I'm With The Antagonist

By RiddYeol2

507K 44.8K 2.9K

Dierja Apuila Ivander atau kerap dipanggil Erja dari kecil dia harus mengalah dengan saudara kembar tidak id... More

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
Bab 15
Bab 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
Bab 24
BAB 25
Bab 26
Bab 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49

BAB 43

6.7K 611 93
By RiddYeol2

Dor

Dor

"Kemampuanmu berkembang sangat baik" dia memuji kemampuan menembak adik kembarnya

"haruskah aku mengucapkan terimakasih atau balik memujimu"

"Sebenarnya aku tak memerlukan kedua itu aku sudah kenyang bahkan setiap tarikan nafasku saja penuh dengan pujian"

"Sombong sekali tuan yang satu ini"

Fagan menatap adiknya yang tengah tersenyum sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal hatinya akhir akhir ini adiknya sedikit berbeda. Walau terkesan cuek dia ada pribadi yang cukup peka akan keadaan sekitar.

"Sebenarnya ada sesuatu yang mengganjal di hatiku"

"Eleh ada gerangan apa kakakku ini berbicara tentang hati" goda Fegan

Namun Fegan seketika terdiam saat netranya bertemu tatapan tajam Fagan "Aku tidak sedang bercanda, ada apa denganmu akhir akhir ini?" tanyanya to the point membuat Fegan sedikit gugup bahkan Fagan bisa menangkap jika kembarannya itu sedang resah dari sorot matanya

"Sesuai dengan karakternya dia sangat peka walau dengan cover cuek cuek dingin"

"Akhir akhir ini oh bukan setelah kembalinya Dierja ke Indonesia kamu lebih memperhatikannya, aku tidak salah bukan?"

"Tidak bahkan tebakkan mu sangat tepat tapi memang dia membutuhkan perhatian khusus"

"Apa maksudmu?"

"Aku tidak bisa menjelaskannya sekarang semua diluar nalar, yang aku inginkan darimu hanya tetap percaya padaku" ucapnya lalu pergi dari sana meninggalkan Fagan yang hanya terdiam menatap bingung punggung kembarannya yang mulai menjauh

...........

Galang menatap pintu kamar sang anak, ada perasaan aneh yang melingkupi hatinya gelisah dan takut yang dia rasakan pikirannya selalu mengarah pada wajah manis anak bungsunya. Dia sedikit menyesal karena tidak bisa mengontrol emosinya tadi hingga dia kelepasan membentak anaknya.

Mengingat mata jernih yang tadi sempat berkaca kaca membuat dirinya dihantui penyesalan. Namun dia juga bingung harus apa anak bungsunya sangat susah diatur walau dengan cara lembut sekalipun.

Dia merindukan anak bungsunya yang polos dan lugu dia menyesal tidak membunuh wanita itu lebih cepat oleh tangannya tapi syukurlah alam mendengarkan doanya agar wanita itu mati. Terpenting anak bungsunya sekarang ada dalam rengkuhannya dia tak akan melepaskan walau sehelai rambutpun.

Anak bungsunya harus hidup sesuai jalan yang sudah direncanakan dia sudah mempersiapkan itu jauh jauh hari. Biarkan dia dikatakan egois namun sesuai nalurinya ini sudah yang terbaik.

Dua orang bodyguard membukukkan badannya saat melihat kedatangan tuannya. "Selamat malam tuan"

"Buka" bukannya menjawab Galang memerintahkan bodyguard tersebut untuk membuka pintu kamar Erja yang dikunci pemiliknya dari dalam. Tanpa Erja ketahui ayah beserta bang banganya memiliki kunci cadangan kamarnya membuat mereka leluasa masuk kedalam kamar tersebut. Bahkan Arsa sering sekali menyelinap lalu tidur bersama Erja.

Galang mengernyitkan keningnya saat tidak mendapatkan sang anak bungsu di ranjang kamarnya karena ini sudah menunjukan pukul dua belas malam. Langkahnya menuju ruang belajar sang anak karena biasanya anak bungsunya itu belajar sampai lupa waktu dan itu juga yang membuatnya geram.

Apalagi ketika dia mendapatkan anak bungsunya olimpiade padahal sehari sebelumnya Erja mengikuti lomba panahan dia sangat marah dia tak butuh piala kejuaraan itu daia hanya ingin anak bungsunya hidup sehat tanpa beban. Apalagi sebelum olimpiade dia mendapatkan laporan dari orang yang mengawasi anak bungsunya bahwa dia sempat drop.

