EPHEMERAL

By wa_tashine

11.9K 1K 200

Nothing lasts forever, right? Warn! -Bxb!/Homo! -Lapak Sunwoo bot, Hyunjin Top! -Bahasa kasar Jan salah lapak... More

Namanya, Evandra Sunwoo Azea
Perkara botol ijo
Keluar
Awal baru
"Suaka marga satwa-nya Ipa 4"
Gelang bandul 'Bintang'
Olahraga
Absurd
Hyunjin sakit
Hampir
Camong
Tiba-tiba
Rooftop
Antara anak ke dua dan papahnya
Jadi gitu
Nyaman
Ketauan
Yang terlupakan
Official?
Perkara susu kotak
Cemburu? nggak kok
It's chaos time!
ibu, ayang, dan kita
Makanan C
Kemarahan
Bangkit dan usaha
Hangat yang Dingin
Informasi 'tahu bulat'
Birthday stories
Yang sesungguhnya
Hubungan
Mencari kebenaran
Satu malam berbeda rasa
Yang selalu ada
Mamah baru??
Berubah
The Truth Untold
Rencana A
Rencana B
Berakhir?
Rahasia
Sebuah permintaan
Same person
Tentang sebuah akhir
To Be Or Not To Be
Feeling
Blue
Star and moon

Curhat

147 18 0
By wa_tashine

Jeno naro gelas berisi minuman di depan Sunwoo sama Haechan yang lagi berunding serius di ruang tamu. Dia juga naro beberapa toples kue yang salah satunya langsung Haechan kekepin. Itu keripik pisang kesukaan Haechan.

"Jadi?"

Sunwoo menghela nafas. "Semuanya terjadi begitu cepat. Ini lagi napa gue malah lupa ingatan, pan gue jadinya bingung."

Telapak tangan Sunwoo mukul-mukulin kepalanya brutal. Jeno yang baik hati dan tidak sombong narik tangan Sunwoo terus elus-elus kepalanya pelan.

"Jangan di pukulin, Woo. Kasian otak mungil lo. Nanti lo yang bego jadi nambah bego."

Muka Haechan sama Sunwoo langsung berubah sepet.

"Hahah.. iya, gue aja sampe bingung sebenernya lo ngasihanin apa ngatain gue." Kata si adek sambil ketawa garing terus geplak tangan Jeno yang masih bertengger di kepalanya.

"Woo?"

"Apaan?"

"Gelang lo mana dah?" Tanya Jeno saat matanya tak menemukan eksistensi gelang pemberian Hyunjin di tangannya Sunwoo.

Kan biasanya itu gelang selalu nyantol di tangan Sunwoo.

"Hah?" Sunwoo yang nyadar emang gelangnya nggak ada di tangannya sibuk sendiri.

Dia mulai nyari-nyari di kolong meja, kolong kasur, di sela-sela sofa. Sampe akhirnya dia nyerah. Dia dudukin badan di sebelah Haechan yang juga capek abis bantuin dia nyari gelang.

"Anjir, Woo! Apa jangan-jangan..."

"Ah, jangan anjir, bisa mampus gue kalo emang jatoh di ruang kerja papah."

Badan Sunwoo jadi lemes kalo itu beneran terjadi. Dia nidurin kepalanya di pangkuan Haechan.

"Emang sebenernya apa yang terjadi sih?" Tanya Jeno penasaran.

Sebenernya dia udah kepo dari pas Sunwoo nanyain perihal poto kak Shaka di hape Hyunjin beberapa hari yang lalu. Tapi Sunwoo malah nggak ngasih tau.

"Ceritanya panjang, Jen."

"Yah pendekin kalo begitu."

Sunwoo mendengus. "Gue kriminal Jen. Gue pernah nabrak orang. Orang itu meninggal dan orang itu adalah Shaka, sahabat Hyunjin."

Jeno mematung. Dia tahu betul kalo Hyunjin sayang banget sama Shaka. Yah walau Jeno cuman liat mukanya lewat poto dan tau pribadinya lewat cerita Hyunjin, Jeno bisa ngerasain kalo kak Shaka itu baik banget.

"Lo tau parahnya apa? Shaka itu Haknyeon. Dia itu adeknya Yohan."

"Hah?"

Yohan?

"Lo yakin kak Haknyeon adeknya Yohan?"

"Hooh, dia waktu itu hampir nonjok gue anjir di kamar mandi. Waktu itu gue bener-bener nggak tau apa yang terjadi. Waktu gue tanya ke kak Hyunjae, dokter yang waktu dulu ngerawat gue katanya gue ngalamin amnesia, tapi gue masih bisa inget gitu loh sewaktu-waktu. Tau dah, gue nggak masalahin amnesianya. Yang jadi masalahnya itu gimana kalo Hyunjin tau gue yang udah bikin sahabat kesayangannya meninggal?"

Keduanya terdiam. Jeno sibuk mencerna sementara Haechan mencoba mencari jalan keluar.

