LOVING AMBULANCE

By _____ty

318 116 18

Cerita tentang seragam coklat tua coklat muda berbalut merah putih yang melingkar di sekeliling leher. Cerita... More

Prolog
Part 1 : Panggilan
Part 2 : SKU
Part 3 : Latihan Rutin 1
Part 4 : Latihan Rutin 2
Part 5 : Ayam
Part 6 : Uprak PTKU
Part 7 : Pemberangkatan
Part 8 : Dunia Pertendaan
Part 9 : Happy Night
Part 10 : Dini Hari
Part 11 : Main 'Belet'
Part 12 : Rangkulan
Part 13 : Asyik... Bantara
Part 14 : Cowok Ganteng spek 'Ona'
Part 15 : Ke-edanan Yang Haqiqi
Part 16 : Hari-hari MIPA 2
Part 17 : Antara Musibah dan Rezeki
Part 18 : Camping SBH I'm Coming!
Part 19 : Upacara Pembukaan Perkemahan atau Hati?
Part 20 : Meet With Cowok Ganteng
Part 21 : Hujan Membawa Cogan
Part 22 : Pin Garuda dan Arsyid
Part 23 : Ling-Ling TG atau Phi Kang Shuang?
Part 24 : Bukan Sebatas Patok Tenda
Part 25 : Bukan Ona
Part 26 : Alia Tidak Berperikemanusiaan
Part 27 : Kejutan Virtual
Part 28 : Always Ngaji
Part 29 : Alun-Alun
Part 30 : Camping With Abang's Friend
Part 31 : Menyatu Dengan Alam
Part 32 : Kerusuhan Alia
Part 33 : Kepo Yang Menyesatkan
Part 34 : Ternyata Sama Saja
Part 36 : The End of MIPA II
Part 37 : Frist Holiday
Part 38 : Posong Day
Part 39 : Twelve Numbers
Part 40 : One Day With Alia
Part 41 : Hot News
Part 42 : Join REMASQO
Part 43 : On The Way, Laksana
Part 44 : Kedawung Day One
Part 45 : Kedawung Day Two
Part 45 : Kedawung Day Three
Part 46 : Duo

Part 35 : Melawan Hukum Percintaan

1 1 0
By _____ty

- g r a n d i s -

"Eeeh! Na! Na!" Ona membalikkan badannya saat ada seseorang memanggilnya.

Alia memegangi pundaknya bermaksud menghentikan. "Aku ikut dong!"

"Hah? Tuh si Nunu ada, tumben?" Heran Ona sambil melihat Ibnu berjalan mendekat.

"Ngapain?" Kata itu muncul dari seorang remaja laki-laki yang menjadi Kakak kelas mereka.

"Bentar dulu Nu," Tahan Alia. "Aku mau main ya Na!"

"Males ah, pulang sono cariin emak tuh," Usir Ona dengan tidak berdosanya.

Alia menekuk wajahnya sebal, "Jahat kali ih," Ona hanya terkikik sambil berjalan kearah parkiran motornya. Ia memakai helmnya tapi Alia kembali menghampiri.

"Yaudah aku minta username Arsyid aja." Ucapnya membuat Ona mengernyit.

"Hah? Buat apa?"

"Buat jaga-jaga, aku mau ikut nyetalking juga."

"Nggak-nggak, nanti kamu aneh-aneh lagi,"

"Bercanda Na, mau aku follow lah"

"Yaudah sini," Ona mengambil handphone bercasing boneka milik Alia. Jari jemarinya bergerak diatas keyboard mengetikkan sesuatu. "Udah, awas jangan macem-macem." Lanjutnya sambil menatap serius Alia.

"Siap, laksanakan!" Ujar Ona sambil hormat kepada Ona.

"Daah! duluan Al, Nu." Pamitnya menjalankan motornya keluar dari parkiran.

Sepanjang jalan Ona melewati berbagai macam godaan makanan. Andai bukan jadi kebiasaannya pulang langsung kerumah mungkin dia akan berkali-kali berhenti untuk membeli camilan, sayangnya dia bukan sultan, ha-ha.

Ona memberhentikan laju motornya dengan cara menarik rem tepat didepan rumah. Ia langsung turun dan memasuki rumah yang sepi, seperti biasa siang-siang seperti rumah sangat sunyi, hanya ada Bunda pun beliau sedang di pekarangan belakang mengurusi berbagai macam tanamannya.

