Episode 6

4 3 0
                                    

****

Ketika semua tugasnya sebagai seorang dokter umum di rumah sakit Trisma sudah dilakukan. Dokter Jihan kembali memeriksa keadaan wanita yang sekitar beberapa jam lalu terjatuh dari lantai empat ke lantai tiga.

Tingginya tempat jatuh membuat wanita itu mengalami cukup banyak luka di beberapa bagian tubuh. Kepala yang terbentur cukup keras, kaki kanan yang cedera parah dan tangan lecet itu sudah cukup menjelaskan betapa menderitanya wanita ini saat akan bangun dari pingsannya nanti. Beruntung, kaki kirinya tidak harus dipakaikan gips seperti kaki kanan.

Padahal wanita ini baru saja melahirkan putrinya dan tentunya belum benar-benar sembuh dari fase pemulihan tersebut, seharusnya pulang paska pemulihan tetapi malah terjadi sesuatu hal yang menambah lama masa tinggalnya di rumah sakit. Hal itu menunda kesembuhannya agar kembali seperti sedia kala sebelum datang ke sini untuk melahirkan putrinya.

Dina Prayoga adalah wanita yang terjatuh dan menghebohkan seisi rumah sakit tadi.

Mengenai kronologi bagaimana Dina bisa terjatuh pun masih menjadi sebuah misteri untuk banyak orang, terutama bagi orang-orang yang melihat tubuh Dina saat terkapar tidak berdaya tadi di lantai tiga rumah sakit.

Sungguh ironis memang. Rumah sakit yang sudah banyak dikenal dengan sangat mengutamakan pasiennya dan kinerja yang cepat ini, harus dicoreng dengan sebuah kejadian yang cukup merusak nama baik rumah sakit ini sendiri. Pihak rumah sakit pun tidak menghubungi polisi karena takut reputasi rumah sakit akan tercoreng.

"Suster, tolong cek kembali cairan infusnya, apakah sudah berfungsi dengan baik," pinta dokter Jihan.

Dokter cantik dengan rambut sebahu ini sepertinya masih ingin memastikan jika tidak ada kelalaian nanti dalam timnya. Sebagai seorang dokter umum di rumah sakit Trisma tempatnya mengabdi selama tujuh tahun.

"Alhamdulillah, cairan infusnya berjalan normal ke dalam tubuh pasien, Dok," balas suster yang memang masih setia menemani dokter Jihan bertugas meskipun sudah selesai jam kerjanya dan sebentar lagi pergi ke tempat prakteknya.

Mendengar hal itu, senyuman dokter Jihan terlihat menghiasi wajahnya. Hingga membuat kedua lubang manis di pipinya terlihat jelas.

"Suster, hasil laboratoriumnya sudah bisa kita ambil 'kan, setelah dari sini?" tanya dokter Jihan yang kembali mendekati Dina untuk memeriksa perban di kepala wanita cantik itu.

"Tentu saja. Setelah dari sini saya akan mengambilnya di lab. Sebab, tidak ada wali dari pasien ini untuk mengambil hasil labnya. Lalu, akan segera saya berikan kepada dokter," jelas suster sambil mengambil langkah mundur agar sedikit menjauh dari ranjang Dina.

"Baiklah. Ayo, kita keluar dan biarkan nyonya Dina ini beristirahat dengan tenang, agar segera siuman," ajak dokter kepada susternya.

"Baik, Dok." Suster pun mematuhi perintah dokter Jihan.

Keduanya berjalan beriringan menuju pintu ruang rawat inap Dina dan keluar dari sana. Dalam perjalanan belum jauh dari ruang inap Dina. Dokter Jihan dan suster  dikagetkan dengan kedatangan dokter John yang entah datang dari mana.

Padahal mereka sama-sama tahu, jika dokter John tidak bertugas hari ini. Kalau mereka lihat dari jadwal para dokter yang mendapat shift, terpampang jelas tidak jauh dari pintu masuk utama rumah sakit. Nama dokter John tidak berada di deretan nama para dokter yang memang bertugas sekarang.

"Maaf, Dokter. Saya sedikit membuat waktu dokter Jihan terbuang," ucap dokter John dengan sedikit tergopoh-gopoh, tepat di depan dokter Jihan.

"Hmm, i-iya, tidak apa-apa, Dok," sahut dokter Jihan yang tidak begitu merasa terganggu dengan kedatangan dokter tampan itu. Apalagi sampai harus merasa dokter John sudah menganggu waktunya dalam menjalankan tugas. Tidak sama sekali, hanya terkejut saja.

I Love You' versi Indonesia Where stories live. Discover now