Conquered Mr. Gay [Completed]

By aprilianatd

1.3M 118K 4.7K

Runa Nafisah Keylani tidak bisa menolak keinginan Papanya saat diminta untuk menikah dengan seorang laki-laki... More

Prolog
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Epilog
Extra Part
Pengumuman

Bab 30 [end]

56.9K 3.8K 136
By aprilianatd

Runa melipat kedua tangannya di depan dada. Tatapannya sangat tajam, memandang lurus ke depan. Dua meja di depannya, terdapat dua laki-laki yang saling duduk berhadapan. Matanya tak lepas sedikitpun dari dua laki-laki yang sedang mengobrol serius.

Kondisi kesehatan Runa belum sepenuhnya membaik. Beberapa hari ini ia masih sering pusing. Tidak hanya itu, ia juga tidak bisa makan makanan yang pedas. Sebenarnya hari ini Devan hendak mengantarnya ke rumah sakit. Tapi sebelum pergi ke rumah sakit, Devan harus bertemu dengan Roy. Devan memintanya untuk menemani mantan pacar suaminya itu.

Saat Runa dan Devan sampai ke tempat yang sudah ditentukan, ternyata Roy sudah lebih dulu tiba. Roy terlihat tidak suka saat melihat Runa ikut datang juga. Akhirnya Runa memilih memisahkan diri, memberi waktu untuk mereka berbicara berdua. Ia yakin Devan pasti bisa menyelesaikan masa lalunya sebaik mungkin.

Dari tempatnya duduk, Runa tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan Devan dan Roy. Ia hanya bisa mengamati Roy yang tiba-tiba menampilkan wajah kesal saat Devan sedang berbicara. Ia mencoba membaca gerak bibir Devan, tapi ternyata ia tidak bisa menebak apa yang dikatakan oleh Devan.

Lima belas menit Runa menunggu, akhirnya ia melihat Roy berdiri dan berjalan meninggalkan Devan. Saat Roy berjalan melewati mejanya, laki-laki itu sempat meliriknya sekilas dengan pandangan tidak bersahabat. Sebelum akhirnya Roy berjalan begitu saja meninggalkan restoran.

"Semua udah selesai."

Runa menoleh, mendapati Devan sudah berdiri di depannya. "Selesai?" tanyanya menuntut penjelesan lebih detail.

Devan mengambil duduk di hadapan Runa. "Aku udah selesaiin semuanya. Nggak ada lagi Roy dalam hidupku," jawabnya menjelaskan. "Dan semoga dia nggak muncul di hidup kita lagi," lanjutnya penuh harap.

"Tadi ngobrol apa sama Roy?" tanya Runa penasaran. "Dilihat dari wajah Roy, kayaknya dia kesal banget," lanjutnya.

"Dia kesal karena dia nggak dapetin apa yang dia mau."

"Karena dia nggak berhasil bikin Mas Devan pisah sama aku?" tebak Runa yang langsung diangguki oleh Devan. "Bukannya dia punya istri sama anak?" tanyanya keheranan.

Lagi-lagi Devan mengangguk. "Punya."

"Udah punya istri sama anak, masih aja kepikiran buat ngerebut kebahagiaan orang lain," gerutu Runa.

Devan mengedikkan bahu. "Mungkin dia kurang bersyukur sama yang dia miliki sekarang."

"Dan Mas Devan hampir jadi orang yang nggak bersyukur juga karena sempat mikirin ucapan si Roy," sindir Runa sinis.

Devan meringis mendengar nada sindirian itu. "Maaf, aku salah karena sempat ragu dan mikirin perkataan Roy."

Runa tersenyum tipis. "Oke, aku maafin," balasnya. "Awas aja kalo ada mantan-mantan Mas Devan yang dateng dan bikin Mas Devan ragu lagi. Aku nggak akan sebaik ini maafin Mas Devan untuk kedua kalinya," lanjutnya dengan wajah serius.

"Oke, akan kuingat."

