Life With You

By junghyura21

22K 1.2K 32

Sequel dari Dosen Duda Itu Suamiku. ini kisah Jena dan Ardi bersama anak kembarnya. More

1. After 5 Years
2. The Real Baby Is ....
4. Namanya Anak Cowok
5. Tahta Tertinggi
6. Calon Ipar
7. Ardi Masih Ingat
8. Liburan
9. Tentang Orisa
10. Insiden
11. Tidak Sesuai Ucapan
12. Sold!
13. Tamu Tak Terduga
14. Masalah Ekonomi?
15. Susah Nurut!
16. Kabar Baik

3. Trauma

1.7K 98 1
By junghyura21

.

.

.

.

.

.

Kesibukan Jena bukan hanya menjadi Ibu dan Istri saja, khusus di hari selasa dan kamis ada kegiatan tambahan. Paginya biasa menyiapkan sarapan, anak berangkat dengan Papanya dan nanti dia yang jemput ke sekolah. Habis itu langsung meluncur ke rumah orangtuanya untuk menitipkan kiddos untuk beberapa jam ke depan.

"Satu tambah satu sama dengan dua."

"Kalau dua tambah satu sama dengan?" tanya Jena sembari menunjuk angka yang ditulis di papan tulis.

"TIGA!!" ucap anak-anak dengan kompak.

"Pinter! Lagi tiga tambah dua sama dengan?" tanya Jena

"LIMA!"

Inilah kegiatan Jena, menjadi pengajar sukarela di sebuah panti asuhan. Dia memang tidak bekerja menjadi guru di sekolah tapi tenang saja, ilmu Jena saat kuliah masih bisa tersalurkan dengan kegiatan ini. Sudah kurang lebih sekitar tiga tahun, pokoknya saat twins sudah lepas asi darinya.

Jadwal mengajar sebenarnya itu jam 1 siang, tapi karena ini sekolahnya libur karena suatu hal jadi Jena mengajar agak awal. Kelas Jena terbagi menjadi dua, kelas kecil dan kelas besar. Kalau kelas kecil biasanya belajar berhitung, belajar basicnya matematika. Untuk kelas diatas kelas 3 SD biasanya menanyakan pr saja. Sistemnya Jena menjelaskan sedikit diberi contoh soal, sisanya biar mengerjakan sendiri. Tenang saja nanti juga akan dicheck olehnya.

"Dicatat dan dihapalkan ya rumus bangun-bangunnya, saat tes tidak boleh buka buku." ucap Jena

"Kalau yang gabungan kaya gini Kak?"

"Kalau keliling cuma pinggirnya doang yang dihitung, luasnya hitung satu-satu terus ditambah."

"Kak Jena jadi guruku aja di sekolah, menggantikan Bu Ali. Enggak paham tau pas di sekolah saat diterangin." ucap Safa

"Safa enggak boleh begitu, kuncinya itu suka sama salah satunya dulu. Matematika atau sama gurunya, nanti lama-lama bisa asalkan dilatih terus." ucap Jena sambil tersenyum.

"Dikerjain ya, Kak Jena pamit pulang. Jangan tergesa-gesa dan jangan lupa berdoa sebelum mengerjakan." pesan Jena.

"Hati-hati Kak." ucap Anak-anak sambil melambaikan tangan.

"Mbak Jen! Mau pulang?" tanya Bu Ami yang menghampiri, beliau adalah pengurus panti asuhan tempat Jena mengajar.

"Eh Bu Ami, iya mau pulang." jawab Jena

"Endak makan siang dulu? Apa endak lapar gitu padahal habis mengajar." ucap Ami

"Terima kasih Bu atas tawarannya, tapi maaf saya harus segera menjemput anak-anak." tolak Jena secara halus.

"Oalah ya sudah, oh iya! Ini ada sedikit hasil kebun kami dibawa ya Mbak." ucap Ami memberikan sekresek penuh sawi dan kacang panjang.

"Kok diberikan ke saya? Buat kebutuhan panti aja Bu." Jena berusaha menolak, karena baginya panti lebih membutuhkan.

