Antologi Cerpen

Bởi LenteraSenja01

97 34 10

Kumpulan cerita pendek (Cerpen) berbagai genre dari beberapa para narasumber. Xem Thêm

01. Mencintai Orang Salah
03. Secarik Rasa
04. Mengikhlaskan
05. Kendali Rasa
06. Luka Dalam Diam
07. Chica oh Chica
08. Cinta Sepihak

02. Dilema Cinta

10 7 2
Bởi LenteraSenja01

Selamat Membaca!

"Suara kamu sangat merdu." Itu adalah kalimat pertama yang lelaki tersebut lontarkan pada Kasnia Elmira. Alis tebal, kumis tipis, dan memiliki wajah yang tampan. Dan hal lain yang membuat terpesona adalah baju jazko abu-abu tua, lengan panjang, serta kopyah putih menutupi sebagian rambutnya. Lelaki itu menatap sebentar ada senyuman lembut yang ia sunggingkan, kemudian beralih ke arah depan menatap para tamu undangan.

"Serius deh, Kasnia, suara kamu tuh bikin menghayati qolbu, sejuk gitu," katanya seraya tersenyum lebar. Hari itu, pada jam dua belas siang saat istirahat hanya menyisakan mereka berdua di atas panggung, sedangkan tim hadroh lainnya berbondong-bondong menuju mushola. Lelaki yang memiliki tubuh tinggi itu bernama Alfian Abimanaf. Sejujurnya, Kasnia agak malu karena belum terbiasa berduet dengan seorang vocalis laki-laki apalagi ini yang pertama kalinya.

Kedekatan mereka berawal dari duet barsama ketika mendapatkan undangan di suatu tempat. Tidak hanya itu, mereka juga mengalami banyak moment karena berada di lingkungan yang sama. Alfian merupakan master vocalis hadroh, sosok yang perlu dihormati dan di canggungi banyak orang, bahkan usianya jauh di atas usia Kasnia. Selebihnya, kedekatan mereka berawal dari pimpinan pemilik pesantren yang menawarkan Kasnia untuk bergabung dalam tim hadroh yang dibentuk oleh Alfian.

Awalnya Kasnia tidak memiliki niat untuk menjadi vocalis, hanya dengan keyakinan hati dan suara pas-pasan yang dimilikinya. Awalnya, terbesit rasa ragu untuk bergabung dengan para tim hadroh, terutama palatih dan anggotanya kebanyakan laki-laki. Bahkan, tidak ada perempuan yang menyalonkan diri sebagai vocalis. Namun, Kasnia dipilih menjadi vocalis satu-satunya yang bergabung dalam tim tersebut.

"Kasnia, kamu pulang sama siapa? Ada yang jemput nggak?" tanya Alfian ketika acara selesai, tepat etelah ashar.

"Tidak ada. Aku juga bingung. Tapi, tadi aku sudah meminta Selfa datang kemari, cuma katanya dia ikut ibunya ke Bandung."

"Memangnya kamu tadi pagi kemari dianter siapa?"

"Selfa."

"Aku kasihan sama kamu, kalau kamu pulang sendiri aku khawatir. Tapi, bagaimana kalau kamu pulang bareng aku naik angkot?"

"Maksudmu?"

"Maksudku, kita pulang berdua naik angkot," jelas Alfian. "Kita biarkan rekan-rekan kita pulang dengan kendaraan pesantren. Aku yakin Babah juga akan mengerti, jadi kita tidak akan kena marah."

"Oke, baiklah," jawab Kasnia setuju. Meskipun agak canggung untuk pertama kalinya berjalan bersama, Kasnia memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya dan fokus pada tujuan pulang.

Akhirnya, Kasnia setuju dan mereka pulang bersama. Meskipun mereka menjadi teman dekat, hubungan mereka tidak seperti yang diharapkan. Mereka hanya berteman tanpa ada kedekatan lebih dari itu. Hanya berbagi keluhan dan saling bertanya kabar melalui pesan.

