Another Cannon Fodder

By diamond_life5

1.1M 130K 7.3K

Vallen terbangun dan mendapati ia kembali ke masa lalu. Ternyata ia bukanlah anak kandung dari keluarganya sa... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
ada yang baru lho
vote cover
Open PO
11.11
Vallen versi PDF
PDF READY
OPEN PO
OPEN PO AGAIN 😁

23

22.6K 2.7K 93
By diamond_life5

Halo halo,
Ngga bakal bosen Inay tanyain kalian 😁
Sehat semua? Harus donk. Yuk tetep semangat dan jaga kesehatan.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

Hector sedang di jalan untuk menjemput anak bungsu adiknya. Adiknya bersikeras dan memaksanya untuk menjemput Vallen. Dengan alasan si kembar tidak bisa pulang bersama karena ada bimbingan tambahan, sedangkan Hugo masih ada rapat yang tidak bisa ditinggalkan. Hugo yang melihat kakaknya menganggur di ruangan kerjanya tentu saja meminta sang kakak untuk menjemput anak bungsunya. Hector masih ingat percakapannya dengan sang adik beberapa saat yang lalu.

"Apa hubungannya denganku," ucap Hector.

"Ayolah, Kak. Tidak ada salahnya, dia juga keponakanmu. Jika ia pulang dijemput supir, aku merasa tidak enak. Takutnya Vallen berpikir aku tidak memperdulikannya."

"Dia anakmu atau anakku?"

"Tentu saja anakku!"

"Jadi, itu bukan urusanku."

"Apa Kakak tidak menyukai Vallen?"

"Omong kosong, apakah aku terlihat seperti itu?"

"Jadi, inilah waktunya Kakak untuk mengenal Vallen lebih baik. Dia anak yang penurut dan tidak rewel. Lagipula, tidak ada salahnya menjemput keponakan sendiri."

"Hugo jangan memerintahku!" tekan Hector dengan nada dingin.

"Aku meminta tolong bukan memaksa, Kak."

"Kamu sudah tahu alasannya."

"Kak, aku hanya ingin Kakak lebih dekat dengan putra bungsuku. Vallen terlihat takut saat melihatmu."

"Aku tidak pandai berurusan dengan anak-anak."

"Jadi, mulailah belajar!"

"Jika Ki—"

"Cukup!"

Perdebatan akhirnya di terselesaikan saat Hector menyetujui untuk menjemput Vallen di sekolah. Mobilnya mendekati gerbang, Hector juga bisa melihat anak bungsu adiknya seperti sedang berbicara dengan seseorang. Hector tidak tahu apa yang mereka berdua bicarakan tapi yang terakhir ia dengar adalah  pria yang ia tebak berumur dua puluhan tahun itu mengajak Vallen untuk ikut semobil dengannya. Mana mungkin Hector menyetujui ucapan pria muda yang ada di depannya. Ia harus berdebat dengan adiknya untuk sampai di sini. Jadi, ia tidak mau datang dan berakhir dengan tangan kosong.

"Pa-paman."

"Hm."

"Anda siapa?" tanya Liam.

"Saya, paman Vallen. Jadi, Vallen akan pulang dengan saya."

Vallen mendapat kode untuk datang mendekat ke arah sang paman. Ia lebih suka ikut pamannya yang terlihat dingin daripada harus ikut dengan Liam. Vallen membuka pintu penumpang di samping supir. Hector sendiri masih menatap datar ke arah Liam. Awalnya Liam masih memasang wajah tenang tapi lama-kelamaan, ia juga merasa tidak nyaman ditatap seperti itu.

Hector memutuskan pandangan saat mendengar pintu mobil yang tertutup kembali. Ia masuk ke kursi pengemudi.

"Pasang safety belt."

"Ah, iya, Paman."

Setelah memastikan Vallen memasang safety belt dengan benar, barulah Hector menyalahkan mesin mobil lalu mobil mulai meninggalkan area gerbang.

Liam menghela napas setelah bebas dari tatap pria yang disebut paman oleh Vallen. Ia ingat jika orang tua kandung Vallen sudah tidak punya kerabat lagi. Dan, ia merasa seperti tidak asing dengan pria yang membawa Vallen.

"Kakak," panggil Ryan yang sudah terduduk di dalam mobil.

"Ah, iya, kita pulang sekarang."

Ryan sedari tadi hanya menjadi penonton, ia tidak membuka suaranya saat mendengar kakaknya menawari  Vallen untuk pulang bersama. Tapi, ia sangat terkejut saat melihat pria paruh baya yang terlihat masih muda dan tampan mengaku sebagai paman Vallen. Dimana Vallen mengenal pria seperti itu? Diliat dari auranya, Ryan merasa jika pria itu bukan orang sembarang. Pria itu tidak mungkin hanya orang biasa, menilai dari pakaian rapih yang  dipakai serta mobil yang dibawa. Meskipun bisa dikatakan, ia baru menjadi anak orang kaya, ia tidak buta dengan merek-merek terkenal. Karena mobil yang ditumpangi Vallen merupakan salah satu mobil yang pernah ia impikan dulu. Dengan statusnya sekarang pun belum tentu mobil itu bisa ia beli. Tidak hanya mahal tapi mobil itu sudah tidak lagi diproduksi. Ia jadi berpikir darimana Vallen mengenal orang seperti itu. Apakah tidak cukup untuk Vallen mengenal Martinez? Sekarang siapa lagi yang coba Vallen dekati.