Abangnya, Raka mungkin sedang kuliah ataupun menjalani pekerjaannya sebagai seorang barista di suatu kedai.

Ayahnya, Lukman sudah di pastikan beliau sedang nukang di tempat mebel miliknya. Sengaja ia bangun di tempat Eyang yang lokasinya lebih luas. Ona hanya sesekali kerumah Eyangnya, bisa dihitung dalam satu bulannya, Ona lebih suka berdiam diri dikamar.

"Bundaaa!" Teriaknya sambil berlari kecil menuju pekarangan belakang rumah yang di penuhi tumbuhan, mulai dari sayur, buah, dan tanaman hias lainnya lengkap disana. Terkadang Bunda tidak perlu beli untuk memasak, bahkan jika kelebihan panen beliau akan membagikan kepada tetangga dan menjulanya ke tukang sayur.

"Dalem... Sudah pulang Dek?" Bundanya membalikkan badan dan mencopot sarung tangan yang pakainya.

"Sampun, he-he," Jawabnya sambil mencium tangan bundanya. "Duh adem ya Bun, tiap hari Bunda mesra-mesraan sama tanaman begini," Cerocosnya sambil duduk dikursi yang tersedia di samping pintu. Modelnya seperti teras rumah.

"Iya dong," Balasnya, "Ganti dulu sana, nanti bajunya kotor." Suruhnya.

"Siap!" Ona pamit untuk masuk kedalam kamarnya sambil menenteng tas di tangan kanannya.

Masuk kamar, ia meletakkan ransel diatas kursi belajarnya, sedangkan dirinya mencopot kunciran rambutnya agar bisa bernafas dengan tenang. Satu persatu baju seragam yang melekat di tubuh menggantinya dengan kaos, dan celana pendek.

Selesai dengan semua itu Ona langsung mengambil handphonenya didalam ransel lalu merebahkan dirinya. Nikmat tuhan manakah yang kamu dustakan, sebuah kenikmatan yang benar-benar haqiqi. Tapi nikmat tersebut tidak berlangsung lama, karena suara teriakan Bunda memanggilnya.

"Ona...!" Panggil Bundanya dari lantai bawah.

Ona segera bangkit dari tidurnya berlari kearah tangga dengan handphone yang setia ditangan. "Dalem Bunda... Kenapa?"

Tangganya ini seperti memisah antara ruang keluarga dan dapur, jadi Ona bisa melihat Bundanya dari atas. Lita terlihat mendongak, "Tolong beliin bumbu. Abis nih," Pintanya sambil menunjukan beberapa toples yang sudah kosong.

"Bentar Bun," Ona berjalan masuk kekamar untuk memakai celana panjang dan jilbabnya. "Wih, bagus banget." Ona tidak sadar mengangumi sebuah karya seseorang di beranda Instagram saat ia bersiap sambil scroll.

"Harus buat pokoknya," Monolognya sambil menekam tombol save di layar handphone. "Semoga gam—"

"Dek Ona, cepet Bunda mau masak!" Lagi-lagi teriakan Bundanya mengingatkan gadis itu untuk segera menunaikan amanah sang Kanjeng Ratu.

"Nggih Bundaaaa!" Balasnya, Ia mencharger handphonenya diatas nakas lalu berlari menghampiri Ibu negara. "Beli apa aja Bun?" Tanyanya saat sudah sampai dihadapan Lita.

"Garam, penyedap, kecap manis sama asin, bumbu kuning, lada bubuk, mrica bubuk, gula pasir sama gula merah." Jelasnya sambil menunjuk setiap toples kecil didepannya. Ona sampai memiringkan kepalanya bingung.

Ona membulatkan matanya mendengar pesanan sang Bunda. "Astaghfirullah... Bunda mau masak apa kok bumbunya banyak banget?" Ungkap Ona sambil menyenderkan tubuhnya di pantri.

"Kalo masak kayak biasa sih, tapi ini emang abis semua, he-he tolong ya sayangku,"

"Nggih Bundaku tersayang, tapi tolong dicatat Bun, aku pusing dengernya,"

"Bumbu dapur nggak hafal-hafal si?" Heran Lita sambil mengambil kertas dan pensil di sebuah lemari kecil yang biasa untuk mencatat barang belanjaan ketika ia memerintah Raka ataupun Ona.