Terkadang dalam pertemanan mereka, terjadi masalah kecil yang membuat hubungan mereka merenggang. Alfian pernah menghilang tanpa memberi kabar selama seminggu, bahkan pernah mengabaikan Kasnia sepenuhnya. Tapi, akhirnya kembali baik seperti sebelumnya.

Karena ini permula, ketika Kasnia dipanggil oleh Babah Syahid, dibeberapa minggu lalu setelah pertemanan merenggang selama seminggu itu.

"Kasnia, nanti sore latihan bareng Alfian. Karena dua minggu yang akan mendatang ada undangan hadroh di Sukabumi kota. Selfa juga akan ikut karena suaranya bagus," kata Babah Syahid kala itu. Meskipun Sebenarnya Kasnia ingin pensiun sebagai vocalis, dia tidak berani menolak perintah guru. Ia berharap bisa membentuk tim hadrah putri agar tidak merasa malu berbaur dengan tim hadrah putra.

Kasnia teringat pada hari ketika Alfian mengungkapkan perasaannya, dua hari setelah undangan hadroh di Sukabumi. Itu adalah momen yang paling bahagia di antara hari-hari mereka, meskipun Kasnia juga memiliki perasaan yang sama sejak lama, dia memilih untuk menyimpankan karena rasa malu.

Awalnya, Kasnia tidak percaya bahwa Alfian memiliki perasaan untuknya. Baginya, sulit dipercaya bahwa seorang lelaki seperti Alfian bisa tertarik pada perempuan biasa seperti dirinya. Selain itu, Alfian juga sangat pintar dan tak ada yang bisa menandinginya.

Namun, seiring berjalannya waktu dan seringnya mereka bermain hadroh bersama, Kasnia merasa nyaman dengan kehadiran Alfian. Mereka sering menghabiskan waktu bersama dan itu membuat rasa nyaman di antara mereka semakin tumbuh.

Suatu hari, Alfian mengungkapkan perasaannya kepada Kasnia. Dia mengatakan bahwa setiap kali dia dekat dengan Kasnia, dia merasa nyaman. Meskipun dia tidak yakin dengan perasaannya sendiri, dia berpikir bahwa itu mungkin rasa cinta atau hanya perasaan biasa karena mereka sering bersama.

Kasnia merespons dengan mengatakan bahwa mungkin itu hanya perasaan Alfian saja karena mereka memang sering bersama. Namun, Alfian mengungkapkan bahwa dia tidak ingin kehilangan Kasnia dan tidak ingin melihatnya bersama orang lain.

Kasnia mengakui bahwa dia juga merasakan hal yang sama. Akhirnya, mereka sepakat untuk saling menjaga hati satu sama lain. Mereka berkomitmen untuk menjaga perasaan mereka dan tidak membiarkan orang lain masuk dalam hubungan mereka.

Kasnia menerima komitmen tersebut dan mereka memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka, kecuali kepada teman mereka, Selfa. Mereka ingin menjaga kedekatan mereka tetap pribadi dan tidak ingin ada campur tangan dari orang lain.

•••

Setelah setahun menjalani komitmen tanpa kepastian. Hari itu, acara maulid nabi di kampung tempat tinggal Kasnia. Dengan langkah ragu, Kasnia mendekati teman-temannya yang sedang berkumpul di teras majelis. Mereka terlihat sedang membicarakan sesuatu dengan serius, yang membuat Kasnia penasaran.

Kasnia duduk di samping Selfa, sambil membuka kotak kecil berisi kue dan minum air mineral. Namun, saat mendengar pembicaraan yang membuat hatinya sakit, air mata mulai mengalir di pipinya

"Aku iri, bagaimana orang lain bisa memiliki hubungan yang langgeng, seperti Alfian dan Nada." Bagitu kata salah satu teman Kasnia.

"Iya, mereka sudah berpacaran selama empat tahun dan kabarnya akan tunangan."

Kasnia terkejut dan hatinya mulai dipenuhi dengan pertanyaan.

"Mengapa Alfian melakukan hal itu di belakangnya? Apa benar Nada, perempuan yang dikatakan sebagai kekasih Alfian?"