Sebenarnya dia tak peduli anak bungsunya bolos atau tidak yang terpenting anak bungsunya ada dalam pengawasannya tidak seperti tadi saat orang suruhannya kehilangan jejak anak bungsunya membuat ia marah besar. Walau dia tidak mempublikasikan keberadaan Erja namun dia harus antisipasi.hey dunia bisnis tidak semulus kelihatannya bahkan bisa saja lebih kejam daripada dunia politik karena oarang orang yang ada di dalamnya adalah orang orang penuh kuasa.

Saat langkahnya tiba di ruangan belajar Erja matanya Galang terkejut saat mendapat tubuh anak bungsunya tergeletak tidak sadarkan diri dengan bekas darah yang keluar dari hidungnya. Dia segera menghampiri tubuh mungil itu

"Erja sayang"

"Hey ini ayah Erja bangun" Galang terus menepuk pipi sang anak dan sigap memeriksa nadi sang anak dia berucap syukur anaknya masih bernyawa

Dia segera membawa tubuh sang anak yang tak berdaya keluar tanpa dia sadari matanya mengeluarkan air mata. Sungguh dia sangat takut anaknya kenapa napa, sial lagi lagi dia kecolongan

"SIAPAKAN MOBIL" teriak Galang para bodyguard yang melihat sang tuannya nampak kacau sambil menggendong tuan muda bungsu, dengan sigap mereka melaksanakan perintah tuannya

"Ada apa ini?" tanya Rajendra saat melihat keadaan mansion yang kacau di tengah malam

"Tuan muda Dierja tidak sadarkan diri" jawab salah satu bodyguard

"APA? Dimana dia sekarang?" tanya Raje dra beruntun pikirannya kalut saat mendengar adik bungsunya tak sadarkan diri.

"Tuan Galang telah membawa tuan muda ke rumah sakit"

Setelah mendengar jawaban bodyguard itu dengan langkah cepat Rajendra masuk kedalam mobilnya. Mobilnya melesat dengan kecepatan penuh dia meremas kemudinya bagaimana ini bisa terjadi terakhir tadi melihatnya adiknya masih baik baik saja.

Saat mobil Galang tiba dirumah sakit dia sudah disambut oleh beberapa dokter profesional yang telah menunggunya di lobby ada puluhan bodyguard juga menjaga di sekitar sana. Dia segera membaringkan Erja di atas brankar yang langsung dibawa menuju UGD untuk mendapatkan penanganan.

Galang menunggu di depan UGD dengan wajah datarnya walau masih kentara raut cemas dan takut di wajahnya dia menggenggam kedua tangannya. Sungguh dia tak membayangkan akan terjadi seperti ini, padahal dia sudah mengontrol semua aktivitas dan makanan yang dikonsumsi anaknya mengapa anaknya bisa tak sadarkan diri dia terus merutuki kegagalannya.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Rajendra yang baru datang

"Ini diluar kendali ayah, saat ayah ingin memeriksa Erja ke kamarnya Erja sudah tak sadarkan diri" jelas Galang

"Duk"

Rajendra meninju dinding rumah sakit menyalurkan kemarahannya serta merutuki kesalahannya yang lalai menjaga adiknya.

"Ceklek"

"Bagaimana?"

"Apa kita bisa membicarakannya di ruangan saya ada sedikit hal mengganjal" pinta Harus dokter yang menangani Erja

"Tuan muda akan dipindahkan ke ruang rawat" lanjutnya

"Rajendra kau jaga dulu Erja ayah ada keperluan dengan dokter Harun" titah Galang yang mendapatkan anggukan dari putra sulungnya itu

"Apakah pasien mengkonsumsi obat?" tanya Harun

"Ya saya memberikannya vitamin, apa ada sesuatu yang buruk?"

"Apakah kamu sudah memeriksa vitamin vitamin itu?"

"Maksudmu apa? Vitamin vitamin itu sesuai dengan yang kau anjurkan seperti biasanya"

"Berarti ada yang mensabotasenya vitamin yang seharusnya meningkatkan daya tahan tubuh malah bekerja sebaliknya vitamin yang selama ini pasien konsumsi malah menyerang daya tahan tubuh dan ini berjalan sudah hampir dua bulan pastinya pasien sudah merasakan perubahan pada tubuhnya, apa dia pernah membicarakan keadaannya padamu?"