"Mas Devan nggak pesan makan?" tanya Runa mengganti topik pembicaraan. Perutnya tiba-tiba berbunyi pelan, menandakan ia sedang lapar.

"Kamu lapar?" Bukannya menjawab, Devan malah balik bertanya.

Runa mengangguk.

"Akhirnya.... nafsu makanmu kembali normal." Devan langsung lega mendengar Runa merasa lapar. Tapi berbeda dengan Runa yang saat ini mengetutkan keningnya nampak kebingungan. "Beberapa hari kemarin kamu harus dipaksa dulu baru mau makan," lanjutnya memberi penjelasan.

Runa juga baru sadar kalau beberapa hari yang lalu nafsu makannya sedikit menurun. Kalau tidak dipaksa Devan, ia tidak akan menyentuh makanan apapun. Dan makanan yang masuk ke dalam mulutnya tidak pernah lebih dari lima sendok setiap makan.

"Kamu mau makan apa?" tanya Devan semangat. Mendengar Runa ingin makan, tentu saja membuatnya senang. Beberapa hari terakhir ia cukup khawatir dengan kondisi kesehatan Runa. Seharusnya dua hari lalu ia membawa Runa ke rumah sakit untuk periksa, tapi ternyata ia tidak bisa karena ada beberapa pekerjaan penting yang harus segera ia selesaikan. Runa juga meyakinkan dirinya kalau kondisinya tidak perlu sampai dibawa ke rumah sakit.

"Aku mau makan gurame sama cumi."

"Oke," sahut Devan. Kemudian ia mengangkat tangannya, memanggil pelayan yang sedang berdiri di dekat meja kasir. Begitu pelayan berjalan mendekat, ia mulai menyebutkan pesanannya.

"Aku mau tambah minum lagi, Mas," ucap Runa saat sadar minuman yang tadi ia pesan sudah tersisa sedikit.

"Mau minum apa?"

"Lemon tea."

Setelah pelayan menulis dan membacakan ulang semua pesanan mereka, pelayan pergi meninggalkan meja mereka.

"Habis ini kita harus ke rumah sakit. Aku nggak mau ambil resiko kamu muntah lagi kayak kemarin malem."

Runa cemberut. "Iya deh," sahutnya pasrah.

***

Semenjak pulang dari rumah sakit, Devan mendapati Runa tidak berhenti menangis. Terlebih saat Runa mengetahui apa penyebab selalu muntah setiap malam. Dokter mengatakan Runa sedang mengandung. Dan usia kandungannya sudah menginjak bulan kedua.

Di satu sisi Devan kaget, dan di sisi lain ia juga tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Begitu melihat Runa menangis, ia malah menjadi kebingungan. Ia tidak tahu alasan Runa yang tiba-tiba menangis tanpa henti. Entah karena Runa merasa bahagia seperti dirinya, atau Runa tidak menginginkan kehamilan ini.

Devan mengusap punggung Runa secara teratur. Ia berusaha menenangkan Runa yang masih nangis sesenggukan di pelukannya.

"Kenapa nggak berhenti nangis?" tanya Devan berbisik pelan.

Runa tidak menjawab pertanyaan Devan. Yang ia lakukan hanya mengeratkan pelukannya di pinggang Devan.

"Kamu nggak senang karena hamil?" tanya Devan dengan suara pelan.

Runa menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Terus kenapa?" tanya Devan kebingungungan. "Nanti kamu pusing kalo kebanyakan nangis. Udah ya, jangan nangis terus," lanjutnya membujuk Runa.

"Aku cuma bingung," ucap Runa disela-sela tangisnya. Ia membersit hidungnya yang penuh dengan ingus.

"Bingung kenapa?"

"Aku hamil."

Devan mengerutkan keningnya dalam. Merasa heran dengan jawaban yang keluar dari mulut Runa. "Kamu bingung kenapa bisa hamil?"

Runa melirik Devan kesal. Tangannya langsung bergerak memukul Devan dengan keras. "Aku nggak sebodoh itu!"

"Terus kenapa kamu bingung?"