"Pokoknya dibawa Mbak, untuk panti sudah ada sendiri. Mbak Jena harus mencoba juga hasil berkebunnya anak-anak. Hanya ini juga yang bisa kami berikan untuk Mbak." ucap Ami, tidak kehabisan akal Ami memasukan sayurannya langsung ke dalam mobil Jena.

"Terima kasih ya Bu, pasti akan saya coba hasil kebun anak-anak. Kalau begitu saya pamit Bu." ucap Jena, tidak ada lagi kata menolak pemberian kalau sudah sampai masuk ke mobil.

"Iya Mbak, hati-hati ya." ucap Ami, wanita itu berdiri mengamati sampai mobil Jena benar-benar hilang menjauh.

Jam masih menunjukkan pukul 2 siang, cuaca lagi terik-teriknya tapi dia harus segera menjemput twins. Jarak antara panti ke rumah Ibunya tidak terlalu jauh sekitar 15 menit, saat perjalanan tidak sengaja melihat kedai jus jadi mampir untuk beli. Tubuhnya butuh asupan manis biar tidak lemas saat menyetir, seharian juga hanya minum air putih saja.

"Assalamualaikum, Mama pulang." ucap Jena memasuki rumahnya.

"Waalaikumsalam, sini Nduk ini lagi pada makan." ucap Arum

"Loh belum makan siang?" tanya Jena

"Udah, tapi tadi ada kang bakso lewat jadi beli karena mereka pada pengen." jelas Arum

"Mama bawa apa?" Gamma menyadari apa yang dibawa.

"Bawa jus melon. Nanti diminum habis makan ya sayang."

Jena menjejerkan jus kepada kiddos agar tidak berebutan dan endingnya tidak jadi minum. Antisipasi karena Keyna kadang agak iseng sama twins, ketimbang nanti perang dunia ke tiga. Lanjut Jena ke meja makan melihat apa yang dimasak oleh Ibunya, mau menumpang makan ceritanya.

"Tiga hari ini aman? Mereka berantem enggak Nduk?" tanya Arum

"Alhamdulilah aman Bun, Keyna lebih anteng dan twins lebih mengerti." jawab Jena sambil melahap masakan Bundanya.

"Syukurlah, repot enggak kamu? Mana sekolah mereka beda."

"Repot pasti Bun, namanya merawat tiga anak. Tenang saja Mas Ardi yang membantu dan mengantar jadi lebih cepat." ucap Jena, menenangkan pikiran Ibunya yang mungkin kepikiran.

Kepikiran itu pasti, apalagi Jena sendiri statusnya anak bungsu. Image manja mungkin masih melekat walau sudah punya dua anak. Ditambah lagi dengan adanya Keyna semakin membuat pikiran Ibunya.

"Bunda mau menginap boleh? Biar bisa bantuin kamu jaga anak-anak." ucap Arum meminta izin pada Jena.

"Tentu boleh Bunda, kenapa harus ijin-ijin segala. Pasti bolehnya karena Jena anak Bunda." jawab Jena

"Bagaimanapun harus tetap izin, itu rumah kamu dan Ardi. Kalau begitu Bunda mau siapin baju dulu." ucap Arum

"Makanannya nanti dibungkus ya Jen, bawa kerumahmu biar enggak mubazir." perintah Arum

"Iya nanti biar Jena bungkus." Jena melanjutkan makannya sambil mengawasi kiddos yang menonton tv.
.

.

.

.

Kiddos tidur adalah waktu untuk Jena beristirahat dan merawat badan. Hal itu jarang sekali dia lakukan sekarang karena tidak ada waktu. Menunggu masker mukanya kering saja sambil mengkoreksi tugas mahasiswa suaminya. Benar Jena masih bekerja rodi untuk itu, biar otaknya tidak tumpul.

Suaminya saat ini sedang sangat sibuk selain mata kuliah yang diajar banyak, Ardi juga ditunjuk sebagai ketua magang prodi. Tugasnya harus mengkoordinasi dan mengawasi semua dosen yang akan menjadi pembimbing magang. Tidak lupa juga harus mencari dan menyeleksi sekolah yang akan digunakan menjadi tempat magang. Menyeleksi dilakukan agar semua sekolah bisa merasakan mendapat mahasiswa magang.

