Toxic

נכתב על ידי pinkkanaurelly

150K 10.1K 1.5K

Privat story (follow wattpad author terlebih dahulu) "I never let you go ..." עוד

Toxic 1
Toxic 2
Toxic 3
Toxic 4
Toxic 5
Toxic 6
Toxic 7
Toxic 8
Toxic 9
Toxic 10
Bagian 11
Bagian 13
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16

Bagian 12

6.5K 483 73
נכתב על ידי pinkkanaurelly

Happy Reading❤

Gelapnya malam seolah membuat kedua insan remaja tersebut semakin bergelora. Sang pria yang tubuhnya sudah bercucuran keringan terus menghentakkan dirinya guna mencapai pelepasannya. Sedangkan sang wanita sibuk mencari pelampiasan ketika intinya perih tak terkira. Di detik berikutnya pada hentakan terakhir cowok tersebut ambruk bersamaan dengan pelepasan yang diinginkannya.

Dylan melepaskan penyatuan mereka berdua lalu membuang alat kontrasepsi yang telah penuh dengan cairannya. Ia menuruni ranjang dan memakai boxer miliknya tanpa mengatakan apapun pada pasangannya. Tangannya bergerak mengambil sebungkus rokok yang tergeletak di meja. Dylan menghidupkannya tanpa beban.

Kirana melirik ke arah Dylan yang tengah sibuk menghisap nikotin tersebut. Tangannya menahan selimut yang kini menjadi penghalang tubuh polosnya. Dylan seperti ini saja terlihat tampan apalagi ketika berpakaian lengkap. Terlebih saat permainannya tadi ...

Errr,,, Kirana tersenyum sendiri.

"Lan, kapan kenalin aku ke Bunda kamu?"

Dylan melirik sinis. "Lo ngancem gue?"

"Bukan gitu Lan. Kamu kan udah janji sama aku?"

"Gue ngomong bukan janji," jawab Dylan santai. Masih dengan sebatang rokok di tangannya.

"Setelah semua yang kita lakuin kamu masih mau ngehindar Lan?" Kirana menunjukkan mimik wajah tidak percaya. Kenapa Dylan selalu saja bersikap seperti ini. Kemana Dylan yang dulu ia kenal?

"Udah rusak gak usah kebanyakan nuntut," sindir Dylan pedas. Perkataan itu benar-benar menuhus dalam perasaaan Kirana.

"Kenapa kamu berubah jadi kayak gini Lan? Salah aku apa?" tanya Kirana sesak.

"Gue udah bilang, kan, kalau gue gak suka cewek yang banyak tingkah! Lo cukup diem, nurut sama gue! Paham lo?!"

Kirana menatap Dylan benci. Tangannya terkepal menahan emosi. "Tapi kamu udah janji sama aku kalau kamu bakalan kenalin aku ke Bunda kamu, Lan. Dan sekarang aku tagih janji itu."

"Berisik!! Gue cekek juga lo lama-lama!!" ancam Dylan. Matanya memerah menatap Kirana yang membeku di tempatnya.

"Aku cuma permintaan yang sederhana Lan. Kenapa susah banget sih?"

"Minta berapa biar mulut lo itu diem?" Dylan mengambil dompet kulitnya lalu mengeluarkan semua uang berwarna merahnya. Melemparkannya begitu saja ke wajah Kirana.

Harga diri Kirana tersentil ketika menerima perlakuan rendahan seperti itu. Matanya berkaca-kaca. Perasaannya campur aduk antara marah, sedih, malu. Kata-kata Dylan begitu perih untuk ia telan secara bulat-bulat.

"Lan ...," lirih Kirana.

"Kurang? Nih, ambil kartu gue." Dylan melemparkan dompetnya ke ranjang dan langsung memakai pakaiannya. Tidak ingin terkurung lebih lama dengan Kirana.

"Aku gak butuh uang kamu Lan, aku butuh kamu," isak Kirana tak tertahankan. Tidak sekali dua kali, Kirana telah melakukan hal ini bertahun-tahun dengan Dylan tetapi cowok itu terus memperlakukannya seperti ini. Seperti membuangnya.

"Tapi gue cuma butuh tubuh lo Ran, paham?" tukas Dylan melangkah pergi meninggalkan Kirana sendirian.

Kirana berlari mengejar Dylan, cewek itu lantas menggenggam tangan Dylan. "Lo gak bisa lakuin ini sama aku Lan."

