Insane Death Angel (Pendosa)

Por achlyslibera

165K 8.1K 168

Amarah dan Tangisan dalam hati Sarah begitu riuh, hingga ia tak mampu mendengar hati nuraninya yang meneriakk... Más

Sekolah Baru
Upacara Bendera
I'm Watching You...
Death Angel:Rika
Part 5-Run run run
Part 6-The Raiders
Siapa Gadis Itu?
Death Angel: Sandra
Who Am I?
Beater-Twister
Penawaran Terakhir
Siapa JLA?
Revealing JLA- Part 1
Revealing JLA- Part 2
Prom Night Execution
Dibalik Dinginnya Dinding Penjara
The Hairpin
Suatu Hari di Penjara
Escape Trial
Kami dan Mia
Mengungkap Keberadaan The Beaters
Sebuah Rencana
Northern Forest
Bertemu Kembali
We are Alone
Siapa Dia?
Duri Dalam Daging
I am Unpredictable
This is War!
Diculik
Penyelamat Misterius
Terbawa Jauh ke Negeri Orang
Orang Asing
Holiday Accident
Koma
Rise From Sleep
Back To Action
Little Family
Aku Membutuhkanmu
Milikku Selamanya
Penghakiman Sang Waktu
>Break< >Announcement<
<Tentang>
Officially End - Facts You Might Not Know About This Story

Runaway

3.2K 191 2
Por achlyslibera

            Aku terbangun. Oh, tubuhku lemas sekali. Aku belum makan sejak aku ditahan disini, kurang lebih sudah sehari.

Tiba-tiba pintu itu dibuka. Perlahan dua orang pria masuk ke ruangan ini. Mereka terlihat sangar. Aku tak mengenal mereka.

Tanpa basa-basi mereka langsung membuka rantai yang membelenggu tanganku, lalu salah seorang pria menahanku. Tentu saja aku memberontak, namun aku tak mampu karena aku tak punya tenaga sama sekali. Pria yang satunya membuka bajuku. Aku kedinginan. Dia lalu menarik sesuatu dari langit-langit, dan ternyata sebuah alat pasung yang lebih kejam dari tempat tidur ini. Mereka memasungku. Aku merasa lebih tak kuat lagi, karena posisiku kini berdiri dengan kaki dan tangan yang dirantai.

"Kau pengkhianat!" Pria tersebut membentak lalu menamparku. Aku hanya bisa menatapnya.

"Apa mau kalian?" Tanyaku membentak.

"Hanya memberimu pelajaran, apa yang akan didapatkan oleh seorang pengkhianat."

Kupikir siksaan mereka sudah sampai disini, namun ternyata belum. Salah satu pria tersebut mengambil cambuk dan menghentakkannya ke tubuhku. Keras. Sakit sekali.

Mereka mencambukku berkali-kali. Aku hanya bisa merintih.

Saat dada dan perutku berdarah, mereka baru berhenti dan pergi begitu saja.

Aku kedinginan.

***

Siang hari yang begitu dingin. Hujan deras yang dinginnya menusuk tulang. Apalagi mereka melepas bajuku. Aku membeku.

Tiba-tiba pintu itu dibuka. Perlahan aku melihat sepatu boots kulit berwarna hitam. Ternyata Kathleen. Aku masih tak mengerti dengan apa yang terjadi. Aku hanya menatapanya keheranan. Dia berhenti di depan pintu sambil tersenyum sinis kepadaku. Aku menatapnya tajam. Beraninya dia, menahan dan menyiksaku di rumahku sendiri!

"Apa maumu?" bentakku.

Dia tak menjawab, melainkan berdiri di sampingku. Dia menatapku sejenak. Aku menatapnya sinis. Aku melihat sesuatu yang janggal.

Dia menggunakan penjepit rambut milik Sarah.

Beraninya dia!

Tiba-tiba dia melepas penjepit rambut itu dan menarik sebuah permata hingga tali keluar. Setelah cukup panjang, dia menghentakkan tali tersebut dan berubah menjadi pedang.

Tatapannya yang tajam, senyuman sinisnya, dan pedang yang digenggamnya kuat tersebut membuatku berpikir yang macam-macam. Apakah dia akan membunuhku?

Dia mengangkat pedang tersebut. Aku terkejut dan tegang. Pedang itu diayunkannya ke rantai yang membelenggu tangan dan kakiku. Kupikir dia akan menghabisi nyawaku. Tapi sebenarnya apa yang dia inginkan?

"Nah, selesai."

"Kathleen, apa maumu?!"

"Ssshh! Aku yakin kau pasti kebingungan."

Aku terdiam menatapnya keheranan. Baru dia membuka mulutnya, suara sepatu terdengar. Seseorang datang.

