I Love You' versi Indonesia

By Byun_Sweethoney

116 23 2

"Dina, ayo bercerai" Dika Jordi menjatuhkan talak pertamanya pada Dina Prayoga. Wanita yang sudah ia nikahi... More

Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
INFO šŸ¤­šŸ™šŸ¼
Part 11
Part 12

Episode 6

4 3 0
By Byun_Sweethoney

****

Ketika semua tugasnya sebagai seorang dokter umum di rumah sakit Trisma sudah dilakukan. Dokter Jihan kembali memeriksa keadaan wanita yang sekitar beberapa jam lalu terjatuh dari lantai empat ke lantai tiga.

Tingginya tempat jatuh membuat wanita itu mengalami cukup banyak luka di beberapa bagian tubuh. Kepala yang terbentur cukup keras, kaki kanan yang cedera parah dan tangan lecet itu sudah cukup menjelaskan betapa menderitanya wanita ini saat akan bangun dari pingsannya nanti. Beruntung, kaki kirinya tidak harus dipakaikan gips seperti kaki kanan.

Padahal wanita ini baru saja melahirkan putrinya dan tentunya belum benar-benar sembuh dari fase pemulihan tersebut, seharusnya pulang paska pemulihan tetapi malah terjadi sesuatu hal yang menambah lama masa tinggalnya di rumah sakit. Hal itu menunda kesembuhannya agar kembali seperti sedia kala sebelum datang ke sini untuk melahirkan putrinya.

Dina Prayoga adalah wanita yang terjatuh dan menghebohkan seisi rumah sakit tadi.

Mengenai kronologi bagaimana Dina bisa terjatuh pun masih menjadi sebuah misteri untuk banyak orang, terutama bagi orang-orang yang melihat tubuh Dina saat terkapar tidak berdaya tadi di lantai tiga rumah sakit.

Sungguh ironis memang. Rumah sakit yang sudah banyak dikenal dengan sangat mengutamakan pasiennya dan kinerja yang cepat ini, harus dicoreng dengan sebuah kejadian yang cukup merusak nama baik rumah sakit ini sendiri. Pihak rumah sakit pun tidak menghubungi polisi karena takut reputasi rumah sakit akan tercoreng.

"Suster, tolong cek kembali cairan infusnya, apakah sudah berfungsi dengan baik," pinta dokter Jihan.

Dokter cantik dengan rambut sebahu ini sepertinya masih ingin memastikan jika tidak ada kelalaian nanti dalam timnya. Sebagai seorang dokter umum di rumah sakit Trisma tempatnya mengabdi selama tujuh tahun.

"Alhamdulillah, cairan infusnya berjalan normal ke dalam tubuh pasien, Dok," balas suster yang memang masih setia menemani dokter Jihan bertugas meskipun sudah selesai jam kerjanya dan sebentar lagi pergi ke tempat prakteknya.

Mendengar hal itu, senyuman dokter Jihan terlihat menghiasi wajahnya. Hingga membuat kedua lubang manis di pipinya terlihat jelas.

"Suster, hasil laboratoriumnya sudah bisa kita ambil 'kan, setelah dari sini?" tanya dokter Jihan yang kembali mendekati Dina untuk memeriksa perban di kepala wanita cantik itu.

"Tentu saja. Setelah dari sini saya akan mengambilnya di lab. Sebab, tidak ada wali dari pasien ini untuk mengambil hasil labnya. Lalu, akan segera saya berikan kepada dokter," jelas suster sambil mengambil langkah mundur agar sedikit menjauh dari ranjang Dina.

"Baiklah. Ayo, kita keluar dan biarkan nyonya Dina ini beristirahat dengan tenang, agar segera siuman," ajak dokter kepada susternya.

"Baik, Dok." Suster pun mematuhi perintah dokter Jihan.

Keduanya berjalan beriringan menuju pintu ruang rawat inap Dina dan keluar dari sana. Dalam perjalanan belum jauh dari ruang inap Dina. Dokter Jihan dan suster  dikagetkan dengan kedatangan dokter John yang entah datang dari mana.

Padahal mereka sama-sama tahu, jika dokter John tidak bertugas hari ini. Kalau mereka lihat dari jadwal para dokter yang mendapat shift, terpampang jelas tidak jauh dari pintu masuk utama rumah sakit. Nama dokter John tidak berada di deretan nama para dokter yang memang bertugas sekarang.

"Maaf, Dokter. Saya sedikit membuat waktu dokter Jihan terbuang," ucap dokter John dengan sedikit tergopoh-gopoh, tepat di depan dokter Jihan.

"Hmm, i-iya, tidak apa-apa, Dok," sahut dokter Jihan yang tidak begitu merasa terganggu dengan kedatangan dokter tampan itu. Apalagi sampai harus merasa dokter John sudah menganggu waktunya dalam menjalankan tugas. Tidak sama sekali, hanya terkejut saja.

"Saya dengar dari suster Rati yang bertugas menjaga di bagian depan nurse station hari ini. Nyonya Dina terjatuh dari tangga lantai empat?" tanya dokter John, tampak sangat khawatir mengenai kondisi Dina sekarang.

"Iya, Nyonya Dina Prayoga baru saja mengalami sebuah insiden yang cukup membuat semua orang di rumah sakit ini terkejut. Termasuk saya dan beberapa suster lain yang memang kebetulan membantu mengevakuasi Nyonya Dina ke ruang instalasi gawat darurat beberapa jam lalu," jelas dokter Jihan panjang lebar mengenai kondisi Dina saat ini.

Melihat perubahan wajah dokter John membuat dokter Jihan buru-buru menambahkan. "Kondisi Nyonya Dina sekarang sudah membaik dan melewati masa kritis, Dok. Beruntungnya, keinginan untuk hidup Nyonya Dina sangat besar, sehingga luka separah itu bisa membuatnya tetap bertahan."

"Benarkah?" Dokter John sangat bersyukur wanita yang sudah sedikit diketahui bagaimana nasibnya sekarang, ternyata sudah melewati masa kritisnya.

Dokter John menarik napas, sepertinya dia merasa sudah sedikit berlebihan ketika mendengar cerita dari suster Rati.

"Apakah dokter mengenal Nyonya Dina Prayoga?" Jihan kembali menanyakan perihal kedekatan dokter John dan Dina.

"Tentu saja. Dia kan salah satu pasien saya yang baru melahirkan beberapa hari lalu dan masih dalam masa pemulihan," tutur dokter John begitu rinci perihal Dina Prayoga.

"Benarkah? Oh iya, pantas saja ada box bayi tadi. Karena ini kamar VIP, saya tidak menyadari bahwa ini kamar salah satu pasien paska melahirkan. Setelah dari IGD, Nyonya Dina langsung dipindahkan oleh para perawat ke kamar ini."

"Bisa saya lihat data pasien dan hasil labnya?" Dokter John menjulurkan tangannya pada dokter Jihan, untuk meminta surat hasil kondisi Dina secara menyeluruh sesuai hasil lap rumah sakit.

"Karena kejadiannya baru sekitar beberapa jam lalu. Hasil lab-nya masih belum ada di tangan saya, tapi sepertinya sudah bisa diambil setengah jam lagi," jelas dokter Jihan lagi.

"Apakah dia mengalami luka yang serius, Dokter?" Dokter John kembali menanyakan seputar luka yang dialami Dina setelah terjatuh dari ketinggian 2-3 meter.

"Insyaallah tidak ada luka yang serius ke depannya," jawab dokter Jihan.

"Semoga saja. Setelah ini apakah saya bisa melihatnya?"

Dokter John ingin melihat langsung kondisi Dina sekarang agar dia pun pulang dengan perasaan tenang.

"Oh, iya. Dokter, di mana anaknya?" Tiba-tiba saja dokter John teringat bayinya Dina yang sejak tadi belum dia ketahui bagaimana kondisinya.

"Apa saat kita di dalam tadi ada bayinya?" Dokter Jihan tampak tidak fokus.

