ganti baju di sini langsung!" ancamnya.

"Go ahead," sahut Jeaven tenang.

"Cowok gila!"

Delacey mengacungkan jari tengahnya sejenak sembari mendengus kesal. Ia mengambil bolpoin bulu miliknya, mulai mengerjakan tugas fisika. Ini adalah kali pertama Delacey mengerjakan tugas di rumah. Jeaven bersedekap, memperhatikan Delacey yang sama sekali tidak ada menulis apapun di buku bindernya bahkan sampai di menit ke dua puluh. Ia benar-benar bodoh masalah hitung-hitungan. Jeaven hanya tersenyum kecil melihat Delacey mengacak rambutnya frustrasi.

"Anjing susah banget! Gue gak ngerti!" keluh Delacey setengah memekik. Ia melempar pandang ke Jeaven. "Terus tugas lo udah selesai?"

Jeaven mengangguk singkat.

"Terus kenapa lo diem aja? Kasih gue nyontek dong!"

"Gak boleh," balas Jeaven. "Usaha dulu."

"Kalau gue ngerti, gue juga gak mau nyontek tugas lo! Masalahnya gue gak ngerti fisika dan gak harus ngerti! Setiap orang gak harus pinter pada semua mata pelajaran, they have their own strengths and weaknesses. Kayak gue... I'm good at English! At least—"

"Gak ada salahnya belajar hal yang lo gak bisa 'kan?"

"Emang lo bisa?" jawab Delacey setengah sinis sembari merotasikan bola matanya.

"Gue juara olimpiade fisika national waktu middle school kalau lo lupa."

"Gak usah ungkit masa lalu." Delacey mendengus kecil lalu berkata, "Kalau bisa, yaudah ajarin gue jing."

Jeaven menyeringai. "Dengan senang hati, Lady."

Jeaven sungguh seperti mempunyai kekuatan sihir, entah bagaimana Delacey benar-benar fokus mendengarkan penjelasan yang keluar dari bibir Jeaven sekaligus bagaimana cara Jeaven memecahkan masalah dalam soal uraian tugas fisika itu. Herannya, Delacey menjadi mengerti karena penerangan dari cowok itu bahkan bisa memecahkan satu soal sendirian, sungguh perkembangan yang cepat. Semangat belajar yang sudah menghilang lama, perlahan mulai tumbuh.

Tiba di soal terakhir, kali ini Delacey kehilangan konsentrasi. Aroma parfum citrus berpadu kayu manis dari Jeaven menyeruak kuat ke indra penciuman Delacey. Aroma wangi itu begitu lekat, seolah Jeaven sedang mendekapnya. Delacey selalu lemah terhadap cowok wangi. Entah, cowok beraroma menyegarkan mempunyai daya pikatnya tersendiri baginya.

Angka-angka fisika yang tadi bisa ia pecahkan mendadak tidak menarik di detik selanjutnya sebab cowok berjarak sekitar lima senti darinya tiba-tiba mencuri perhatian. Jeaven yang memasang ekspresi serius ketika menerangkan soal cukup memesona di mata Delacey. Jeaven tidak hanya ototnya saja yang berfungsi, tetapi otaknya juga.

Delacey tenggelam dalam dunianya sendiri, ia mengamati setiap keindahan di wajah Jeaven. Mulai dari bibir tebal itu, rahang kokoh, hidung semancung perosotan, alis selebat rimpa, hingga... mata indah yang kini mengarah padanya. Delacey mengerjap kaget ketika mata mereka berdua, Delacey segera melempar muka, kembali pada soal yang ia abaikan.

"Lo bisa merhatiin wajah gue sepuasnya setelah ini selesai."

"Excuse me? Gak sudi!"

Malam ini menjadi fenomena langka sosok Delacey mengerjakan tugas sekolah sampai selesai dengan usaha sendiri walaupun dia menerima sedikit bantuan. Delacey seketika tertidur di meja belajar saat  tugasnya berakhir dengan wajah kelelahan yang tidak bisa cewek itu sembunyikan.

