Episode 9

3 0 0
                                    

Dina diam sejenak, lalu menghela napas panjang sebelum memberitahu seperti apa hubungannya dengan Dika.

"Sebenarnya, Mas Dika itu sudah dijodohkan, Ma," ucap Dina melihat ke arah bayinya yang tertidur.

"Lalu?" tanya Bi Nara menunggu penjelasan selanjutnya.

"Lalu apa lagi, Ma? Ibu mas Dika kan tidak menyukai Dina sejak dulu dan menyalahkan Dina atas batalnya perjodohan Mas Dika dengan perempuan pilihannya," jelas Dina sendu.

"Bukannya Dika sudah memilih kamu menjadi istrinya, lalu kenapa Leni tidak menerima itu, Sayang," kesal Bi Nara begitu mengetahui cerita awal dari Dika dan Dina yang menikah tanpa restu Leni.

"Karena wanita pilihannya itu sangat dia sukai. Aku terlanjur masuk dalam lingkaran mereka, kupikir seiring berjalannya waktu Ibu Leni akan menerimaku tapi ternyata dia masih sering memintaku untuk melepaskan Mas Dika. Sepertinya dia dan wanita pilihannya itu masih saling berhubungan," ungkap Dina panjang lebar.

"Wanita licik. Kenapa dia begitu egois dan tega menghancurkan kebahagian putranya sendiri dengan menyuruhnya meninggalkan istrinya," ucap Bi Nara emosi. "Mama pikir dia hanya jahat saja, ternyata ada tujuan lain."

Dina melihat ibunya yang sangat marah dan segera menenangkannya. "Ma, sudahlah, jangan terlalu dipikirkan lagi. Dina kan sudah digugat cerai, paling juga minggu depan kami resmi bercerai, bukan?" ungkap Dina tersenyum palsu.

"Tetap saja. Mama kesal dan emosi begitu mengetahui fakta ini," sambut Bi Nara sembari membalas senyuman Dina. "Baiklah ... mulai sekarang kalian tanggung jawab mama, ya, Nak," tambah Bi Nara penuh semangat demi menyambut kehidupan mereka bertiga yang baru. Dia, Dina dan cucunya akan hidup satu rumah saat keluar dari rumah sakit nanti.

Dina pun menyetujuinya.

***

Sore hari, Dina memeluk bayi cantiknya di ranjang sambil menikmati senja. Rafka duduk di sofa sambil memperhatikan, masih menebak-nebak wajah Dina yang tidak asing.

Keduanya canggung karena tidak saling kenal, Dina berharap Bi Nara yang sedang membeli sesuatu karena Rafka lupa belikan untuknya.

Dina juga dilarang melakukan aktivitas yang berlebihan oleh suster, karena nantinya bisa memperburuk keadaan kaki yang cedera. Sehingga kegiatan Dina sebagian besar diambil-alih oleh Bi Nara sebagai pengganti walinya dan dibantu oleh Rafka.

"Sayang, maafkan mama, ya. Maaf, belum bisa memberikan keluarga yang utuh untuk kamu." Dina mengajak putri kecilnya berbicara, saat sudah selesai diberikan ASI tadi.

Mendengar ucapan itu membuat Rafka yang tidak jauh dari ibu dan anak itu menoleh ke arah keduanya dengan tatapan yang sulit diartikan Dina.

Merasa sedang diperhatikan dari sana, Rafka segera mengalihkan pandangannya melihat kembali pada selembar kertas yang dia genggam sebelum di tandatangani.

"Ekhem ...." Rafka berusaha mengembalikan sikap dinginnya lagi agar tidak merasa canggung ketika berada di ruangan yang sama bersama Dina.

Beruntung Rafka tidak begitu canggung karena sedikit terbantu oleh kehadiran putri kecilnya Dina di tengah mereka berdua sebagai orang dewasa.

Terlebih lagi posisinya Dina baru saja ditalak oleh suaminya; Dika Jordi beberapa hari lalu. Sementara Rafka Fathan, seorang pria single yang belum pernah menikah atau pun menjalani sebuah hubungan serius dengan seorang gadis di usianya yang sudah kepala tiga.

"Sayang, ayo, kita kembali ke dalam. Di sini sudah panas." kata Dina bersiap mendorong kursi rodanya menggunakan tangan kirinya pelan.

Sayangnya, tenaga Dina tidak begitu kuat untuk membuatnya bisa mendorong kursi roda agak bergerak sedikit.

I Love You' versi Indonesia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang