Tentang sebuah akhir

179 15 12
                                    

Katanya, cinta itu nggak harus memiliki.

Katanya, cinta itu nggak harus berakhir dengan bahagia.

Katanya, cinta nggak harus berbalas.

Katanya, berani jatuh cinta berarti harus berani merasakan sakit yang mendera di kemudian hari.

Kalimat itu sudah berulang kali Haechan katakan pada Bomin yang sekarang lagi galau gara-gara hubungannya sama Yeji kandas di tengah jalan.

"Kok bisa putus sih?!" Jaemin berdecak di bangkunya. Dia masih heran, padahal selama ini mereka adem anyem aja tuh nggak ada masalah.

"Takdir, Jaem." Jeno membeo di samping Jaemin. Cowok itu langsung memalingkan wajahnya ke arah jendela. Menatap anak-anak kelas sepuluh yang sekarang sedang berolahraga di lapangan.

Tadi kata Haechan cinta itu nggak harus berakhir bahagia. Sejenak Jeno memejamkan mata, kalimat itu persis menusuk ke arah jantungnya. Mungkin kisah cintanya dengan Renjun tidak berakhir bahagia. Tapi setidaknya Jeno pernah bahagia bersama Renjun meski hanya sebentar.

Lia menghembuskan nafasnya kasar. Jungmoo juga demikian, udah seminggu semenjak putusnya Bomin dan Yeji. Tapi bau-bau gamonnya masih kerasa sampe sekarang.

Dan apesnya beberapa dari mereka malah nyanyiin lagu galau yang sukses bikin Bomin jadi tambah murung. Tentu aja itu di pimpin oleh Haechan selaku biduan kelas dibantu sama Daehwi juga.

Hyunjin hari ini nggak masuk, katanya ada urusan keluarga. Kelas juga nggak kondusif soalnya jam kosong. Ada yang login game, ada yang ngegalau entah part keberapa sama Bomin, ada yang sibuk sama dunianya sendiri macem Mashiho sama Guanlin, pokoknya macem-macem deh.

Sunwoo yang semula ngebaring kepalanya di atas meja bangkit. Bikin Jihoon yang tadinya tidur kebangun soalnya meja yang dia tidurin kegeser sama Sunwoo.

"Eh, maaf."

"Hm, mau kemana lo?"

"Keluar, cari angin."

"Ohh."

Udah gitu Jihoon lanjut tidur lagi. Sunwoo sendiri milih jalan kebangku Soobin buat minta izin. "Bin, mau ke toilet ya?"

"Iya."

"WOO! MAU MAMPIR KANTIN NGGAK? GUE MAU NITIP MINUMAN DONG."

Satu kelas mendadak menatap ke arah Sunwoo. Yang di tatap langsung malingin muka. "Gue gak mampir kantin."

"Ihh, kok gitu sih?"

"Kalau mau beli aja sendiri." Selesai dengan ucapannya Sunwoo langsung berjalan meninggalkan anak kelas yang semakin menatapnya heran.

Saat sampai di persimpangan koridor, Sunwoo bukannya belok kanan buat ke toilet sesuai dengan izinnya dia malah belok ke kiri. Menaiki tangga hingga sampai di rooftop yang sekarang tidak ada siapa-siapa itu.

Dia menyandarkan tubuhnya di tembok. Merasakan hembusan angin yang membawa hawa panas disiang hari itu. Kurva di wajah Sunwoo mengembang saat matanya melihat ke arah gelang pemberian Hyunjin lalu mengusapnya pelan.

Suara pintu yang dibuka secara kasar mengejutkan Sunwoo. Tak lama kemudian muncul seseorang dari balik pintu dengan wajah merah padamnya.

"Bangsat! Mau lo apa?!"

Sunwoo terkekeh saat sebuah tangan menarik kerah kemejanya. Perlu dia akui kalau tenaga orang ini sangat kuat.

"Bisa lo lepasin dulu tangan kotor lo ini? Gue gabisa ngomong kalau di cekek gini bego!" Sunwoo melepas paksa cengkeraman tangan orang itu sampai kancing bajunya lepas.

EPHEMERALWo Geschichten leben. Entdecke jetzt