Jeaven tersenyum kecil memerhatikannya. Sejenak, cowok itu merapikan meja belajar Delacey secara hati-hati supaya cewek itu tidak bangun. Tangan besarnya perlahan mengangkat tubuh Delacey, memindahkan cewek itu dengan gaya bridal style ke atas ranjang empuk kekuasaan sang putri.

Sebelum keluar, Jeaven menatap Delacey intens. Cowok itu setengah menunduk, mendekatkan wajahnya ke wajah Delacey, hingga ia bisa melihat paras gadis itu lebih dekat lantas beralih ke telinga Delacey. Memberikan sebuah bisikan hangat, samar-samar bisa didengarkan cewek yang sudah tenggelam dalam bunga tidurnya.

"Nighty night, Lady Delly. Good job."

Jeaven keluar kemudian meminta salah seorang pelayan untuk mengganti pakaian Delacey sebab cewek itu masih dalam balutan dress yang tidak cocok untuk Delacey kenakan tidur.

Lantas Jeaven menuju salah satu kamar yang menjadi kamarnya sekarang. Cowok itu kemudian mengenakan leather jacket hitam serta slayer kesayangannya untuk menutupi setengah wajah sebelum keluar dari rumah menggunakan mobil BMW yang kini melaju kencang.

Tatapan kematian kini terpancar di mata Jeaven.

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

"BAJINGAN!"

"JEAVEN BAJINGAN!"

"ASSHOLE!"

Pagi yang cerah disambut jeritan tuan puteri yang baru terbangun dari bunga tidur, menelusuri penjuru istana sembari berteriak menyebut nama laki-laki yang ingin ia pukul. Delacey melangkah mencari Jeaven lalu menanyakan keberadaan cowok itu kepada salah satu pelayan yang lewat.

Begitu mendapatkan jawaban, Delacey langsung mendaratkan kakinya di teras belakang rumah di mana ada kolam berenang luas yang dikelilingi taman kecil. Begitu matanya menangkap sosok yang ia cari, langkahnya terhenti. Cewek itu tertegun memerhatikan Jeaven.

Diterangi sinar hangat surya yang perlahan menerbitkan diri dari ufuk timur, Jeaven dengan celana boxer hitam membiarkan badan besar atletis atasnya dipamerkan sedang melakukan latihan fisik yang dapat melatih sekaligus memperbesar masa otot. Bagaimana cowok itu menaik-turunkan tubuh bagian atasnya dengan tangan, dibantu sokongan pergelangan kaki terlihat memesona. Belum lagi, keringat yang membasahi badan berkulit kecokelatan dengan banyak urat-urat menonjol.

Sial. He's so sexy. Too hot.

Cowok itu beneran berpikir ini rumahnya sendiri? batin Delacey beserta dengusan kecil yang ia keluarkan.

Pesona Jeaven sempat menyihir Delacey beberapa saat, sampai ia tersadar kembali lalu menghampiri cowok yang sedang beraktivitas kebugaran di dekat kolam berenang. "YOU'RE A DICK! FUCKING DICK!"

Menerima umpatan itu, Jeaven yang sedang sit up terhenti. Setengah mendongak kepada cewek yang berdiri di sebelahnya. Jeaven mengabaikan Delacey selama beberapa detik, melanjutkan latihannya sampai pada hitungan ke tiga puluh. Jeaven dengan santai mengelap keringatnya lebih dulu, sebelum beranjak bangun.

"Perubahan yang cukup cepat, bangun tanpa perlu dibangunkan. Good girl."

Tanpa merespons Jeaven, Delacey sudah langsung melayangkan tangannya untuk menampar pipi Jeaven. Tetapi tangan kekar itu lebih dulu menahan pergelangan tangan itu sebelum mendarat ke pipinya.

"You better give me a good morning kiss than this greeting, Lady," ujar Jeaven.

"Lo bajingan! Lo sialan! Sengaja 'kan lo kemarin gak bolehin gue ganti pakaian biar lo punya kesempatan buat macem-macem sama gue? What a dick! Lo gantiin pakaian when I'm sleeping! Lo—"

Tangan lain Jeaven membekap mulut Delacey hingga bibir cewek itu berhenti bergerak. Jeaven berjalan selangkah, membuat jarak mereka menjadi semakin dekat. Seharusnya cowok itu bau keringat dan matahari, tetapi anehnya Jeaven tetap wangi meskipun usai berolahraga. Setidaknya begitulah indra penciuman cewek yang membeku itu rasakan.

