I Love You' versi Indonesia

By Byun_Sweethoney

115 23 2

"Dina, ayo bercerai" Dika Jordi menjatuhkan talak pertamanya pada Dina Prayoga. Wanita yang sudah ia nikahi... More

Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 10
INFO šŸ¤­šŸ™šŸ¼
Part 11
Part 12

Episode 9

3 0 0
By Byun_Sweethoney

Dina diam sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum memberitahu seperti apa hubungannya dengan Dika.

"Sebenarnya, Mas Dika itu sudah dijodohkan, Ma," ucap Dina melihat ke arah bayinya yang tertidur.

"Lalu?" tanya Bi Nara menunggu penjelasan selanjutnya.

"Lalu apa lagi, Ma? Ibu mas Dika kan tidak menyukai Dina sejak dulu dan menyalahkan Dina atas batalnya perjodohan Mas Dika dengan perempuan pilihannya," jelas Dina sendu.

"Bukannya Dika sudah memilih kamu menjadi istrinya, lalu kenapa Leni tidak menerima itu, Sayang," kesal Bi Nara begitu mengetahui cerita awal dari Dika dan Dina yang menikah tanpa restu Leni.

"Karena wanita pilihannya itu sangat dia sukai. Aku terlanjur masuk dalam lingkaran mereka, kupikir seiring berjalannya waktu Ibu Leni akan menerimaku tapi ternyata dia masih sering memintaku untuk melepaskan Mas Dika. Sepertinya dia dan wanita pilihannya itu masih saling berhubungan," ungkap Dina panjang lebar.

"Wanita licik. Kenapa dia begitu egois dan tega menghancurkan kebahagian putranya sendiri dengan menyuruhnya meninggalkan istrinya," ucap Bi Nara emosi. "Mama pikir dia hanya jahat saja, ternyata ada tujuan lain."

Dina melihat ibunya yang sangat marah dan segera menenangkannya. "Ma, sudahlah, jangan terlalu dipikirkan lagi. Dina kan sudah digugat cerai, paling juga minggu depan kami resmi bercerai, bukan?" ungkap Dina tersenyum palsu.

"Tetap saja. Mama kesal dan emosi begitu mengetahui fakta ini," sambut Bi Nara sembari membalas senyuman Dina. "Baiklah ... mulai sekarang kalian tanggung jawab mama, ya, Nak," tambah Bi Nara penuh semangat demi menyambut kehidupan mereka bertiga yang baru. Dia, Dina dan cucunya akan hidup satu rumah saat keluar dari rumah sakit nanti.

Dina pun menyetujuinya.

***

Sore hari, Dina memeluk bayi cantiknya di ranjang sambil menikmati senja. Rafka duduk di sofa sambil memperhatikan, masih menebak-nebak wajah Dina yang tidak asing.

Keduanya canggung karena tidak saling kenal, Dina berharap Bi Nara yang sedang membeli sesuatu karena Rafka lupa belikan untuknya.

Dina juga dilarang melakukan aktivitas yang berlebihan oleh suster, karena nantinya bisa memperburuk keadaan kaki yang cedera. Sehingga kegiatan Dina sebagian besar diambil-alih oleh Bi Nara sebagai pengganti walinya dan dibantu oleh Rafka.

"Sayang, maafkan mama, ya. Maaf, belum bisa memberikan keluarga yang utuh untuk kamu." Dina mengajak putri kecilnya berbicara, saat sudah selesai diberikan ASI tadi.

Mendengar ucapan itu membuat Rafka yang tidak jauh dari ibu dan anak itu menoleh ke arah keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan Dina.

Merasa sedang diperhatikan dari sana, Rafka segera mengalihkan pandangannya melihat kembali pada selembar kertas yang dia genggam sebelum di tandatangani.

"Ekhem ...." Rafka berusaha mengembalikan sikap dinginnya lagi agar tidak merasa canggung ketika berada di ruangan yang sama bersama Dina.

Beruntung Rafka tidak begitu canggung karena sedikit terbantu oleh kehadiran putri kecilnya Dina di tengah mereka berdua sebagai orang dewasa.

Terlebih lagi posisinya Dina baru saja ditalak oleh suaminya; Dika Jordi beberapa hari lalu. Sementara Rafka Fathan, seorang pria single yang belum pernah menikah atau pun menjalani sebuah hubungan serius dengan seorang gadis di usianya yang sudah kepala tiga.

"Sayang, ayo, kita kembali ke dalam. Di sini sudah panas." kata Dina bersiap mendorong kursi rodanya menggunakan tangan kirinya pelan.

Sayangnya, tenaga Dina tidak begitu kuat untuk membuatnya bisa mendorong kursi roda agak bergerak sedikit.

"Sini, biar saya yang bantu dorong." Rafka langsung menawarkan bantuannya.

Dina tidak bisa menolaknya karena biar bagaimana pun selain Bi Nara yang bisa membantunya mendorong kursi roda ini, hanya ada Rafka pria muda yang tenaganya tentulah sangat besar ketimbang tenaga ibu angkatnya; Bi Nara.

"Maaf," ucap Dina merasa tidak enak hati karena sudah membuat Rafka repot sepagi ini.