Dengan hati yang berdebar, Kasnia berjalan menuju tempat parkir, tanpa memperdulikan tatapan heran dari orang-orang di sekitar. Dia berfikir tentang alasan di balik tindakan Alfian dan kehadiran Nada. Rasa cemas dan luka hati mulai terasa jelas di hadapannya.

Kasnia berhenti sejenak, mengatur napasnya dan menahan air mata agar tidak tumpah. Dia melangkah maju setelah Nada pergi dari tempat itu.

Alfian terkejut saat Kasnia mendekatinya.
"Kasnia?" tanyanya.

"Kasnia, kamu juga di sini?" tanya dia lagi.

Kasnia berbalik dan menatap wajah Alfian dengan hampa, kali ini air matanya berhasil mengalir deras. Alfian terkejut melihat reaksi tersebut.

"Tolong, jauhkan dirimu dari aku, Alfian!"

"Mengapa? Mengapa tiba-tiba kamu bicara seperti itu?" tanya Alfian heran.

"Nada, ya, Nada adalah kekasihmu, bukan? Orang-orang mengatakan bahwa kalian sudah pacaran hampir empat tahun dan akan segera bertunangan?"

"Tunangan?" Alfian tertawa. "Kasnia, aku dan Nada memang memiliki hubungan yang dekat, tapi mengenai tunangan itu hanya gosip belaka. Janganlah langsung percaya pada desas-desus yang tersebar di mana-mana. Kita juga dekat, kan? Lebih baik tanyakan langsung kepadaku daripada langsung percaya pada omongan orang lain."

"Tolong, jauhkan dirimu dari aku, Alfian! Aku tidak ingin merusak hubungan kalian. Biarkan aku bahagia dengan kehidupanku sendiri, dan jangan memberiku harapan palsu, mengerti?!"

"Aku tidak akan melakukan hal itu, Kasnia. Karena aku mencintaimu."

Kasnia memilih untuk pergi, meninggalkan Alfian, sambil menangis sepanjang jalan sore itu. Dia lupa untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Selfa dan orang-orang terdekat.

•••

Setelah kejadian itu, Alfian memohon maaf kepada Kasnia dan meminta kesempatan untuk tetap ada di hatinya. Dia berjanji untuk menyelesaikan masalah dengan Nada di kemudian hari. Kasnia, setelah berpikir sejenak, memberikan jawaban singkat dan membuka pintu untuk memperbaiki hubungan mereka.

Kasnia meminta Alfian untuk berbicara secara pribadi, setelah menjalani hubungan tanpa status di belakang. Kasnia telah memberikan jarak di antara mereka berdua untuk tidak bertemu. Sosok pria yang saat ini ada di hatinya, namun tidak memiliki status yang jelas di antara mereka. Hubungan apa pun yang mereka jalani saat ini tampaknya tanpa arah dan tujuan. Kali ini, dia ingin meminta penjelasan yang jelas dari pria tersebut.

Alfian menatapnya dengan intens, mulutnya tertutup rapat seolah-olah dia kesulitan untuk memulai percakapan. Jadi, di sore hari setelah setahun lamanya menjalani komitmen, dia terpaksa bertemu dengan Kasnia di suatu tempat.

Tidak ada percakapan yang dimulai oleh keduanya. Kasnia memilih untuk menatap wajah sedih Alfian.

"Selesaikan saja komitmen kita, Alfian. Berkomitmen denganmu hanya akan membuatku terjebak dalam kebodohan. Apakah aku harus rela menjaga hatiku hanya untukmu, sementara kamu menjaga hati untuk dua wanita?" tanyanya langsung ke pokok permasalahan.

"Kasnia, dengarkan dulu! Aku sayang padamu, Kasnia." Namun, Kasnia tidak langsung merespons.

"Apa, sayang? Lalu kenapa kamu mempermainkan hati dua wanita, Alfian? Apakah kamu benar-benar mau bersamaku? Tapi kenapa kamu masih bertahan dengan Nada?"

"Siapa yang tidak mau bersamamu, Kasnia? Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untukmu, tapi di sisi lain aku juga sayang pada Nada, aku tidak bisa melepaskan Nada begitu saja."

"Tapi, jika suatu saat aku dan Nada tidak berjodoh, lalu aku datang ke rumahmu. Apakah kamu masih mau menerimaku, Kasnia?" lanjut Alfian.