"Listen to me." Jeaven mendekatkan wajah. "Pertama, bukan gue yang gantiin pakaian lo tapi pelayan rumah. Kedua, tugas gue buat ngelindungi lo bukan ngerusak lo. Ketiga, jangan menyimpulkan sesuatu sebelum lo tau kebenarannya. Terakhir...."

Perlahan Jeaven melepaskan tangan Delacey, sekaligus membebaskan bibir cewek yang ditutup dengan tangan lainnya. Delacey yang mendadak mematung, mengerutkan dahi, "Terakhir?"

"Lo cantik."

"E-excuse me?" Pujian mendadak itu otomatis membuat wajah Delacey memerah seperti kepiting rebus. Ia berusaha untuk tidak menunjukkan bila sedang salah tingkah, cewek itu berdeham dan mendengus. "Iyalah! Gak ada yang bisa nandingin kecantikan gue di dunia ini!"

Jeaven mengangguk sambil menyeringai. "Meski dengan rambut singa itu."

"A-APA?!" Delacey melotot kemudian memegangi rambutnya yang beneran kusut. Benar saja, ia tidak sempat bercermin terlebih dahulu ketika bangun dan sudah langsung mencari Jeaven karena langsung terpancing emosi. "Dasar brengsek! Gak usah ngeledek, badan lo juga bau banget! BAU! BUSUK KEK BAU MAYAT!"

"Ini gue mau mandi." Jeaven menyeringai persuasif. "Ikut?"

"DICK! DASAR COWOK MESUM!"

Mendorong Jeaven dengan keras hingga cowok itu tercebur ke kolam berenang adalah reaksi Delacey menyembunyikan salah tingkahnya. Delacey mengacungkan jari tengahnya sedangkan Jeaven tertawa di dalam kolam. Lelaki itu berdiam di sana, memerhatikan kepergian Delacey.

Delacey mengempaskan napasnya berkali-kali. "Inget Delly, lo masih punya Oscar. Jangan biarin cowok itu mengobrak-abrik hati lo. Lagi."

Langkah kaki Delacey terhenti ketika ia menyadari sesuatu. "Hold on...."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

"Jadi mana bodyguard lo itu?"

Delacey yang sedang melihat ponsel sambil menggerutu karena lagi-lagi Oscar menolak ajakannya untuk pergi ke sekolah bersama spontan mengalihkan pandang begitu Larissa bertanya kepadanya.

"Bener, mana dia? Biar gue kasih pelajaran karena udah berani ngekang lo!" sambung Agatha yang datang bersama Larissa.

Kedua cewek berseragam sekolah  itu sengaja datang ke rumah Delacey lebih awal untuk melihat cowok yang diceritakan Delacey sebagai musuh barunya untuk keluar malam. Delacey hanya bisa tertawa dan geleng-geleng kepala saat mereka berdua mempunyai tekad membasmi bodyguard Delacey.

"Lo bilang dia bahkan sampai jadi murid baru di sekolah kita buat jagain lo? Gue jadi makin pena—"

"Looking for me?"

Ucapan Agatha terpotong begitu cowok jangkung muncul di hadapan mereka dengan tas yang hanya mengait di lengan kanannya saja, menggunakan jaket varsity biru tua melapisi kemeja sekolah yang tidak dimasukkan, bawahan celana motif flaid senada dengan dasinya, serta sepatu jordan. Pesona Jeaven sebagai murid sekolah internasional begitu terpancar.

Agatha dan Larissa tercengang sebelum berkomentar kompak, "ANJING GANTENG!"

Delacey mengernyit bingung dan kaget ketika kedua sahabatnya itu tiba-tiba menarik tangannya lalu membentuk lingkaran kecil. Mereka kemudian berbisik-bisik, seolah sedang melakukan rapat rahasia dadakan khusus perempuan yang tidak membiarkan Jeaven mendengar.