"Iya, Dok. Ada kok, sedang tidur pulas tadi," jawab suster tersenyum ringan.

"Oh. Terima kasih. Kalau begitu saya masuk dulu ke dalam ya ...." pamit dokter John pada dokter Jihan dan suster.

Dokter Jihan pun memutar tubuhnya untuk melihat punggung tegap dokter John yang semakin menghilang dari pandangan mereka.

"Suster, apa yang barusan tadi itu beneran dokter John?" tanya dokter Jihan agak terkejut dengan perubahan sikap teman sejawatnya yang berubah jadi peduli pada orang lain.

"Menurut, Dokter? Tentu saja, itu dokter John," timpal sang suster yang sedang melihat kepergian dokter John dengan tatapan penuh kagum.

Dokter Jihan kini menatap suster itu, "sepertinya saya harus memeriksakan mata ini," celetuknya dan mau tidak mau harus percaya akan perubahan sikap dokter John yang dilihatnya tadi.

Bukan cuman dokter Jihan dan suster ini yang tahu sifat asli seorang dokter John. Dokter tampan itu memang sangat sulit berbaur dengan orang lain. Terlebih lagi dengan seorang wanita mana pun. Itulah kenapa kedua wanita yang usianya cukup tidak terlalu jauh ini berasa kaget begitu melihat perubahan drastis dari seorang dokter John.







Part 6/2

****

Sebuah mobil hitam bermerek Toyota Vios  baru saja memasuki area parkir rumah sakit Trisma yang cukup ramai oleh mobil-mobil berbagai merek berkelas lainnya. Setelah sebelumnya, menurunkan wanita paruh baya di depan pintu masuk rumah sakit.

Ketika memastikan jika mobilnya sudah terparkir dengan rapi di tempatnya, barulah pintu mobil mewah itu terbuka perlahan. Saat pintu mobil itu terbuka, sepasang sepatu menapaki tanah dengan elegannya.

"Wow, lihat mobil itu! Kerennya," seru seorang wanita yang tidak jauh dari pintu masuk rumah sakit sambil menunjuk ke arah mobil Toyota Vios hitam.

"Iya, yah," timpal wanita lainnya lagi yang juga sama-sama berada di pintu masuk rumah sakit.

Sepertinya keduanya sangat terpesona dengan mobil mewah yang baru tiba di parkiran. Mereka pasti sudah bisa menebak-nebak berapa kisaran harga mobilnya, intinya itu bisa membuat siapa saja akan menyerah untuk membeli jika tidak cukup banyak uang. Bisa mendadak gelandangan jika memenuhi nafsu membeli mobil itu.

"Permisi, Pak," sapa pria yang menggunakan berseragam sekuriti rumah sakit Trisma.

"Iya," balas pria yang merupakan pemilik mobil Toyota Vios tersebut.

"Bisa bertanya sesuatu?" Lanjut pegawai keamanan itu dan terus memperhatikan mobil mewah tepat dari kejauhan ketika pria tampan yang sepertinya tengah menunggu kalimat selanjutnya menatap diam.

"Iya, Pak?" ucap Rafka membuyarkan pegawai keamanan.

"Apakah mobil bapak tidak masalah jika mendapat tempat parkir di bagian ini?" Pegawai keamanan menanyakan perihal apa yang mengganjal di hatinya, mengenai tempat parkiran mobil mewah yang saat ini jadi sorotan orang-orang di sana.

Bagaimana tidak, mobil yang  sedang terparkir ini sangat mereka ketahui memiliki harga yang fantastis setara dengan harga rumah jika dibayangkan.

Makanya ketika mobil Toyota Vios hitam itu memasuki area rumah sakit Trisma, sudah mendapat perhatian dari pengunjung lainnya. Termasuk staf rumah sakit lainnya yang kebetulan sedang menyangkut para pasien yang kebetulan baru datang dari berbagai tempat di kota Surabaya dalam kondisi terluka tentunya. Ada yang terluka parah dan ada juga yang hanya mengalami luka yang ringan.