Keheningan tercipta di dalam mobil. Hector sedang fokus menyetir ke arah depan. Vallen dengan gugup memegang safety belt yang melingkar di depan dadanya. Ia merasa canggung dan sedikit takut tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Pamannya bukan orang jahat, menurut ayahnya, paman sebenarnya orang baik.

"Kita akan mampir untuk makan dulu."

"Ah, ba-baiklah, Paman."

Ini juga merupakan permintaan adiknya, Hugo. Hector hanya bisa menurutinya, lagipula ia tidak mau Vallen memiliki kesan buruk terhadap nya. Tunggu, sejak kapan ia memikirkan pendapat orang lain tentangnya?

Hector berhenti di sebuah restoran mewah, kedua turun. Vallen tidak asing dengan restoran mewah karena ia sering makan di restoran mewah tapi ini pertama kalinya ia datang ke restoran ini. Ia baru tahu ada restoran ini tidak jauh dari tempatnya tinggal.

Hector memesan ruangan pribadi, pelayanan masuk dengan buku menu di tangannya.

"Saya pesan menu paling populer dan paling direkomendasikan."

"Baik, Tuan. Tunggu sebentar."

Hector duduk tegak, terkesan sangat berwibawa. Vallen juga duduk dengan punggung tegak. Di samping ia merasa tegang, juga karena kebiasaan bawaan dari kecil yang mengharuskannya duduk dengan punggung tegak. Ini merupakan etika dasar dalam sehari-harinya. Jadi, perilaku ini sudah menjadi kebiasaan di bawah sadarnya. Tanpa diketahui, Vallen sendiri memiliki aura yang tidak dimiliki orang biasa.

"Tidak perlu gugup, apakah paman semenakutkan itu?"

"Ti-tidak tidak."

Hector sudah tahu latar belakang Vallen, dari tertukar saat bayi lalu diusir dari keluarga lamanya. Keluarga kandungnya pun memberikan hak asuhnya pada adiknya Hugo Martinez.

Tidak lama pramusaji masuk dengan berbagai menu. Piring-piring mulai tersaji diatas meja. Semuanya terlihat menarik dan menggugah selera.

"Makan."

"Iya, Paman."

Vallen bisa makan apapun kecuali olahan dari udang, sekarang ia tidak pilih-pilih makanan. Keduanya makan dengan tenang.

Pramusaji masuk kembali, untuk mengambil piring-piring dan menggantinya dengan makanan penutup yang terdiri dari makanan manis yang biasanya banyak disukai pelanggan apalagi remaja seperti Vallen.

Vallen mengambil kue berlapis yang di letakkan di dalam gelas kecil. Terlihat enak dan membuat  penasaran orang untuk mencicipinya.

Vallen mengambilnya dengan sendok kecil yang sudah tersedia. Lembutnya roti dan manisnya krim meleleh di dalam mulutnya. Ia tidak tahu jika ada kue yang seenak ini. Lain kali, ia akan mengajak ayah dan kakaknya untuk datang kesini.

Hector bisa melihat Vallen yang terlihat sangat menikmati kuenya.

"Apakah seenak itu?"

"Sangat enak, Paman juga harus mencobanya!" Vallen dengan refleks mengambil sesendok kue dan mengarahkannya ke arah sang paman.

Vallen maupun Hector terdiam, Vallen merasa malu karena terlalu bersemangat sampai tidak sadar bertindak seperti itu. Saat ia akan menarik sendoknya, ia kembali dibuat terdiam karena pamannya yang mencondongkan tubuhnya lalu memakan kue yang ia sodorkan.

"Manis, tidak buruk," ucap Hector dengan tenang ditengah kunyahannya.

Vallen tidak menyangka pamannya akan benar-benar menerima suapannya. Sekarang ia percaya jika pamannya hanya terlihat dingin tapi sebenarnya baik. Seperti yang di ucapkan ayahnya.

Vallen tersenyum membalas ucapan sang paman, "Benar, kan? Ini sangat enak, Paman."

"Hm."

Vallen melanjutkan makan kuenya sampai habis.

Hector mengamati Vallen yang memakan kuenya dengan senang. Ia sendiri dibuat bingung dengan perilakunya sendiri. Remaja berkacamata ini sepertinya memiliki daya tarik tersendiri. Pantas saja si kembar menginginkan remaja ini menjadi adik mereka. Ia berpikir, pilihan si kembar tidak buruk. Ia juga sedikit menyukainya.


Hari Minggu, update lebih awal, hehe.
Yang mau jalan-jalan ajak inaylah 😁

Eits, tapi jangan lupa vote dan komen dulu ya 🤭

6 Agustus 2023

Continue Reading

You'll Also Like

495K 64.1K 23
tidak ada deskripsi.. baca aja. tapi, bijaklah dalam memilih cerita. karena bulan puasa, baca cerita ini waktu malam hari. bahasa non baku dan kasar...
1.5M 132K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
1M 117K 56
Saat membuka mata Luhan sudah berada di tengah hutan. Tidak usah memikirkannya lagi, sudah pasti ia di buang Luhan menghela napas, ia kembali menutu...
1.1M 94.6K 44
Pernah mendengar soal transmigrasi jiwa? Mungkin itulah yang dirasakan seorang pemuda yang kini menempati tubuh seseorang yang kehidupannya seperti f...