"Lo gak bilang kalau cowok yang jadi bodyguard lo itu seganteng itu?! He is an angel," celetuk Agatha bersuara sepelan mungkin.

"Iya! Anjir! How could you!" timpal Larissa.

"Kalian... apa-apaan sih?" dengus Delacey.

"Jadi dia murid baru di kelas kita? Nyesel gue gak ke sekolah kemarin! Penyesalan seumur hidup!" kata Agatha lagi.

"Agree! Lo kalau gak betah diawasin sama dia, please, give him to me. Gue iklas banget. He's single, right?" Larissa berucap dengan menggebu-gebu.

Delacey memandang kedua cewek itu tidak habis pikir. Ia melongo, berdecak jengkel. "Bukannya kalian mau ngelawan dia? Kenapa malah jadi terpesona bitch!"

"Kalau seganteng itu gimana bisa gue lawan anjir? Yang ada gue mati duluan karena kecakepannya!" sahut Larissa berlebihan sebelum Agatha menyambung, "Iya! Gak sesuai ekspektasi gue! Gue ngebayangin yang jadi bodyguard lo itu spek Balmond tapi malah spek Gusion!"

"Baik nona-nona, waktu diskusi selesai." Jeaven berdeham.

"I hate you all, bitches," kata Delacey kepada dua temannya kemudian memutar badan, berhadapan dengan Jeaven. "Oh, gue lupa bilang, gue berangkat sekolah bareng mereka. Jadi lo gak usah repot-repot."

Jeaven tersenyum. Memandang kedua teman Delacey, "Agatha, Larissa."

"Hah? Iya?" sahut mereka salah tingkah karena nama mereka tiba-tiba disebut oleh Jeaven.

"Kalian keberatan kalau tuan putri Delly berangkat bareng gue?"

"Gak! Gak sama sekali! Kita gak keberatan kok, dude! Dia suka ngatain gue bego nyetir tiap mengemudi, no big deal!" sahut Agatha seraya terkekeh-kekeh hingga menerima pelototan maut dari Delacey.

"Tapi karena gue ada di pihak Delacey, jadi kalau dia keberatan berangkat sama lo, gue mau kok gantiin Delacey," sambung Larissa menarik sudut bibir selebar mungkin.

"Sounds great," balas Jeaven di luar dugaan Delacey. "Kalau Delacey gak mau sama gue, lo bisa gantiin."

"Eh beneran?! Serius?!" Larissa kegirangan.

"EH GAK! Enak aja! Jeaven tugasnya jagain gue, ngapain lo yang nikmatin jasanya! Gak boleh! Don't you dare!" lawan Delacey, terjadilah perdebatan antara tiga gadis itu memperebutkan Jeaven.

Delacey mendengus, menatap Jeaven tajam, "Fine, gue berangkat bareng lo!"

Jeaven menyeringai. "Sure."

Delacey melotot ke dua temannya. "Cut off."

༄𝄡𝄢𓆩ᥫ᭡𓆪𝄡𝄢༄

Dari kejauhan, sosok misterius serba hitam yang duduk di dalam mobil, memerhatikan laju mobil yang baru keluar dari bangunan mewah itu. Atensi sosok itu begitu tajam.

Senyuman liciknya terbit. "Delacey."

𝄡𝄢𓆩TO BE CONTINUED𓆪𝄡𝄢


400 vote and 1k comments for next baby <3

spam next di sini ^^

thanks for reading >3

Continue Reading

You'll Also Like

1M 96.4K 47
Tentang Aksa dan semua dramanya. ***
2.9K 136 21
Arden itu paling ganteng se-SMA Tanjuaya. Tumbuh dengan kepercayaan bahwa semua cewek menyukainya membuat Arden menjadi cowok yang gampang mematahkan...
882K 94.8K 46
Kehidupan Dinar Tjakra Wirawan berubah, setelah Ayah dan kakak laki-lakinya meninggal. Impiannya yang ingin menjadi seorang News anchor harus kandas...
2.6M 15.2K 2
Bian ketergantungan dengan sosok Kara, gadis itu pemilik dunianya. Saat Bian makin terikat dengan gadis itu, Kara malah mulai mencoba pergi. Dan Bi...