"Cepat! Naik kembali dan genggam rantai itu!"

Aku menurutinya. Dia berbalik dan tersenyum pada seorang pria yang ada di depan pintu.

"Hai! Ada apa?" Tanya Kathleen.

"Ada apa disini?" Pria itu balik bertanya.

"Tidak, hanya memberi pelajaran pada pengkhianat..." Tempo bicara Kathleen melambat. Dia menggenggam kuat pedang itu dan tanpa kuduga, dia menyerang pria itu. Tak butuh waktu lama, pria itu tersungkur.

"Ayo! Ikut aku!" Pinta Kathleen sambil menarik tanganku. Aku tak bisa berbuat apa-apa selain menurutinya.

Kami berlari di koridor diiringi suara sirine dan langkah kaki. Saat kami sampai di depan sebuah ruangan, dia langsung mendobraknya. Ternyata di dalam ruangan itu ada Sarah. Saat melihat kami, dia tersenyum. Anehnya, dia tidak diikat. Dia hanya duduk santai di atas kursi. Mereka berdua tampak dekat.

"Akting yang bagus, Sarah!" Sapa Kathleen sambil berlari menuju lantai bawah.

"Kau juga, Kath!"

Aku makin bingung. Wanita memang penuh misteri.

Kami dikejar oleh para the Beaters. Kami bisa mengatasi mereka, namun saat kami berada di tangga menuju lantai dasar, kami berhenti. Kami dikepung.

"Berhentilah! Kalian tak bisa lari kemana-mana!" Tegur Fenster.

Kami bertiga berpikir keras. Tiba-tiba Sarah merebut pedang yang ada di tangan Kathleen lalu menghentakkannya dan mengubahnya kembali menjadi tali. Dia terus menariknya hingga cukup panjang, lalu mengikatnya pada besi.

"Ayo!" Teriak Sarah sambil menuruni tali itu dan turun ke dasar. Kathleen melakukan hal yang sama. Aku pun mengikuti gadis-gadis misterius itu.

Tanpa kusadari barbarian ikut menuruni tali. Aku mempercepat pergerakanku. Namun terlambat. Mereka sudah cukup dekat.

SARAH'S

"Oh, Sarah apa yang harus kita lakukan? Oh, lihat barbarian itu berlari ke arah kita, cepat! Lakukan sesuatu!" pinta Kathleen sambil menggoyangkan tubuhku.

"Tapi apa?" Aku berpikir.

Aha! Aku punya ide!

"Jason, lompat!"

"Masih tinggi!"

"Ah, lompat saja!"

Jason melompat. Aku segera melempar tali tersebut dengan batu hingga tali itu tersentak dengan sendirinya dan berubah menjadi pedang yang tajam. Tangan the beaters yang menuruni tali itu teriris. Darah mereka bercucuran.

Aku segera menarik tali tersebut dan mengembalikannya menjadi penjepit rambut lalu mengenakannya. Kathleen menggiring kami ke sebuah mobil dan kami pun melesat pergi.

"Woohoo! Yes!" Aku dan Kathleen tos.

"Hahaha, rencana berhasil. Double twist!" Kathleen tertawa gembira.

Oh ya, aku ingat. Jason terluka. Aku segera memeriksa mobilnya dan menemukan kotak P3K lalu memberikannya kepada Jason. Dia langsung mengambilnya dan segera mengobati lukanya.

"Hey, girls, aku masih belum mengerti. Apa yang terjadi?" Tanya Jason keheranan. Kathleen menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Mr. Jason sedang bingung!" ejek Kathleen.

"Hahaha..." aku tertawa.

"Jelaskan padanya, Sarah."

Aku berbalik menghadap Jason. Wajahnya yang kebingungan terlihat lucu sekali.

"Jason, sebenarnya Victor sudah mengetahui bahwa The Raiders pasti dipancing. Karena tidak mungkin Bram memberitahu kami tempat mereka secara cuma-cuma. Nah, karenanya, Victor memanggil keponakannya, yaitu Kathleen Carr," Kathleen melambaikan tangan kirinya "untuk mendekati Bram dan membuatnya percaya pada Kathleen. Dan juga me-make over penampilanku hingga semirip dirinya. Aku berangkat ke hutan itu duluan, hingga aku bertemu denganmu."

"Jadi Kathleen memperdayai ayahku?" Tanya Jason dengan nada yang sedikit ragu.

"Iya..." jawabku.

"Apakah ini seperti kau memperdayaiku beberapa minggu yang lalu?" pertanyaan yang dilontarkannya membuatku terkejut hingga kutoleh dia.