"Tidak" balas Galang selama ini anaknya itu tidak pernah membicarakan keadaan atau apa yang dia rasakan

"Anakmu pasti sudah merasakan tubuhnya semakin lemah akhir akhir ini mudah pusing atau mimisan itu adalah salah satu efek yang ditimbulkan obat itu"

"SIALAN saya kecolongan lagi" marah Galang entah tikus got mana lagi yang berani beraninya bermain denganku

"Kau harus berhati hati dengan orang terdekatmu karena yang bisa menyabotase obat itu ada orang yang berada disekitar atau di dalam keluargamu, saya tahu persis seberapa ketat kau, mengenai apa yang dikonsumsi anak bungsumu"

"Untungnya pasien segera mendapatkan penanganan jika ini terus terjadi lebih lama lagi nyawa anakmu taruhannya, tapi kau tenang saja saya sudah memberikan penanganan untuk mengurangi efek dari obat itu, mulai sekarang satu minggu sekali pasien harus melakukan kontrol kesehatan untuk menghilangkan efek dari obat itu karena efek dari obat itu tidak bisa dihilangkan dengan waktu yang singkat karena pasien telah mengkonsumsinya dengan jangka waktu yang cukup lama"

...........

Adonia melihat bangku di belakangnya yang kosong rasanya ada sesuatu yang hilang di hatinya tapi entah apa. Bahkan dia sudah mencoba menghubungi kedua bocah itu namun mereka tidak aktif. Padahal dulu dia bersahabat baik dengan kesendirian mengapa sekarang seolah olah dia tidak kuasa.

"Malaikat pelindungnya sedang istirahat" ucap Fegan yang tiba tiba berdiri didepan Adonia membuat Adonia mendongkak dan menatap bingung Fegan

"Aku tahu isi pikiran dan hatimu kamu tidak pandai bermain ekspresi, Ayo kita kekantin biar sekarang dua ksatria yang bertugas malaikatnya lagi pada istirahat dulu" ucapnya tersenyum dengan manis membuat Adonia terkekeh geli

"abangku saja tidak menjalankan perannya untuk menjadi pelindung malah sebaliknya menjadi garda paling depan menyakitiku"

"Tapi aku sedang tidak mood makan"

"Aku hanya mengajakmu ke kantin bukan menyuruhmu makan" mendengar ucapan Fegan Adonia mendengus kesal ingin sekali menonjok wajah tampan itu

"Menurutlah padaku untuk menghindari fitnah dajj*l" ucap Fegan menarik Adonia dan menghampiri Fagan yang tengah berdiri menunggu mereka berdua

Mereka bertiga berjalan menuju kantin namun ketika belokan menuju kantin Fegan malah menarik Fagan dan Adonia agar tidak berbelok dan tetap berjalan lurus

"Lo mau kemana b*go kantinya belok kanan" kesal Adonia namun Fagan hanya diam, dia sangat hafal sikap random adiknya yang kumatnya tidak bisa diprediksi untungnya saja tidak ada Erja disini bisa bisa dia akan pesing menghadapi dua orang yang sama sama random itu.

"Lebih baik kita jajan di belakang sekolah nitip sama anak SD, sekali kali jadi rakyat jelata lah" usul Fegan

"Lo kan emang rakyat jelata gak ada tampang pangeran pangerannya" celetuk Adonia

"Lebih baik gue daripada lo kaya....emm" Fegan berusaha berpikir apa yang cocok buat Adonia

"Kaum budak" celetuk Fagan meninggalkan mereka berdua

"Shibal" umpat Adonia tak sia sia dia selalu meemani Lucas nonton drama korea untuk menambah kosa kata bahasa asingnya

Mereka bertiga berjongkok di pagar pembatas yang berbahan besi itu. Mereka mengawasi anak SD yang mereka titipkan untuk membeli jajanan

"Mang ciloknya jangan kepedasan" teriak Adonia untuk mencegah mamang tukang cilok memberikan bumbu cabai

"Minum dulu" Fagan menyerahkan botol minuman yang baru dia buka entah dari mana dia mendapatkannya, pada Adonia.

"Kamsahamnida" ucap Adonia memberikan senyum terbaiknya pada Fagan membuat anak itu mengacak rambut Adonia gemas

"Jangan bertingkah sok imut jelek tahu" cibir Fegan

"Kenapa? kalah saing lo" balas Adonia

"Anjing lo kira gue cowok apaan" Fegan tentu saja tidak terima buat apa dia bersaing imut dengan Adonia karena tentu saja dia lebih imut pada Adonia survey telah membuktikan itu

Setelah mengantarkan Adonia kembali ke kelasnya Fegan berjalan menuju area kolam renang karena barangnya ada yang tertinggal disana sewaktu selesai melaksanakan praktik berenang tadi

"Bugh" tiba tiba ada seseorang yang menonjoknya

"Gue udah peringatan jangan ikut campur" tekannya menatap nyalang Fegan

"Lo hidup disini jangan pakai hati, buang rasa cinta lo pada Adonia gue tau lo menyukainya kan dan tentu saja kalian tidak akan pernah bisa bersama itu sudah dituliskan di akhir novel" lanjutnya

"Aku hanya manusia biasa yang tidak bisa menentukan pada siapa perasaan ini ingin dilabuhkan" batin Fegan mengingat bahwa selama ini dia mencintai dalam diam

"Lo tahu akhir novel ini?" tanya Fegan

"Ya dan gue gak bakal kasih tahu lo"

"Gue peringatin sekali lagi lo Cuma cukup nikmati alurnya jangan pernah berniat untuk merubahnya agar kita bisa segera kembali" ucapnya lalu pergi meninggalkan Fegan yang tengah mengepalkan tangannya senyum manis yang biasa terpampang di wajahnya hilang seketika digantikan dengan wajah datar dengan tatapan datar

"Lama lama gue bunuh lo, hancur ajalah ini novel sekalian" kesalnya dalam hati

Ayu berjalan dengan senyum yang terpatri dewajahnya dia menggenggam erat bekal makanan itu. Belakangan ini banyak siswa yang menatap iri padanya karena bisa bergaul dengan Arsa dkk.

Tidak ada yang berani mengganggunya kecuali Karina dan Adonia bahkan dia rasa sekarang Adonia jarang mengganggunya membuatnya sedikit kesal dengan perempuan malang itu. Harusnya tadi Adonia membullynya di lorong jalan menuju kantin kelas 11 namun dia tunggu hampir sepuluh menit perempuan itu tidak terlihat batang hidungnya membuatnya kesal karena tidak bisa menarik simpati yang lainnya dan membuat Adonia mendapatkan kemarahan Arsa dkk.

"Enaknya menjadi protagonis seperti dunia ini hanya terbuat untukmu"

"Tak peduli alur novel terus berubah ter[enting akulah pemeran utamanya" gumamnya dalam hati

"Hallo ka Lino, Taki, Taksa, kak Devan dan kak Deren" sapanya pada kumpulan most wanted itu

"Hallo Ayu makin imut saja" balas Taki membuat pipi Ayu bersemu merah

"Arsa kemana ya biasa tidak kumpul dengan kalian?" tanyanya saat tak melihat sosok pujaan hatinya

"Arsa izin ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan" jawab Lino dengan senyum yang dipaksakan "Dia lagi ngurus si beban"

"Yahh padahal aku sudah masakin makanan kesukaan Arsa" jawabnya dengan bibir dimajukan membuat Taki dan Lino mengacak rambut Adonia gemas

"Ihh rambut Ayu jangan di berantakin" rengeknya membuat yang lainnya terkekeh gemas

"Udah sampe mana hubunganmu dengan Arsa baru kali ini anak itu dekat dengan betina?" tanya Devan kepo. Devan dan Deren memang satu spesies laki laki gemar gosip dan sangat kepo

"Mmmh......" Ayu sedikit bingung karena dia tidak sedekat kelihatannya dengan Arsa. Lakilaki itu masih bersikap dingin walau selalu merespon dan menerima pemberiannya dan it8\u membuatnya berbeda dari yang lain karena dia adalah satu satunya siswi yang direspon dan tidak diusir saat berdekatan dengan Arsa

"Hallo bro Brian, gimana bimbingannya?" sapa Taki dan yang lainya

"Hmmm"

"Kalau boleh tahu Brian habis bimbingan apa?"

"Lomba" jawabnya

"Brian kepilih buat lomba robotik loh" ucap Derena membanggakan Brian

"Wah hebat selamat ya"

"hmmm"

"Cih lagi lagi plot berubah" Batin Ayu tanpa sadar ekspresi kesalnya membuat sepasang mata menatap Ayu dan menyunggingkan senyumnya.

"Hello bitch, makin jelek aja lo" sapa seorang siswi dengan pakaian nyentrik dan ketatnya

"Karina apa kamu tidak capek ganggu Ayu terus kasihan padahal Ayu anak yang baik" ucap Lino

"Sudahlah kak Lino mungkin Karina benci sama Ayu"

"Woah benar sekali tebakan beban satu ini" balas Karina lalu bertepuk tangan

"Karina ada apa lagi lo gak crapek buat keributan terus?" tanya Taksa yang sudah jengah dengan kelakuan murid baru yang tak seperti murid baru pada umumnya. Bagaimana tidak, hari pertama masuk saja Karina sudah membully Ayu membuat namanya terukir dalam buku hitam

"Syut upik abu gak diajak" balas Adonia membuat Taksa emosi

"Maksud lo apa?"