Cklek

"Masih belum selesai sayang?" tanya Ardi

"Nih sudah, lumayan juga nih nilai-nilainya. Jangan lupa dicek lagi koreksianku Mas. Takut salah lihat karena tertutup masker." ucap Jena

"Bagus dong, berarti yang aku ajarkan masuk diotak. Makasih ya sayang." ucap Ardi

"Sama-sama Mas sayang."

Jena menyodorkan hasil koreksiannya, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan muka dan berganti baju tidur. Sedikit bercerita jadi hanya selesai satu kelas saja yang dia koreksi hari ini. Sebenarnya masih ada dua kelas lagi yang harus dikoreksi, berhubung capek ya sedapatnya saja. Btw mahasiswa pendidikan matematika dari tahun ke tahun selalu naik, sekarang rata-rata jadi tiga kelas.

"Mas itu cuma dapet sekelas aja tadi." teriak Jena dari dalam kamar mandi.

"Iya nanti aku koreksi, ini aku koreksi punya kamu tadi sayang."

Saat keluar kamar mandi Ardi tampak masih meneliti pekerjaannya. Mata elang sang suami menscan dengan sangat teliti hasil koreksian Jena. Hal ini dilakukan agar mahasiswa tidak dirugikan karena kesalahan saat pengoreksian. Dosen juga akan repot juga mengurus pembenaran nilai apalagi kalau sudah sampai disubmit aplikasi informasi akademik kampus.

"Mas Ardi?" panggil Jena yang sudah menyelesaikan ritual skincare malamnya dan merebahkan diri di ranjang.

"Dalem sayang." jawab Ardi

Mendapat respon Ardi dengan kata-kata 'dalem sayang' membuat Jena salah tingkah sendiri. Jarang loh begitu bisa dihitung pakai jari selama tujuh tahun pernikahan. Paling biasanya deheman, apa sayang? atau iya ada apa sayangku.

"Sudah? Kalau sudah sini tidur. Aku lagi pengen di peluk sama Mas Ardi."

"Mode manja nih pasti Mamanya twins." Ardi yang merasa terpanggil meletakan kertas mahasiswanya dan merebahkan diri di samping Jena.

Grep

"Mau bicara sesusatu." ucap Jena dengan nada pelan.

"Kok bisik-bisik, mau bicara apa sayang." tanya Ardi sembari mengusap kepala Jena.

"Bicara apa coba sini?" Ardi mendekatkan telinganya ke mulut Jena.

"Aku rasa kehadiran twins sudah lebih dari cukup untuk melengkapi pernikahan kita Mas." bisik Jena dengan sedikit rasa takut.

"Maksudnya?" tanya Ardi, mukanya terlihat bingung sampai menoleh menatap Jena.

"Ya anak kita hanya twins." Jena mencoba memperjelas lagi.

"Kamu enggak mau menambah anak lagi?" tanya Ardi

"Iya, maaf karena membuat Mas Ardi kecewa saat Mas sedang pengen-pengennya menimang anak dari Jena lagi. Ada alasan kenapa aku tidak mau." ucap Jena dengan cepat.

"Coba jelaskan pelan-pelan sayang." perintah Ardi, ucapan Jena terlalu cepat untuk Ardi dengar dan cerna.

"Jena takut jika kalau harus masuk ruang operasi lagi Mas." ucap Jena, operasi sesarnya metode biasa bukan kaya sekarang yang viral metode eracs. Hal itu membuatnya menjadi trauma untuk masuk ruang operasi.

Keputusannya untuk jujur sedini mungkin memang sudah dipikirkan dengan sangat matang oleh Jena. Resikonya tentu akan membuat Ardi kecewa dengan keinginannya. Lebih baik tau lebih cepat dari pada sudah menunggu tidak ada kejelasan dan berakhir zonk.