"Ona nggak pernah masak apa lagi hafalin bumbu-bumbu he-he," Cengirnya.

Lita selesai menulis, "Yaudah nih,"

Ona membaca satu-persatu list pesanan Bundanya, "Lha? Kok jadi tambah banyak begini Bun, perasaan tadi cuma bumbu deh," protesnya melihat banyak sekali listnya.

"Sekalian, udah sana jangan lama-lama,"

"Nggih Bunda, Assalamu'alaikum," Pamitnya berlari setelah mencium tangan Lita. Ona keluar dari rumah, baru saja ia memegang kenop pintu ia teringat sesuatu, gadis itu kembali berlari menuju dapur.

"Bun," Panggilnya.

"Lho, kenapa lagi?"

"Buku gambar berapaan ya kira-kira?"

Lita mengernyit bingung, "Lha kok tanya sama Bunda, mana Bunda tau."

"Waduh iya juga ya, yaudah Ona berangkat." Pamitnya kembali berlari-lari kecil keluar rumah. Ona sedang menimang-nimang kira-kira untuk mencapai disebuah toko sembako ditempatnya ini enaknya memakai sepeda atau motor?.

"Kelamaan mikir!" Gerutunya berjalan mengeluarkan sepeda. Ia keluar dari pekarangan rumah mengayuh sepedanya melewati rumah-rumah yang berjejer. Ona semakin keras mengayuh ketika mendapati sebuah tanjakan, lalu tidak menarik rem saat di turunan, menantang maut sepertinya beliau.

Ciiiit

Suara rem yang terpaksa di tarik saat sudah sampai didepan warung tempat biasa dia membeli sesuatu.

"Berisik banget rem nya ya," Celetuk seseorang yang terbangun dari tidurnya di kursi depan warung yang memang disediakan.

"Ya maap,"

Laki-laki tua tersebut malah menampilkan wajah tidak ramahnya, "Maaf-maaf, ganggu wong turu bae."

"Tidur di rumah lah biar sepi, ini 'kan jalan ya maklum lah Pak." Balas Ona sambil berjalan santai masuk warung, tidak ada gunanya juga meladeni orang julid pemalas seperti dia.

"Anak jaman sekarang."

"Iyalah Pak, saya anak zaman sekarang, kalo Bapaknya zaman kuna 'kan?" Ona berucap sambil menutupi tawanya. Ia mulai memilih satu-persatu barang yang hendak ia beli.

Selesai berkutat dengan pesanan Bunda, giliran Ona mencari barang yang hendak ia beli untuk dirinya sendiri. Mulai dari jajan ia ambil dan dikumpulkan di meja tempat dia akan membayar belanjaan.

"Buku gambar dimana Mbak?" Tanya Ona saat tidak menjumpai benda yang ia cari-cari sedari tadi.

"Ini, mau yang mana Na?" Jawab Mbak pemilik warung tersebut sambil menawarkan beberapa model dam merk buku gambar tersebut.

"Ini aja deh," Ona memilih sketchbook vertikal dengan spiral sebagai penyatu buku, sampul berwarna coklat itu menarik perhatiannya.

Ona keluar dari toko tersebut sambil menenteng dua bungkus plastik berwarna merah, satu berisi pesanan bundanya dan satunya jajan dan buku yang ia beli. Kembali mengayuh sepedanya, Ona sudah ngebut dari bawah karena ia akan menghadapi tanjakan yang lumayan menghabiskan tenaga.

Ona sudah kembali kekamarnya, duduk dikursi belajarnya, sebelum itu ia mengutak-atik handphonenya mencari video yang terakhir ia tonton di Instagram. Ona adalah tipe orang yang ketika melihat sesuatu yang menarik maka segera langsung ia kerjakan.

Video tersebut berisi tutorial menggambar, gadis itu menyenderkan handphone didepan botol agar lebih mempermudah, ia mengambil buku gambar lalu ia buka dan mempersiapkan pensil dan penghapus. Tidak lupa, Ona mempersiapkan objek yang akan ia gambar, sebuah gambar screenshot.