"Lo kan osis otomatis lo upik abu sekolah kan" jawaban Karina membuat Taksa hanya bisa mengangkat sebelah tangannya yang dikepal karena kelewat gemas ingin membanting cewek nyentrik di depannya.

"Gue sampe lupa, gue kesini mau minta bantuan Ayu katanya lo kwan bwaik hwati" ucap Karina dengan nada di lebaikan diakhir

"Gak punya malu lo, minta tolong sama orang yang selalu lo bully" cibir Taki

"Gimana lo mau kan" tanyanya pada Ayu dan mengabaikan Taki

"Mmm bo..leh" jawab Ayu sedikit ragu membuat Karina tersenyum puas

"Guekan habis beli jus jeruk kata ibu kantinnya manis tapi pas gue minum kok masam ya, bisa tolong cobain katanya lo anak baik dan jujur jadi lo gak akan bohong tentang rasa jus ini kan" ucapanya menyodorkan gelas jus pada Ayu

"Jangan kemungkinan saja dia mau racunin kamu" cegah Taki

"Suudzon mulu anjing konoha satu ini, nih gue minum" Adonia meminum jus itu dihadapan mereka dengan tampang mengernyit seperti menjelaskan bahwa jus itu masam

"Mua mencobanya gak sayang gue pesen ukuran paling gede" tanyanya pada Ayu

"ma...u" jawaban Ayu membuta Adonia menerbitkan seringai tipisnya tanpa mereka sadari sedari tadi seseorang memperhatikan mereka dengan intens

"Byur" dengan cepat Karina menumpahkan jus ini pada kepala Ayu

"Gimana rasanya manis apa masam?" tanya Karina dengan tampang tidak ada dosanya sedangkan Ayu dan lainnya masih terkejut

"Apa yang kamu lakuin" marah Lino sembari membantu Ayu yang badannya basah terkena minuman milik Karina

"Lo buta atau dungu apa perlu gue ulangi adegan tadi dasar bodoh" ucap Karina dengan nada menantangnya lalu pergi dari sana mengabaikan suara tikus tikus yang menyuruhnya meminta maaf

Ayu mengepalkan tangannya dibawah meja lagi lagi dia dipermalukan oleh Karina. Sungguh sudah berbagai macam cara dia lakukan untuk mengalahkan Karina sampai merebut pacar wanita itu berharap gadis itu bakal hancur dan sakit hati.

Namun dugaannya salah, Karina gadis itu tak memiliki hati dan tak berperasaan dia tak peduli pacarnya berpaling. Bahkan dengan sombongnya dia memamerkan laki laki yang baru.

..........

Arsa menatap nanar sang kembaran yang terbaring lemah dihadapannya. Dia mengelus surai bagai madu itu mengecup pipi chubby dan lembut itu.

"Adek kenapa kamu selalu bikin khawatir kakak hmmm" bisiknya

"Kakak janji akan membalas perbuatan orang yang membuatmu seperti ini, kakak akan membuatnya enggan untuk melihat matahari dan lebih memilih mati membuatnya merasakan beribu kali lipat sakit yang kamu rasakan" sorot matanya yang tadi sendu berubah menjadi tajam

Rosa yang baru datang tersenyum melihat Arsa yang tengah menjaga Erja. Akhirnya dia melihat lagi moment kedekatan anak kembarnya itu.

"Cup" Rosa mencium kening Erja dan mendekat untuk mencium kening Arsa namun Arsa sudah memalingkan wajahnya. Membuat Rosa menghela nafasnya kasar karena selalu mendapatkan penolakan saat ingin memanjakan sang anak.

Tanpa mereka sadari Erja sudah sadar menatap mereka dengan mata sayunya. Tangannya bergerak mencubit pergelangan tangan Arsa.

Arsa sedikit terkejut saat merasakan tangannya dicubit lalu matanya menatap sang kembaran yang tengah menatapnya dengan tatapan sayu serta bibir yang melengkung ke bawah.