"Kenapa harus takut? Mas kan menemani kamu sayang." ucap Ardi

"Rasa sakit Mas, masih teringat jelas rasanya ketika jarum masuk ke sumsum tulang. Ketika pasca operasi menggigilnya sampai bergetar seluruh badan, obat pereda habis nyerinya luar biasa. Belum mual muntah yang dirasa." Tidak lupa sakitnya pencopotan kateter untungnya saat pemasangan tidak terasa karena dilakukan setelah pembiusan.

"Untuk menggendong twins saja butuh beberapa hari dan masih perlu bantuan kalian." Jena menjelaskan apa yang dia rasakan saat itu.

Takut itu alasan utamanya, rasa sakit saat pembiusan dan setelah operasi masih teringat jelas. Nyeri yang berhari-hari ya itu yang paling menyiksa. Ditambah masa pemulihan yang memakan waktu cukup lama, beda saat melakukan proses normal. Jena sehari pertama hanya berada di bankar rumah sakit dan itu sangat aneh baginya. Hanya bisa menunggu orang datang untuk membantunya .

"Maaf ya sayang. Ternyata tidak sepenuhnya Mas tau apa yang kamu rasa dulu sayang." ucap Ardi

Jena memang tidak banyak mengekspresikan apa yang dirasa waktu itu. Jujur Ardi sendiri kaget dengan ucapan istrinya. Ternyata masih ada trauma yang tertinggal pasca persalinan.

"Bukan salah Mas Ardi, ya memang takdirnya twins lahir dengan cara itu. Maaf Mas, maaf badan Jena yang lemah." Jena menangis dipelukan Ardi.

"Stt, sudah jangan menangis sayang, ada alasan lain yang baru terpikirkan juga selain itu. Memberi adik untuk twins juga membuat kita harus membagi sama rata kasih sayang dan perhatian. Dilihat dari pengalaman dengan Keyna, twins tidak siap jika ada saudara baru."

Cup
Ardi mengecup kening Jena.

"Jangan terlalu dipikirkan, makasih sudah jujur dengan apa yang kamu rasa sayang. Mas minta maaf karena kurang peka sama kamu dulu. Sekarang kenyamanan bersama memang harus menjadi prioritas. Memiliki twins juga sudah membuat hari-hari kita berwarna. Mungkin juga sudah saatnya tutup pabrik untuk kita."

"Mas tidak marah?" tanya Jena

"Kenapa harus marah? Mas malah merasa bersalah sama kamu sayang. Menghandle semua sendirian itu pasti tidak mudah. Mas juga cuma bisa membantu sebisanya saja lagi." ucap Ardi

"Makasih juga sudah mau mengerti, aku cuma enggak mau Mas Ardi berharap tanpa hasil." ucap Jena

.

.

.

Tbc
Follow instagram author di @hi_jhyura
Sumber foto dari pinterest

Jika kalian suka cerita ini bisa vote, share dan ikuti akun aku supaya tidak ketinggalan update. Oh iya dimasukan dalam perpus kalian ya guys. Bisa ramein di kolom komentar yuk.

Oh iya jangan lupa mampir dicerita JH lainnya.

Continue Reading

You'll Also Like

101K 6.5K 21
"Hestama berhak tahu kalau ada bagian dari dia yang hidup di dalam rahim lo, Run." Cinta mereka tidak setara. Pernikahan mereka diambang perceraian...
SARLA By Ini Al

General Fiction

859K 35.4K 92
[ Follow sebelum membaca!] [Happy reading ] (Lengkap) ⚠️CERITA HASIL PEMIKIRAN SENDIRI⚠️ ⚠️PLAGIAT HARAP MENJAUH!!, MASIH PUNYA OTAK KAN?! MIKIR LAH...
47.5K 221 30
Kumpulan cerita-cerita pendek berisi adegan dewasa eksplisit. Khusus untuk usia 21+
48K 4.3K 26
⚠️ Region BL. Yang Homopobia silahkan menjauh ⚠️ Bagi Aklesh hidup nya terasa monoton, tidak ada tantangan atau pun kisah menarik didalam catatan hid...