Rafka Arsha Fathan namanya. Pria tampan keturunan Singapura dan Indonesia ini begitu sempurna dalam pandangan kaum hawa. Bagaimana tidak, Rafka punya hidung mancung, bibir tipis berwarna merah muda, rambut hitam legam yang selalu tertata rapi. Serta, tinggi badan yang cukup proposional layaknya seorang model terkenal seperti kebanyakan orang-orang yang menggeluti profesi tersebut.

Bukan itu saja. Rafka memiliki mata indah dengan bola mata berwarna cokelat dilengkapi kaca mata hitam yang memang sering dia gunakan saat sedang keluar rumah.

Intinya, Rafka adalah tipikal pria yang stylish dalam setiap tampilannya ketika sedang berada di luar rumah.

Satu lagi kebiasaan yang jadi ciri khas pria ini. Rafka sering menggunakan kemeja berbahan tisu dengan kancing bagian atas yang sering dibiarkan terbuka agar tampilannya tetap menarik untuk dilihat. Sementara untuk bagian bawahnya. Rafka sering memadukannya dengan celana panjang yang tidak berbeda jauh dari kualitas atasannya.

"Pak, saya tidak keberatan sama sekali kok, selama mobil saya bisa parkir di sini dengan aman. Kan ada bapak." Rafka tersenyum. "Selama saya menjenguk kerabat jauh yang sedang terbaring di dalam sana, tolong jaga mobil saya ya," lanjut Rafka.

"Mas, ada apa?" sela bi Nara saat melihat perbincangan ringan ponakannya dengan pegawai keamanan rumah sakit Trisma di sekitaran parkiran.

Bi Nara baru saja kembali dari dalam rumah sakit, untuk menuju bagian resepsionis dan menanyakan keberadaan dari ruangan Dina Prayoga.

Karena tidak mendapati Rafka masuk menyusulnya ke dalam, bi Nara pun keluar untuk mengeceknya dan ternyata ponakannya sedang terlibat perbincangan ringan di luar sana.

"Tidak apa-apa, Bi. Kenapa bibi keluar lagi. Apakah bibi sudah mendapatkan informasi mengenai di mana anak angkat bibi dirawat?" Rafka langsung menanyakan apakah bibinya sudah mendapatkan informasi tentang wanita yang diakui Bi Nara sebagai anak angkatnya, sejak mereka mengobrol dalam mobil menuju rumah sakit.

"Sudah. Makanya bibi keluar mengajak mas, masuk untuk bersama-sama melihat kondisi anak bibi itu," jawab bi Nara tersenyum pada Rafka.

"Baiklah. Maaf, Pak. Soal ini saya tidak akan mempermasalahkannya kok, selama mobil saya masih di tempat awal," kata Rafka mengakhiri perbincangan mereka.

"Iya, Pak. Saya akan menjaga mobil ini selama bapak berada di tempat ini," balas petugas keamanan itu dengan lembut.

"Kalau begitu saya dan bibi saya masuk dulu ke dalam. Assalamualaikum." Raka pamitan.

"Waalaikum'salam, Pak," jawab petugas keamanan dengan senyuman ramah menanggapi sikap Rafka yang memang ramah kepadanya.

Padahal selama dia bekerja di rumah sakit ini. Tidak pernah satu kali pun dia mendapatkan perlakuan sangat hangat dari orang yang tampak kaya, seperti yang dia dapatkan dari Rafka Fathan barusan.

Setelah memastikan Rafka dan Bi Nara sudah pergi ke dalam rumah sakit. Petugas itu langsung melanjutkan pekerjaannya menjaga parkiran dan memeriksa satu persatu, siapa saja pengunjung yang keluar masuk membawa kendaraannya masing-masing.


Bersambung ...

Keknya part ini terlalu panjang. Makanya, sampai disini dulu. Lanjut part berikutnya.

Continue Reading

You'll Also Like

4.9M 183K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
2.8M 141K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _š‡šžš„šžš§šš š€ššžš„ššš¢ššž
2.7M 195K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
6.1M 318K 58
Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusaknya sejak 7 tahun lalu. Galenio Skyler hanyalah iblis ya...