"Adek udah sadar?" tanya Arsa

"Pertanyaan klise yang tak penting" batin Erja

"Anak bunda udah sadar hmm ada yang sakit?" tanya Rosa sambil mencium pipi Erja. Erja hanya menggeleng sebagai jawaban sedangkan Arsa sudah bergerak memencet tombol untuk memanggil dokter

"Kondisi Erja sudah stabil namun masih harus berada dalam pengawasan" Jelas Harun setelah memeriksa keadaan Erja

"Terimakasih banyak dok" balas Rosa

"Sama sama nyonya"

"Istirahat yang banyak ya jangan banyak pikiran" tutur Harun pada Erja namun saat tangannya ingin mengusap rambut anak itu tangannya sudah ditepis terlebih dahulu oleh Arsa yang tengah menatapnya tajam

"Jika sudah selesai alangkah baiknya anda segera pergi saya tahu dokter seperti anda pasti sangat sibuk" ucap Arsa dengan tatapan seperti tengah mengusir Harun

Sedangkan Harun tersenyum sedikit canggung memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya semua keturunan Ivander memiliki sikap dan aura yang hampir sama dengan tatapan tajam mengintimidasi. Berbeda dengan Erja mungkin anak itu menggelinding terlalu jauh dari pohonnya hingga aura yang dikeluarkan anak itu lembut nan menghangatkan apalagi mata bulat dan pipi chubbynya.

"Jaga pandangan anda" ucap Arsa tajam

"Kalau begitu saya permisi" ucap Harun mengabaikan ucapan Arsa membuat Arsa mendengus kesal

"Brak" seseorang membuka pintu ruangan Erja dengan keras lalu berlari menuju Erja dan memeluknya dengan erat

"Kenapa bisa seperti ini kamu tahu abang khawatir sekali" tuturnya pada Erja

"Bukannya abnag sedang KKN kenapa bang kesini?" tanya Arsa tak suka dari dulu adik kembarnya sangat dekat dengan abng keduanya membuatnya marah iri pada abang keduanya itu

"Terserah abang lagian abang khawatir banget sama adik bungsu abang ini" ucapnya mengecup seluruh permukaan wajah Erja dan Erja hanya diam. Lagi lagi Arsa cemburu kalau dirinya pasti adiknya itu langsung menghindar bahkan memukulnya.

"Abang apaan sih Erjanya risih loh" kesal Arsa

"Mana ada buktinya Erja diam loh" balas Nala tak mau kalah

Sedangkan Erja menatap keduanya malas dia lagi sakit loh kenapa mereka malah debat di depannya. Erja menatap sang bunda dengan bibir melengkung ke bawah, Rosa yang mengerti dengan kode sang anak segera menarik kedua anaknya menjauh dari ranjang Erja. Arsa dan Nala Pun terkejut dan menatap sang bunda tak terima.

Galang yang baru datang pun mengabaikan kedua anaknya yang sedang diseret oleh istrinya dia langsung menghampiri Erja namun sayang badannya hampir limbung karena seseorang menyenggolnya. Dia mendengus kesal setelah tahu siapa yang berani menyenggolnya ingin marah namun tak bisa.

"cup"

"Gimana keadaannya hmmm?"

"Baik" jawab Era lirih

Rajendra mengusap kepala Erja tersenyum tipis melihat wajah sang adik. Dia menoel noel pelan pipi Erja siempunya hanya diam mau marah dirinya tak punya tenaga. Hey dirinya bukan takut hanya malas cih dia tak punya rasa takut apapun, mungkin? Oh dia hanya memiliki kekhawatiran tentang akhir dirinya yang akan berakhir tragis.

Saat memikirkan hal itu dia melihat tanggal di kalender membuatnya bangkit secara tiba tiba membuat kepalanya sedikit pusing. Dia ingat hari ini Adonia akan dimarahi habis habisan oleh Arsa karena mendorong Ayu hingga terjatuh di tangga sekolah.

"Ada apa?" tanya Rajendra khawatir lalu memegang pundak sang adik membuat yang lainnya melihat kerahnya dan Erja

Erja tiba tiba terdiam pandangannya melihat kerah Arsa yang sama sama sedang melihatnya. "Lagi lagi plotnya berubah" Batin Erja yang menyadari bahwa Arsa berada disini didekatnya bukan berada di sekolah ditempat adegan itu berlangsung.

Rajendra langsung membawa tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya saat melihat kegelisahan dimata sang adik. "Its oke semuanya baik baik saja, abang akan selalu berada disisi Erja" bisiknya untuk menenangkan sang adik.

Sudah hampir dua hari dia berada dirumah sakit, dia muak dengan tempat ini walau fasilitas yang dia dapatkan bagaikan kamar hotel bintang lima. Bayangkan saja kamar rawatnya ini seperti apartemen berukuran sedang dengan ruang keluarga, dapur serta dua kamar gak ada tuh nungguin pasien yang jaga gelar tikar.

"Aku ingin pulang" ujar Erja tiba tiba membuat keluarganya mengalihkan atensinya padanya

"Tidak, kau akan bed rest seminggu" tegas Ivander menatap penuh peringatan sang cucu, mendengar jawaban itu Erja mendengus kesal

Rasanya Erja ingin merobohkan rumah sakit ini sudah empat hari dia berada disini. Hey dirinya bukan habis koma, dirinya hanya pingsan tapi mengapa dia harus dirawat selama ini buang buang duit saja.

