Episode 3

8 2 0
                                    

***

Seorang dokter tampan dan rombongan tim terlihat memasuki sebuah ruangan inap nomor 412 lantai 4 rumah sakit terkenal di Surabaya. Kamar itu milik seorang pasien yang baru saja melakukan persalinan sehari yang lalu.

Sebagai seorang dokter, memang sudah menjadi tugasnya untuk menjaga kondisi pasiennya bukan? Begitulah yang saat ini terlihat pada dokter John. Sebelum dia  memeriksa pasien di ruang rawat inap lainnya, bersama tim dia visit ke ruangan dengan suasana tenang di rumah sakit tersebut.

"Assalamualaikum, nona. Maaf, jika saya sedikit lancang masuk ke ruangan anda tanpa pemberitahuan lebih awal," ungkap dokter John tidak lupa meminta maaf terlebih dahulu, sebab kedatangan dia dan tim memang lebih cepat.

"Iya, dokter." Wanita itu menggeliat, sembari memperlihatkan senyumannya ke arah sang dokter. Dina Prayoga namanya.

"Saya ingin memeriksa kondisi nona. Eh, nyonya dulu, sebelum saya tinggal pergi mengecek kondisi pasien yang lain," jelasnya agar Dina tidak bingung dengan maksud kedatangannya yang tiba-tiba, karena sepertinya Dina tidak tahu soal jam kunjungan karena tidak ada keluarga pasien yang menemani.

Sepertinya ini sudah menjadi peraturan rumah sakit tempat Dina dirawat atau hanya sebuah basa-basi sebelum dokter berpindah ke ruangan lainnya.

"Silakan dokter." Dina menurut dengan mengulurkan tangan kirinya pada dokter John, sehingga dia dan salah seorang perawat yang membawa peralatan tulis akan dengan mudah melakukan tugas mereka.

Hening sesaat ....

"Bagaimana perasaannya? Sudah jauh lebih baik?" tanya dokter tersenyum. "Oh ya, Nyonya? Boleh saya menanyakan sesuatu? Ini perihal keluargamu." Dokter tampan tersebut masih fokus pada pekerjaannya yaitu mengecek laporan kondisi Dina, dari rekannya yang memegang beberapa lembar kertas berisi data.

"Iya, boleh." Dina langsung mengiyakannya tanpa merasa keberatan sama sekali dengan topik yang dokter John utarakan tadi.

"Di mana suami atau penjagamu? Soalnya, ada sesuatu hal yang harus  didiskusikan dengannya selaku wali anda bersama bayi manis ini," tutur dokter john masih menunjuk bayi, sambil menyempatkan waktu untuk beberapa detik melihat ke arah box bayi. Seorang bayi perempuan dengan berat hampir 4 kg, masih tertidur pulas tanpa merasa terganggu oleh obrolan antara orang-orang dewasa.

"Tunggu sebentar." Dina segera meraih ponselnya yang berada di atas meja dekat ranjang tempatnya tidur selama masa pemulihan di rumah sakit.

Karena kondisi Dina belum sepenuhnya pulih dan masih harus mendapatkan pengobatan selama beberapa hari ke depan untuk penyembuhan paska melahirkan putrinya.

Dina langsung mengecek ponselnya dan ternyata ada beberapa pesan yang masuk dan pesan itu dari satu orang. Sang suami tercinta Dika Jordi.

Deg!

Baru saja membaca kalimat pertama dalam isi pesan Dika itu sudah mampu membuat hati Dina sangat terpukul, kecewa dan terluka. Bagaimana bisa pria itu mengatakan semuanya dengan mudah di saat dia sendiri baru saja melahirkan putri mereka yang sudah sejak lama mereka nantikan.

Di sana sangat tertulis jelas bahwa Dika Jordi memintanya berpisah dan sudah membiayai seluruh pengobatannya di rumah sakit dan segala kebutuhan putri mereka sudah Dika siapkan.

Perlengkapan bayi sudah rapi terlihat di tas sedang yang memang entah sejak kapan berada di ruangan mereka.

Linangan air mata itu pun bercucur deras dari kelopak mata bulat Dina. Bagaimana mungkin hal buruk ini terjadi menimpanya disaat ia sendiri baru saja memberikan kebahagian pada keluarga kecil Jordi?

I Love You' versi Indonesia Where stories live. Discover now