Padahal pria tampan itu sendiri sedang sibuk dengan pekerjaannya, saat Dina tidak sengaja melihatnya tadi.

"Tidak apa-apa. Lagian mana tega saya melihat ada seorang perempuan yang butuh pertolongan di depan saya, tapi saya seperti tidak melihatnya," balas Rafka yang merasa tidak keberatan sama sekali.

Dina tidak menyadari jika saat ini Rafka sedang tersenyum berkatnya dan sang putri.

Saat kedua manusia yang tak sengaja dipertemukan takdir itu sudah berada di dalam ruangannya Dina. Pintu ruangan yang terbuka memperlihatkan kedatangan Bi Nara yang baru pulang dari luar untuk membeli sesuatu.

"Bibi?"

"Mama!"

Rafka dan Dina kompak berseru, entah kenapa keduanya kaget saat melihat Bi Nara. Padahal tidak ada hal aneh yang dilakukan keduanya.

Bi Nara yang mendengarnya langsung membalas teguran dari keponakan dan putri angkatnya itu.

"Hmm, iya."

Ketika sudah berdiri tepat di sebelah meja dekat ranjang Dina. Bi Nara pun segera mengeluarkan sesuatu dari kantung plastik yang dia bawa dari luar, lalu meletakkannya di atas meja.

"Ini mama membelikan kerupuk kesukaan kamu, Nak," kata Bi Nara tersenyum tulus pada putrinya.

"Eh, iya. Mama letakan saja dulu di sana. Dina ingin kembali menidurkan bayi Dina dahulu," balas Dina yang sedikit kesulitan saat mencapai bagian atas box sang putri.

"Sini, biar saya bantu saja. Nanti kaki kamu tambah sakit lagi." Rafka segera mengambil bayi Dina dari gendongannya. Memeluknya hangat, lalu memindahkan dengan penuh hati-hati ke dalam box. Agar bayi itu tidak terganggu dari tidurnya. Dina sudah bersusah payah membuat bayinya tertidur, Rafka tentu tidak ingin membuat bayi itu terbangun.

Ibu dan anak itu mendadak terharu dengan sikap manis yang Rafka tunjukkan.

"Maaf, mas Rafka. Aku merepotkan lagi," ucap Dina merasa sangat bersalah karena sudah membuat Rafka ikut terlibat dalam merawatnya selama di rumah sakit.

"Tidak apa-apa," balas Rafka tersenyum tulus ke Dina.

Sementara itu, Bi Nara sangat menikmati momen manis Rafka dan Dina. Ada sesuatu di kepalanya yang membuat Bi Nara merasa Rafka dan Dina seolah cocok.

Bi Nara yang sudah begitu mengenal baik sifat keponakannya sejak kecil. Cukup tahu bahwa keponakannya itu terbilang kaku dan dingin pada wanita, membuatnya terharu sekaligus tersentuh akan perubahan yang Rafka tunjukan kepada Dina.

"Ma!" panggil Dina lembut kepada Bi Nara. "Mama!" Dina masih berusaha memanggil ibunya itu selembut mungkin. Tapi, sepertinya itu percuma saja.

Bi Nara masih tidak merespon apapun dan tenggelam dalam kepalanya sendiri.

Dina yang agak kesal menurunkan kaki kirinya ke lantai perlahan. Sebelum dia menurunkan kaki kanannya yang terbalut gips untuk mencapai ranjangnya agar bisa sedikit meluruskan kakinya yang sudah terasa nyeri, meskipun dia tidak menggunakan kakinya untuk berjalan sama sekali sejak tadi.

"Kamu mau apa?" tanya Rafka kaget melihat Dina menurunkan kaki kirinya ke lantai.

"Aku mau naik ke atas tempat tidur," jawab Dina. "Aku bisa sendiri kok!" Dina manyun dan tidak mau menatap Bi Nara yang sepertinya masih belum melihat aksi beraninya ingin turun dari kursi roda.

"Eh, jangan gila, Dina!" sahut Rafka dan menundukkan badannya pada Dina, lalu menggendong wanita yang baru ditemuinya itu menuju ranjang yang hanya dua langkah dari tempat Rafka berdiri.

"Eh, Mas Rafka. Apa yang kamu lakukan!" seru Dina cukup kaget dengan sikap tiba-tiba Rafka itu.

"Eh, Mas. Hati-hati," ucap Bi Nara yang tersadar dengan teriakan Dina dan sudah menyadari situasi yang terjadi.

"Dasar, mama ini" protes Dina ketika Rafka berhasil memindahkannya dengan lembut ke atas ranjang.

"Loh, kok malah marah sama mama, sayang," ujar Bi Nara yang masih tidak mengetahui kesalahannya barusan yang sudah tidak menggubris panggilan Dina tadi, sebelum adegan Rafka menggendongnya ke atas ranjang tempatnya istirahat selama di rumah sakit Trisma.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 173K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
5.8M 307K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...
2.6M 125K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _š‡šžš„šžš§šš š€ššžš„ššš¢ššž
469K 38.9K 31
Arvi dan San adalah sepasang kekasih. Keduanya saling mencintai tapi kadang kala sikap San membuat Arvi ragu, jika sang dominan juga mencintainya. Sa...