Apalagi keempat makhluk astral yang tak berjiwa kemanusiaan itu belum pernah menjenguknya mereka hanya mengirim stiker dan ucapan random dalam group. Apalagi Adonia dia pikir dirinya sedang chatan dengan kekasihnya yang seenak jidatnya selalu mengirimkan foto foto random, ditambah lagi aplikasinya chatnya otomatis mendownload foto foto itu bikin pengep memori saja.

Renjun anak itu bukannya menyemangatinya malah adu nasib dan curhat tentang kehidupannya sekarang. Melampiaskan amarah dan makiannya pada dirinya membuatnya ingin sekali melemparkan tubuh boncel itu kedalam kawah ijen.

Namun dia masih memiliki sikembar apalagi Fegan yang sangat memperhatikannya anak itu beberapa kali mengirimkannya makanan atau hadiah. Berbeda dengan Fagana anak itu malah mengirimkannya file dan catatan pelajaran sekolah dengan maksud agar dirinya tidak ketinggalan pelajaran sekolah nantinya.

Dan yang membuatnya down lagi saat dia mengetahui bahwa Brian lah yang mewakili sekolah dalam lomba robotik. Apa sekolah melupakan sepak terjangnya dalam dunia robotik tentu saja dia lebih baik dari orang itu.

"Adek kenapa hmm?" tanya Arsa yang kelihatannya baru pulang sekolah. Arsa mengakup pipi gembul nan lembut itu dia menatap binar bulat yang sekarang nampak sayu

"Lepas ih" Erja melepaskan paksa tangan itu dari pipinya

"kamu kelihatan bosan mau ketaman gak?" tawar Arsa

"Kalau maksamah aku bisa apa, ayo kita ketaman" ucap Erja bersemangat sungguh dia selama empat hari belum pernah menghirup udara segar di luar ruangan

Arsa yang kelewat gemas dengan respon sang adik segera memeluk erat adiknya tak lupa menguyel nguyel pipi Erja serta mencium pipi Erja dengan bringas.

"Bugh"

"Dugh"

Pasti kalian tahu selanjutnya apa yang terjadi.

..........

Adonia menatap malas orang orang disekitarnya kenapa dirinya harus terjebak diantara orang orang munafik dan sombong ini. Saudara? Nyatanya hubungan bisnis lebih kental daripada ikatan saudara.

"Hallo tante, hallo om" sapa Ayu dengan senyum lebar terpatri di wajahnya.

"Woah ini pasti anak angkatnya Galih cantik mana sopan lagi" ucap salah satu kerabat

"Iya tante" jawab Ayu malau malu

"Cih jadi anak angkat saja bangga" batin Adonia berdecih

Kakek datang menghampiri gerombolan itu "Aku hampir saja lupa, perkenalkan dia Ayu lestari anak angkat dari putra bungsuku Galih" ucap kakek memperkenalkan Ayu

Sontak ucapan kakek membuat Ayu menjadi pusat perhatian sedangkan Adonia mendengus dan menatap Ayu julid.

"Kamu tak salah angkat anak udah cantik sopan lagi" ucap salah satu kerabat

"cocok sekali menjadi putri keluarga Luwis" timpal yang lainnya

"Kata anakku kamu lagi dekat dengan putra bungsu keluarga Ivander, hebat ya kamu"

"Kita hanya teman kok" jawab Ayu malu malu

"Lebih juga gak papa kok itu lebih baik agar keluarga Luwis bisa mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga Ivander tentu saja hal itu bisa membantu keluarga Luwis benarkan?"

"mungkin saja begitu" jawab kakek

Sedangkan Adonia tengah menatap garang orang yang mengatakan Ayu cocok dengan bungsu keluarga Ivander, karena yang cocok dengan bungsu Ivander adalah dirinya.

"Cih bagaimana bisa kaum sudra ingin bersanding kaum brahmana, woy darah biru tak cocok dengan darah rendah macam Ayu yang klemer letoy kaya kerupuk seblak" batain Adonia

"Tante harusnya tante tak boleh berbicara seperti itu yang cocok dengan bungsu Ivander adalah Adonia bagaimanapun Adonia telah mengejar kaka Arsa sangat lama" ucap Ayu tiba tiba Adonia mengusap telinganya kasar mengapa dirinya tiba tiba diseret. Apalagi Ayu seolah olah mengatakan bahwa dirinya perempuan murahan yang mengejar ngejar laki laki walau iya sih tapi dia bukan perempuan seperti itu.

