To Be Or Not To Be

185 14 8
                                    

Hari berganti tahun dengan cepat. Hari ini matahari sedang terik-teriknya menyinari dunia. Bahkan segelas es kopi yang tadi Hyunjin beli tak menyejukkan tenggorokannya yang entah mengapa akhir-akhir ini selalu merasa haus.

Hyunjin termenung di kantin unversitas, mencoba mengingat-ngingat hari di mana dirinya belum mengenal Sunwoo. Dulu, dirinya merasa tak akan pernah bisa berteman bahkan berhubungan sekalipun dengan Sunwoo.

Sunwoo itu...

Manis.

Begitu pikiran Hyunjin saat Ryujin menunjukkan poto sang pentolan SMK yang selalu bikin rusuh di jalanan.

Bibirnya menyunggingkan senyum juga tangannya yang reflek melambai, membalas sapaan gadis berkuncir satu di depannya. Gadis itu mendekat dengan senyum lebarnya, senyum yang terlihat sangat menawan.

"Hai, Hyunjiiiiinn!!" Sapanya dengan riang gembira.

Kakinya melangkah mendekati Hyunjin yang sudah menunggunya itu.

"Maaf yah lama. Kumpul dulu sama temen."

"Iya, nggak papa."

Leona, nama panggilannya. Gadis berdarah campuran itu hanya cengengesan mendapati jawaban dari Hyunjin. Mata bulatnya yang biru sukses membuat Hyunjin kagum saat pertama kali bertemu.

"Eh, lo tau nggak sih?"

"Nggak."

Bibir Leona mengerucut. "Gue belum selesai ngomongnya loh ini!"

"Iya, iya, ada apa hm?"

"Besok gue mau ke jakarta!"

Lagi, Hyunjin hanya termenung sambil menyunggingkan senyum tipisnya. Mendengar kata jakarta membuat dadanya di landa sesak.

"Ayok kita ke sononya bareng biar gue nggak jomblo, heheh." Gadis itu merogoh sesuatu di tasnya. "Gue denger lo juga sempet tinggal di sana kan? Ayo lah maen sesekali. Perasaan dari semenjak lo pindah rumah ke Bandung sekalipun lo nggak pernah main ke sana lagi?"

Leona menatap heran Hyunjin di depannya. Gadis yang menjadi tetangga sebelah rumah Hyunjin itu lantas menyerahkan sesuatu yang dia dapat dari dalam tas nya.

"Ini," Benda itu dibiarkan tergeletak di atas meja kantin. "Gue temuin ini di kelas. Kayaknya jatuh deh."

Sebuah kalung dengan bandul bulan. Hyunjin langsung mengambilnya. "Makasih, ini berharga."

"Kalau begitu harus di jaga dong!"

Hyunjin menghela nafasnya kasar. Dia menyondongkan tubuhnya. Menatap lurus ke dalam mata Leona. "Terkadang, walau sudah sekuat apapun kita menjaganya kalau sudah waktunya menghilang kita bisa apa?"

Leona mengerutkan keningnya, lalu dia mengangguk. "Yaaaaa.. seenggaknya kita harus tetep ngejaga hal itu lah. Kalo udah hilang nanti nyesel."

"Udah nyesel kok." Balas Hyunjin lalu dirinya pergi meninggalkan Leona yang masih terdiam di tempatnya.

"Apa lo bakalan tetep kayak begini Hyunjin? Pasrah dengan semua rasa sesal lo?" Batin Leona menatap sendu punggung Hyunjin yang mulai menjauhi area kantin.

°

Langit cakrawala mulai berubah warna. Jingganya sudah sedikit memudar digantikan dengan hitamnya langit malam. Terlihat hamparan bintang yang begitu megah, mengingatkan Hyunjin pada seseorang yang dia rindukan.

Hyunjin menidurkan tubuhnya di dipan yang kakeknya buat satu tahun lalu. Buku-buku pelajaran berantakan di pinggir tubuh Hyunjin, namun dia tak perdulikan itu. Fokusnya kini terpecah belah. Dia tak bisa fokus belajar, dan inilah hasilnya. Sekarang dia hanya termenung sambil memandangi bintang di atas sana.

EPHEMERALWhere stories live. Discover now