Ia menggunakan metode ngeblak di handphone tapi ternyata kertas gambarnya terlalu tebal sehingga gambar tidak terlihat dari layar, alhasil dia memutar otak yaitu menggunakan buku tulis yang lebih tipis untuk menggambar sketsanya, lalu ia menyalin sketsa tersebut ke buku gambar. Ona rapihkan gambar tersebut sampai-sampai dia tidak menyangka akan se bagus itu karyanya.

"Kok bisa bagus bangeeeet, fiks sih ini bisa jadi seniman handal," Celetuknya membanggakan diri.

"Wajib pamer." Ona membuka aplikasi WhatsApp, ia mencoba memanggil video Alia.

"Halloooo Al!!!" Pekiknya dengan sangat bersemangat didepan layar handphone yang telah terhubung dengan Alia.

"Haiii, nape Na? Tumben bener vidcall," Sahut Alia di seberang sana.

Ona mengambil gambarnya lalu ia tunjukkan kepada Alia, "TARAAA!!! WOEEE GANTENG BANGET PLISSSS!!!" Teriaknya.

"HAH?!," Pekik Alia sambil mengucek-ngucek matanya memperjelas penglihatan. "Itu gambar apaan woey?" Karena sketsa tersebut menggunakan pensil jadi tidak terlalu jelas dipandangnya.

Ona menghela napasnya, "Aku kirim lewat chat, bentar." Ona mengambil foto dengan sesempurna mungkin, lalu ia kirim.

"Udah tuh,"

Alia terdiam memperhatikan foto, "WOEEEEHHHH!!! KEREEEEN!, FOTO SIAPA NIH?"  Teriak Alia, Ona bisa melihat mata bulatnya semakin membesar didepan kamera.

"Mas Ayang," Jawab Ona singkat sambil senyum-senyum sendiri.

"Mas ayang, Mas ayang palamu peyang!" Ledeknya sambil terus memperhatikan gambar. Alia diujung sana nyaris tidak berkedip saking kagetnya. "ITU ARSYID?!" Teriaknya sekali lagi. Sedangkan Ona masih tersenyum memperlihatkan giginya, ia mengangguk.

"Kok bisa?!" Pekiknya tertahan, "Ya bisa laaaah, Ona mah apa aja bisaaaaa," Balas Ona dengan bangganya tertawa kecil.

Alia menggelengkan kepalanya tak percaya, "GABISA GINI WEH!" Protes Alia.

Ona mengernyit heran, "Kenapa?" Tanyanya. "HARUSNYA KAMU 'KAN GALAU NA, KOK MALAH MENJADI-JADI?!" Teriak Alia membuat telinga Ona berdenging sekilas.

"Oh? Ha-ha-ha-ha-ha," Tawa Ona pecah seketika.

"SEHARUSNYA GAK GITU!, MELAWAN HUKUM PERCINTAAN!"

"Kenapa emang?," Ona masih terkekeh geli melihat tingkah Alia.

Alia terlihat menarik nafasnya, "Gini ya Na, dia 'kan kata kamu udah punya pacar, kok?!, Sumpah ya ini di luar nalar." Pekiknya.

Ona hanya tertawa terbahak-bahak melihat reaksi dari Alia. "Tapi 'kan — aishh... Move on move on!"

"Dia baru pacar, bukan Istri,"

"Tap —"

"Shhhtttt, kalau aku jodohnya gimana?" 

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 127K 61
"Walaupun ŁˆŁŽŲ§ŁŽŲ®Ł’ŲØŁŽŲ±ŁŁˆŲ§ ŲØŁŲ§Ų³Ł’Ł†ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł Ų§ŁŽŁˆŁ’ŲØŁŲ§ŁŽŁƒŁ’Ų«ŁŽŲ±ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ų­ŁŲÆŁ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
79.3K 2.6K 50
dengan diam dan doa aku slalu berusaha mengendalikkan rasa ini yg menggebu.bahwasanya,aku benar benar ingin menguasaimu dengan ketulusan ridho dari s...
149K 14.5K 34
HIJRAH SERIES | Spinoff Bukan Surga Impian āš ļø Awas Baper | Remaja - Spiritual - Romance | Mengaduk Emosi āš ļø šŸŒ¼ ...
83.4K 2.9K 58
[PUBLISH ULANG - FREE FOR READ] Hilya Mafaza Azizi, gadis manis yang mengagumi seseorang tanpa tahu wujud dan rupa orang tersebut. Semuanya bermula s...