"Aku...." Runa menarik napas panjang, berusaha untuk menenangkan dirinya. "Aku bukannya nggak senang karena hamil. Tapi...."

"Tapi apa?" potong Devan cepat.

"Aku masih kuliah, Mas. Aku masih semester empat. Kadang kelasku sering di lantai atas. Aku sering naik turun tangga setiap hari karena nggak setiap gedung ada lift-nya."

Devan langsung paham dengan kegundahan Runa. Ia bahkan lupa kalau istrinya masih harus menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Dan ia tahu betapa beratnya tugas-tugas yang didapat selama kuliah. Pasti Runa menjadi terbebani mengingat kondisi Runa yang sedang berbadan dua.

"Aku harus gimana?" tanya Runa lirih. Ia bahkan tidak yakin bisa menjalani kehamilan bersamaan dengan kuliah. Beban tugas yang menumpuk, kadang sering membuatnya stres. Belum lagi teman-teman kelasnya tidak ada yang tahu tentang pernikahannya. Ia takut akan menjadi bahan gunjingan di kampus.

"Kamu maunya gimana?" Devan malah balik bertanya pada Runa. Ini sebuah hal yang tidak bisa diputuskan begitu saja. Harus perlu pemikiran matang dan kepala yang dingin agar keputusan yang dibuat tidak disesali dikemudian hari.

"Aku gak tau."

"Kalo kamu gak sanggup hamil saat kuliah, kamu bisa cuti kuliah dulu," ucap Devan memberi saran. "Atau kalo kamu ngerasa kuat, kamu bisa terusin kuliahnya. Aku pasti bakal bantu kok," lanjutnya.

Runa diam, mencoba berpikir sejenak.

"Dokter bilang kondisi kamu sehat. Kamu juga kalo muntah paling sering waktu malem. Tadi dokter juga ngasih obat biar gak gampang mual."

Runa menarik napas panjang, lalu dihembuskan perlahan. "Kalo aku kuliah dan perut aku tambah besar, pasti aku jadi bahan gosip yang lain."

Devan mengerutkan keningnya dalam. "Nggak papa dong. Kamu hamil juga ada suaminya. Bukan hamil sendirian."

Runa kembali memukul Devan dengan kesal. "Bukan itu yang aku maksud."

"Terus?"

"Mereka nggak tau kalo aku udah nikah," ucap Runa. "Yang tau cuma Elisa," tambahnya cepat.

"Kalo mereka nanya, tinggal dijawab aja. Nggak usah terlalu dipikirin," ucap Devan ringan. "Lagian kamu itu bukan di bangku sekolah lagi, tapi udah masuk dunia perkuliahan. Dulu temenku juga banyak yang udah nikah waktu masih kuliah. Dan itu nggak jadi masalah sama sekali. Lagian kamu juga udah cukup umur buat nikah. Emang apa yang mau dikhawatirin?"

"Omongan mereka."

"Yaudah nggak usah didengerin omongan mereka. Anggap aja angin lalu. Masuk telinga kanan, terus keluar dari telinga kiri."

"Mas Devan sih enak tinggal ngomong doang. Kan aku yang harus dengerin omongan mereka," ucap Runa mulai kesal.

Devan menghela napas panjang. "Lagian belum tentu juga mereka ngomongin kamu."

Runa cemberut. "Mas Devan sih gak pernah mau pake kondom!" serunya kesal.

Devan menggaruk belakang kepalanya. "Kok jadi aku yang salah?"

"Emang Mas Devan yang salah. Semua salah Mas Devan!" Runa berdiri dari sofa, menghentakkan kaki dengan keras lalu berjalan ke arah kamar.

Devan menghempaskan kepalanya ke sandaran sofa. Ia menghembuskan napas lelah. "Baru juga kelar masalah si Roy. Sekarang ada lagi yang bikin Runa ngambek," gerutunya. "Perasaan aku salah mulu deh," lanjutnya.