"Gimana kalo lo kasih tau aja?"

"Kasih tau apa anjir?"

"Kasih tau Hyunjin yang sebenernya."

"Bunuh diri gue namanya."

"Tapi itu lebih baik daripada Hyunjin denger dari orang lain yang mungkin aja nambah-nambahin ceritanya atau ngurang-ngurangin yang bisa aja berakibat fatal buat lo." Jelas Haechan.

Dia cukup trauma sejak kejadian Renjun dahulu. Dia nggak mau sesuatu terulang untuk kedua kalinya.

"Gue bakal coba." Jawab Sunwoo setelah berpikir beberapa menit.

"Iya, lo harus coba. Kalo soal Hyunjin marah atau nggak itu terserah dia. Lagipula nggak bakalan ada yang ngeduga kan kalo itu bakalan terjadi?"

"Lo tau, ini tuh takdir."

Ketiganya terdiam. Sibuk menyelami pikirannya masing-masing. Sampai telinga ketiganya menangkap suara ketukan pintu—ah lebih tepatnya seperti di pukuli dengan tenaga dalam.

"WOY YANG NGERASA PENGHUNI RUMAH BUKAIN NAPAH?"

Jeno memandang kesal ke arah pintu rumah. Dia tau siapa yang datang dan berteriak lantang layaknya seseorang yang tidak pernah di ajari sopan santun itu.

"Buka, Chan. Males gue nyambut anak dugong kek dia."

"Heh, gitu-gitu dia saudara kandung lo."

"Hem."

Selepas kepergian Haechan yang membuka pintu Jeno mendekat ke arah Sunwoo yang seperti tak ada gairah hidup.

"Woo? Lakukan apapun sebisa lo. Jangan menyerah. Biar lo nggak nyesel kayak gue."

"Iya, Jen."

"HEH ABANG! LO TUH YAH, MASA KATA KAK ECHAN LO GAK MAU BUKAIN GUE PINTU? TERUS NGATAIN GUE ANAK DUGONG SEGALA, INGET NIH YAH, KITA TUH DULU DI SATU RAHIM YANG SAMA DAN SATU PLASENTA YANG SAMA JADI KALO GUE ANAK DUGONG BERARTI LO JUGA ANAK DUGONG YAH. DASAR!"

"Berisik!"

"LOH? KOK LO ADA DI SINI?"

"Hiks! Anjrit! Lo!"

°

Changbin natep Yohan yang lagi ngegambar di buku gambarnya. Sesekali senyumnya merekah. Ngeliat Yohan yang anteng nggak banyak tingkah gini ngebuat Changbin nyaman. Yohan tuh manis banget kalo diliat dari jarak sedeket ini. Tapi Changbin tau diri, cowok tulang gelut kek Yohan susah buat di pacarin.

"Liat, Abin suka nggak?" Tanya Yohan sembari memperlihatkan hasil gambarnya.

"Aku gambar dek Shaka. Dia suka bintang, jadi aku gambar dia lagi duduk sama bintang di atas sana."

"Rubby?" Panggil Changbin pada Yohan.

Katanya sih itu nama panggilan Yohan yang dibuat khusus oleh Changbin. Soalnya Yohan dulu suka gambarin pelangi di bukunya Changbin. Dan itu ngingetin dia sama serial kartun di televisi.

"Iya?"

Changbin menahan gemas. Dia berdiri dari duduknya kemudian memakai tas di punggungnya. "Mau pulang nggak? Ayok bareng."

"Heheh, Abin duluan aja."

"Oke deh." Setelah mengucapkan itu Changbin melangkahkan kakinya. Namun, baru sampai di depan pintu dia berhenti. "Rubby?"

"Apasih Abin? Nggak, aku mau ke makam dek Shaka dulu. Jadi duluan aja!" Tanpa sengaja Yohan menaikkan nada bicaranya. Membuat Changbin terkejut sekaligus yang berbicara juga.

"Ma-maaf. Nggak sengaja. Lagian Abin nyebelin!"

Changbin senyum ganteng aja. "Lo udah ikhlasin adek lo?"

"Aku ikhlas, tapi Kennath nggak."

"Kenapa Ken nggak ikhlas?"

"Karena Ken sayang dek Shaka."

"Kalo lo?"

"Aku? Sayang juga."

"Oh, yaudah. Jangan lupa balik! Bentar lagi gerbang di kunci."

"Iya, bawel ih! Dan hati-hati di jalan Abin! Nanti kalo di colek nenek lampir pukul aja kepalanya, ya? Hihihi~"

Changbin ketawa aja. Dia yang udah gak tahan melihat kegemesan, masuk lagi ke ruang kelas terus ngusap kepala Yohan.

"Yaudah, gue pergi yah?"

"Hem."

°

"Pokonya saya nggak mau tau. Dan nggak ada alasan apapun lagi. Kalian saya persilahkan keluar."