"Masa anak berandalan sepertinya cocok dengan bungsu keluarga Ivander lihat saja kelakuannya pantas saja dia terus ditolak"

"Menurut tante kamu lebih pantas lihat saja kamu mudah berbaur dengan saudara dan sepupu yang lain tidak seperti anak itu yang selalu berlagak sombong" sindirnya pada Adonia

"Benar jeng bahkan aku dengar dengar dia tidak memiliki teman"

"Eleh makhluk mana yang akan betah berteman dengan perempuan macam dirinya" sahut yang lainnya

"Sorry ya saya tidak asal berteman asal kalian tahu, tentu saya harus berteman dengan orang yang memiliki value tinggi seperti saya" Adonia menyombongkan dirinya dan menatap remeh kerabatnya

"Value tinggi? bahkan Ayu memasuki kelas unggulan dan berteman dengan keluarga dengan strata satu, dia juga dekat dengan bungsu Ivander sedangkan kamu terjebak di kelas rendahan" remeh salah satu tantenya

"kalau saya rendahan anak anda apa? Bahkan dia tak lolos tes masuk SMA Adhyaksa" skakmat tantenya itu menatapnya tajam penuh permusuhan

"Adonia stop kasihan tante kamu harusnya sopan pada yang lebih tua" tutur Ayu

"Penjilat" batin Adonia

"Ayu memang anak yang baik tidak sepertinya tidak punya sopan santun" cerca salah satu tantenya

"Saya itu tidak buta saya bisa lihat siapa saja yang pantas diperlakukan sopan santun dan sepertinya anda tidak masuk kedalamnya"

"Kamu" tunjuk sang tante menatap garang Adonia

"Sebaiknya tante berhati hati dalam bersikap jika tidak usaha milik keluarga tante akan segera gulung tikar, tante jangan lupa bisnis yang aku pegang memiliki profit yang lebih besar daripada milik tante aku tidak sombong loh aku hanya memberikan pengetahuan dasar saja" ucap Adonia lalu pergi dari sana

Namuan langkahnya tiba tiba berhenti "Oh ya dan singkirkan tas KW tante itu mataku sakit saat melihatnya ucap Adonia

"Sialan anak itu merendahkanku" geramnya namun dia tidak bisa berbuat apa apa karena semua yang dikatakan Adonia benar adanya.

.........

"Kerja bagus aku tak menyangka kau bekerja sangat rapi sehingga mereka tak menyadarinya" ucap pria itu

"Sebenarnya kau siapa? Mengapa kau ingin aku menyabotase vitamin vitamin itu"

"Kau tidak perlu tahu" ucapnya dengan tajam

"Apa tujuan kamu berteman dengan anakku karena ingin mencelakainya, tapi tak mungkin kau berteman dengan anakku sudah sangat lama sebelum anak itu dinyatakan masih hidup"

"Tutup mulutmu, kau tak perlu tahu itu kau harus ingat dia bukan anakku tapi anak saudara kembarmu jangan menjadi orang yang lupa diri" balas lelaki itu lalu meninggalkan perempuan itu yang tengah mengepalkan tangannya

"Aku tak boleh gegabah dia bukan anak biasa, aish bagaimana dia tahu siap diriku yang sebenarnya"

Tanpa mereka sadari seorang perempuan memperhatikan mereka berdua di seberang meja sana.

"Wow kehidupan keduaku nyatanya penuh kejutan, hebat sekali dia mempertahankan topengnya itu seolah olah bersikap cuek dan gak peduli padahal memiliki tujuan yang buruk, namun sayangnya Erja beruntung memiliki sahabat seperti ku hitung hitung balas budi karena kehidupan pertamaku dia selalu membantuku walau aku tak tahu akhir hidupnya bagaimana karena aku lebih dulu meet and greet dengan malaikat maut" gumamnya tak lupa dirinya menyimpan rekaman pembicaraan kedua orang itu hitung hitung nyicil bukti.

*

*

*

*
Hallo, ketemu lagi nih dengan Erja, ayo siapa disini yang kangen dengan Erja atau kalian pada reread ini cerita

Maaf ya author nya telat update harusnya author update Minggu kemarin tapi banyak ganggun jadi baru bisa update hari ini

Sebagai gantinya author kasih bab yang panjang karena seharusnya bab ini jadi 2 bab author buat jadi 1 bab

Gemas banget sama Fegan dan Erja

Continue Reading

You'll Also Like

58.5K 496 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
93.9K 6.4K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
251K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
196K 16.3K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...