Devan tidak menyesal karena memilih mempertahankan pernikahannya dengan Runa dibandingkan harus kembali bersama Roy. Meskipun ia sempat ragu dengan dirinya sendiri, tapi setelah memikirkan semuanya, ia sadar kalau tidak bisa hidup tanpa Runa. Saat mendapati Runa demam dan muntah-muntah, membuat dirinya khawatir setengah mati. Tidak terpikir lagi ucapan Roy yang memintanya untuk kembali menjalin hubungan. Yang ada di pikirkannya adalah soal kondisi kesehatan Runa.

Kehidupan pernikahan Devan dengan Runa memang tidak selalu berjalan mulus. Ada saja kerikil-kerikil yang menjadi halangan dalam hubungan mereka. Beruntung ia mendapatkan sosok Runa yang bisa mengerti dirinya dan begitu dewasa dalam menyelesaikan masalah. Semakin lama mengenal Runa, ia semakin paham kalau Runa hanya perlu waktu sendiri sebelum akhirnya mereka duduk bersama untuk berbicara dari hati ke hati untuk menyelesaikan masalah diantara mereka.

Devan berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu menjaga dan menyayangi Runa. Ia tidak mau kehilangan Runa. Tidak bisa dibayangkan bagaimana hidupnya tanpa Runa. Bagi Devan, Runa adalah segalanya. Perempuan itu mampu membawa perubahan positif dalam hidupnya. Runa berhasil membuatnya kembali ke kodratnya. Runa benar-benar bisa menaklukan dirinya dan membuatnya tidak bisa jauh dari perempuan itu.

***

Sorry for typo and thankyou for reading❤

Author Note:
Akhirnyaaaa... kita sudah ada diakhir cerita. Semoga endingnya cukup memuaskan ya. Maaf kalo konflik cerita ini sangat amat ringan.

Cerita ini menurutku ringan, tapi paling lama selesainya. Aku jarang update cerita ini karena sering gak enak badan, bahkan sempat masuk rumah sakit karena operasi dan yang terakhir karena suasana duka. Walaupun banyak rintangan, aku berusaha buat nyelesain cerita ini. Aku males banget harus bikin cerita baru kalo cerita lama belum selesai.

Seperti biasa, akan ada epilog dan satu extra part. Untuk extra part selanjutnya, bisa kalian baca di Karyakarsa. Buat yang belum follow aku di Karyakarsa, langsung follow aku biar gak ketinggalan notifnya. Kalian juga bisa baca cerita lain di Karyakarsa lho... ada beberapa extra part dari ceritaku yang ada di wattpad, short story, dan beberapa cerita lengkap. Yuk buruan langsung di cek!!! https://karyakarsa.com/Aprilianatd

Untuk hal-hal lebih detail soal keuwuan Runa dan Devan, bakal aku taruh di KaryaKarsa. Terutama soal masa kehamilan Runa yang bakal bikin Devan pusing tujuh keliling.

Akhir kata, makasih banyak buat kalian yang udah baca, vote dan komen di setiap bab. Makasih udah suka sama cerita ini sampai akhir. Semoga kedepannya aku bisa bikin cerita lain yang lebih menarik.

Juli, 2023
Aprilianatd

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 96.3K 37
Ardella Ayuning Putri (Della) dikhianati pacar sekaligus sahabatnya. Radit dan Rere, dua orang yang sangat dia sayangi, justru menghancurkan kepercay...
629 234 31
Ini bukan tentang menemukan orang yang sempurna tetapi belajar untuk melihat orang yang tidak sempurna menjadi sempurna. ⚽⚽⚽⚽⚽⚽⚽ Sebagai pengagum rah...
224K 41K 40
Bagi Padaka Upih Maheswari, jatuh cinta pada pandangan pertama sangat mungkin terjadi termasuk ke pria kewarganegaraan Daher Reu yang sering wara-wir...
236K 15K 45
Galang Andrian, harus menerima kenyataan pahit, di saat sang Ayah mengganti Sekretarisnya yang juga kekasihnya dengan seorang gadis culun yang bernam...