"Kamu egois, Alfian! Coba pikir, untuk apa aku menerima orang yang sudah membuat hatiku sakit, yang telah menyia-nyiakan kasih sayangku, yang datang saat butuh dan menghilang saat bahagia. Sungguh sakit, bukan? Seberapa banyak pun kamu memohon, aku tidak akan menerima kamu lagi. Aku mohon, lepaskan aku! Akhiri saja komitmen kita. Biarkan aku bebas tanpa harus merasakan sakitnya luka ini."

"Baiklah, jika itu yang kamu inginkan, Kasnia. Silakan! Karena pada dasarnya aku tidak bisa melepaskan Nada. Maafkan aku, semoga kamu selalu bahagia di luar sana, Kasnia."

"Terima kasih, semoga kamu juga bahagia."

Dilema cinta. Itu adalah hari yang buruk. Karena pada tahun lalu harus merasakan pahitnya cinta yang tak pernah terlupakan seumur hidup. Sebenarnya belum pernah jatuh cinta sejatuh ini pada seorang pria. Tapi mengapa hati ini harus jatuh pada orang yang sudah memiliki kekasih. Ya, padanya yang bahkan tidak pernah mau mengakui bahwa dia juga memiliki perasaan yang sama. Padanya yang begitu egois ingin memiliki keduanya. Padanya yang membuat perasaan ini begitu sia-sia.

•••

Kasnia tertawa getir ketika mengenang kejadian buruk di tahun lalu, dan air matanya mulai mengalir. Ia segera mengusap air matanya dengan kasar.

Selfa bertanya kepada Kasnia, "Bagaimana perasaanmu sekarang terhadap Alfian?"

Kasnia menjawab, "Insya Allah, aku ikhlas, Sel. Ternyata mengikhlaskan itu sangat melegakan, ya? Pada dasarnya, mungkin Alfian memang bukan takdirku, tapi takdirnya adalah bersama Nada."

Selfa memberikan dukungan, "Baguslah. Jangan biarkan kebodohan itu terulang lagi, ya, Kasnia. Cukup sekali saja."

Kasnia menanggapi, "Tidak, kok. Lagian sudah lama sekali kita tidak berkomunikasi sejak aku keluar dari vokalis, dan katanya grup yang dibentuk oleh Alfian juga sudah bubar."

Kasnia menyadari bahwa jika memang harus menjauh dan takdir tidak mempertemukan mereka lagi, itu tidak apa-apa. Bahkan, tanpanya, ia bisa bernapas lega dan tidak merasakan lagi sakit hati karena cinta yang terbagi. Semua luka hati akan sembuh, dan tidak ada lagi urusan cinta dengan Alfian yang pernah membuatnya berjuang setengah mati.

Kasnia memilih untuk menghilang. Bukan berarti ia menghilang dari dunia, tapi ia ingin menghilang dari kehidupan Alfian.

Selfa menawarkan sebuah surat dari Dika, teman sekolah dasar mereka yang dulu pernah mengejar-ngejar Kasnia. Selfa menanyakan, "Ini ada surat dari Dika, kamu ingat kan?"

Surat tersebut berisi,
"Hai, Kasnia. Aku kembali dengan sosok Dika yang mencintaimu tanpa syarat. Aku meramalkan bahwa alam semesta akan menyatukan cinta kita. Jika itu kenyataannya, aku sangat senang!"

TAMAT

Inisial M. Sukabumi, 2019
1777k kata

Đọc tiếp

Bạn Cũng Sẽ Thích

Birth Bởi Anonymous

Ngẫu nhiên

52.5K 141 8
🔞Bagi yang suka suka saja!!! Ini cerita lanjutan dari cerita berjudul Birth Sex , yuk cuss bestie!!
449K 19.4K 55
WARNING⚠️TYPO BERTEBARAN‼️ {Cerita ini sudah di revisi,maaf kalau masih ada TYPO🙏🏻} **** bagaimana jika seorang gadis yang amat sempurna dengan waj...
1.5M 46.8K 32
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
254K 303 4
21+