Hyunjin keluar dengan nafas yang memburu. Dia membanting pintu ruang PMR itu. Bodo amat dengan pembina dan kesiswaan yang masih ada di dalam. Hyunjin hanya kesal.

"Sabar elah woy! Masih ada orang di dalem. Kalo jantungan gimana?"

Bodo amat.

Ryujin ngusap-ngusap punggung Hyunjin. Dia natep miris ketua PMR itu.

"Lo balik aja ke UKS. Beresin obat di sana. Gue mau sendiri."

"Iya."

Kaki Hyunjin langsung melangkah begitu saja. Menghiraukan pandangan kasihan yang Ryujin pancarkan.

"Anjing, babi, buaya, badak, kutu, ah! Bangsat banget!"

Puas mengumpat, Hyunjin dudukin badannya di salah satu kursi yang ada di halaman belakang sekolah.

Dia merogoh sakunya. Berniat membuka hapenya namun sesuatu jatuh mengenai sepatunya yang sudah lusuh karena hukuman berlari di tengah lapangan selama 20 kali putaran.

"Kalung ini."

Hyunjin mencoba mengingat-ingat. Dia pernah melihat seseorang yang memakai kalung ini.

"Bentar, gue kayaknya nggak asing sama kalung ini. Ini kalung—"

"Yang pernah di pake orang yang nabrak kak Shaka."

Kepala Hyunjin mendongak. Dia mendapati Seungmin yang tersenyum manis di depannya. Kemudian anak sekolah sebelah itu mendudukan tubuhnya di samping Hyunjin.

"Maksud lo?"

"Kalung itu adalah kalung yang pernah di pake orang yang waktu itu nabrak kak Shaka."

Hyunjin terdiam. Nggak mungkin kan?

"Dan itu punya Sunwoo kan?"

Seungmin tersenyum miring melihat Hyunjin yang bahkan nggak menyangkal sedikit pun.

"Lo nggak lupa kan kalo gue juga ada di tempat kejadian. Gue ada di belakang kalian, gue juga liat semuanya, gue yang ngasih keterangan ke polisi di saat lo nggak bisa ngasih kesaksian. Gue liat ketika semua korban di evakuasi, Hyunjin. Gue liat ada satu orang yang pake kalung itu, dan waktu gue sadar ternyata wajah mereka mirip. Cuman dulu ketutupan darah aja."

Memang, Seungmin ada di tempat kejadian saat itu. Dulu, mereka tidak saling mengenal.

"Jangan bicara omong kosong Seungmin."

"Terserah lo mau percaya atau nggak. Gue denger dari Yohan sendiri. Lo inget waktu ulang tahun sekolah lo? Gue ada di sekolah ini sama ayah gue yang ada urusan sama kepseknya. Waktu gue ke kamar mandi gue denger Yohan yang marah-marah ke Sunwoo perihal kecelakaan yang bikin adiknya meninggal. Mirisnya, waktu itu Sunwoo nggak di penjara dan cuman dapet masa percobaan terus cuman di suruh bayar denda. Gak adil kan?"

Bibir Hyunjin merapat. Di remat kalung itu bersamaan dengan tubuhnya yang berdiri kemudian melenggang pergi meninggalkan Seungmin yang menyunggingkan senyum miringnya.

°

Changbin meremat susu kotak yang sudah habis itu kencang. "Sialan lo Seungmin!"

Lalu dia membuangnya ke tempat sampah. "Lo terlambat Sunwoo."

Dengan langkah tergesa Changbin berjalan meninggalkan halaman belakang. Di tengah perjalanan seseorang menjegat langkahnya.

"Changbin! Di cariin juga!"

"Apaan?" Kata Changbin marah.

Orang yang sempat menahan Changbin terkejut. Namun dia buru-buru mendatarkan wajahnya kembali.

"Sekarang tanggal berapa?"

"Aduh, Rubby! Please deh yah! Ini tanggal 11. Puas lo?"

Yohan menutup matanya saat air liur Changbin mendarat percis di pipinya. "Changbin jorok ih muncrat kemana-mana ini air mancur!"

"Bodo amat!"

"Dih, itu orang kenapa dah sensian amat." Kata Yohan sembari matanya menatap punggung Changbin yang semakin menjauh.

"Yohan."

Badan Yohan menoleh pada seseorang yang barusan memanggilnya.

"Apa?"

"Ikut gue. Gue ada urusan sama lo." Kata orang itu sambil narik tangan Yohan.




































—✩○

Continue Reading

You'll Also Like

116K 15.6K 41
Jihoon itu paling tegas, kalau Junkyu paling sabar, Jeongwoo si paling cuek sedangkan Junghwan si jahil anak terakhir atau anak bungsu yang dari dulu...
431K 8.1K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
11.3K 2K 26
[COMPLETED] Tiba-tiba lima anak ini harus ia rawat selama sebulan?! "Mau mamam." "Ya ampun, Chan ganteng banget hari ini." "Kangmin buku membaca Gye...
1M 62.4K 36
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...