"Maksudnya?" Tanya Kathleen. Aku dan Jason hanya bisa saling bertatapan.

"Tidak, hanya insiden kecil yang..." aku menjawab pertanyaan Kathleen namun disela oleh Jason.

"We were hooking up in the prom night." Tukas Jason polos.

"Jason!" bentakku.

"Apa?!" Tanya Kathleen yang terkejut mendengarnya. Lebih seperti setengah berteriak.

"Aku tidak..." aku tak tahu harus menjawab apa.

"Come on akui saja kau bahkan bilang bahwa kau menyukainya." ujarnya lagi.

"Sudahlah!" tukasku kesal. Jason hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum mengejek.

"Mengapa Victor selalu menggunakan wanita untuk menipu lawannya?" tanyanya sendiri.

Wanita adalah obat, yang berarti juga bahwa wanita bisa menjadi racun. Tergantung bagaimana cara kau menggunakannya. Setiap penyakit bisa disembuhkan oleh satu obat yang cocok. Maka, bila wanita yang kau miliki sudah tepat untuk penyakitmu, maka wanita bisa menjadi obat yang mujarab. Bila salah, maka ia bisa menjadi racun yang mematikan.

Sebuah hal yang mesti dimengerti oleh semua pria.

Aku dan Kathleen hanya saling bertatapan dan tak menjawab. "Lalu kapan kalian bertukar, dan bagaimana?" sambungnya lagi, berusaha untuk kembali ke topik pembicaraan awal.

"Ingat saat kau berlari ke arah timur dan aku ke arah barat?" Tanyaku. Jason mengangguk.

"Nah, disitulah kami bertukar. Saat tak ada orang yang melihat, diam-diam Kathleen masuk dan berlari menggantikanku. Sementara aku terus berlari menjauh."

"Dan bagaimana kau bisa ada di helikopter itu?" Jason makin penasaran.

"Tiga orang pria di helikopter itu adalah pengkhianat The Beaters,"

"Alias, sekutu baru Victor," Sambung Kathleen.

"Mereka berpura-pura menangkapku dan kau, agar The Beaters lain tak curiga." Terangku.

"Lalu mengapa kalian tak bilang padaku waktu di helikopter?!" Jason tampak kesal. Dia menatap kami dengan matanya yang membelalak, aku bisa melihatnya lewat cermin.

"Tidak bisa. Jika mereka tahu, semuanya akan terlihat sangat palsu. Pilotnya tidak tahu akan hal ini, dan satu orang lagi yang ada di helikopter itu juga tidak tahu." Aku dan Kathleen menjelaskan semua pada Jason agar dia tak kesal lagi.

"Kuakui memang hebat, namun kalian harus tahu aku masih kesakitan."

"Oh, Jason, maafkan aku soal cambukan itu. Aku tak mampu menahan mereka untuk tidak melakukannya." Kata Kathleen.

"Sudah terjadi..."

"Kau harus menemukan sesuatu untuk menutupi dirimu." Ujarku.

"Oh, ya. Hmm, Sarah, ambillah baju kaos yang ada di bawah jokmu." Pinta Kathleen.

Aku menurutinya dan memberikan baju kaos itu kepada Jason. Dia segera memakainya.

"Nampak tak asing. Apakah ini milik ayahku?" Tanya Jason. Kathleen memutar kedua bola matanya.

"Iya." Jawab Kathleen.

"Apa yang kau lakukan dengannya?!" Jason tampak marah.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak! Dia pernah meminjam mobilku saat akan pulang ke rumahmu. Aku menemukan baju itu saat dia mengembalikan mobilku. Aku berniat mengembalikan bajunya itu, tapi aku selalu lupa. Mengerti?"

"Oh. Kupikir ada apa." Jason kembali menyandarkan tubuhnya dan menutup mata.

Sunyi sejenak.

"Kathleen, tolong berhenti di restoran itu. Aku lapar." Kata Jason.

"Oke. Tapi drive thru saja ya."

Kathleen meminggirkan mobilnya dan berhenti di depan restoran itu. Kami pun membeli makanan. Sambil makan kami melanjutkan perjalanan.

Seguir leyendo

También te gustarán

98.2K 10.9K 47
gatau 🗿 nikmati saja.
17.1K 1.7K 28
"Aku tidak butuh budak dingin macam dia!" Keputusan orang tuanya membuat Guinevere pusing setengah mati, rasanya belum cukup menjodohkannya dengan pr...
11.1K 197 14
Kumpulan quotes dan puisi dengan analogi rindu dan kopi. Yang ditulis karena tokoh "aku" berjuang bangkit dari sakitnya ditinggalkan
43.7K 3.5K 17
Lebih mementingkan pekerjaan atau istri!?