Dengan kasar Dylan menghentak tangan dingin Kirana. "Kenyataan gue bisa. Ngerusak lo terus gue tinggalin, mudah kan?"

"Suatu hari nanti kamu pasti butuh aku, Lan!!" pekik Kirana dan Dylan membalasnya dengan senyuman licik.

"Lo bener cowok kayak gue pasti butuh cewek buat dirusak."

***

Clarissa menumpukan tangannya di kedua lututnya, mengambil oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya yang terasa sesak. Ia menyapu keringat yang membasahi dahinya seraya menatap pagar besar yang sudah tertutup rapat. Gawat! Clarissa telat! Gerbang sekolah sudah ditutup dan akan dibuka lagi saat jam sekolah telah selesai.

Clarissa merutuki dirinya sendiri ketika mengingat ia sulit dibangunkan di pagi hari. Berulang kali Mamanya memanggil bahkan berteriak tapi nyatanya Clarissa tidak kunjung beranjak dari tempat tidurnya. Jangankan bangun, sekedar  membuka mata saja enggan.

"Aduhh!! Kenapa bisa bangun kesiangan sih, Cla?!" rutuk Clarissa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 yang artinya kegiatan upacara tengah berlangsung.

"Cak?! Cak Roni!!" teriak Clarissa memanggil seorang satpam yang tengah tidur di ruangannya.

"Ishh, Cak Roni bukannya kerja malah tidur," sungut Clarissa. Hancur sudah rencananya untuk meminta Cak Roni membukakan gerbangnya.

Alhasil jadi lah Clarissa berdiri di depan gerbang. Clarissa memandangi sepatunya, tidak tau ingin melakukan apa. Jika masuk ke dalam ia akan diberika hukuman dan jika Clarissa kembali ke rumah Mamanya pasti akan marah. Clarissa menghembuskan napas lesu. Tulang selangkanya lemas.

"Kenapa? Telat?"

Clarissa tersentak ketika sebuah suara menyapa gendang telinganya. Ia mnoleh mendapati Altair beserta motor besarnya sudah berdiri tepat di hadapatnya. Sejak kapan cowok itu berada di sana?

"Kak Atar?"

"Udah dibilang berangkat bareng tapi dengan sombongnya lo nolak," ejek Altair.

"Bukan nolak, Kak, aku pengin berangkat sendiri. Bosen ditempelin sama Kakak mulu," elak Clarissa.

"Dihh, sok jual mahal lo cebol!"

"Kalau jual murah namanya mantan Kak Atar," celetuk Clarissa. Seketika wajah Altair menegang. Ia menegak salivanya gugup.

"Emang lo tau mantan gue?" Dibalas anggukan oleh Clarissa.

"Mpok Mirna, kan? Janda sebelah rumah besar Kakak?" Tawa Clarissa meledak. Ia memukul secara brutal punggung Altair. Bahkan suara renyahnya terdengar jelas.

Altair meringis. "Sakit, cebol!!" Altair mengelus jejak penyiksaan Clarissa dengan pelan. Bocah ini tidak ragu untuk melakukan kekerasan kepadanya.

"Yaa maaf ... lagian muka Kak Atar serius banget. Kayak punya mantan aja," ledek Clarissa menjulurkan lidahnya.

"Udah berani ngejek gue ya?" tantang Altair. Wajah tegangnya sirna begitu saja.

Clarissa menghiraukan perkataan Altair, cewek itu langsung naik ke motor besar Altair tanpa meminta izin terlebih dahulu. Altair menaikkan sebelah alisnya.

"Ngapain lo?"

"Jalan-jalan yuk, Kak. Cla bosen jadi anak baik terus, mau coba bolos sekali-kali," jawab Clarissa mengundang senyum tipis Altair. Senyum itu tidak terlihat karena helm fullface Altair yang menutupinya.

"Semuanya gak gratis."

"Tenang aja nanti sampai rumah Cla bayar," sahut Clarissa.

"Pake vitamin?"

"Vitamin apa?"

"Gue kasih tau nanti," kata Altair penuh arti.

"Tapi Cla gak punya vitamin di rumah. Nanti kita mampir dulu ya ke apotek?"

"Bukan vitamin itu yang gue maksud." Altair membalikkan setengah tubuhnya menghadap Clarissa sehingga wajah keduanya hanya terpaut beberap sentimeter saja.

"Maksud Kakak?"

Tangan Altair mulai merambat ke tengkuk Clarissa. Sepasang matanya menatap lensa gelap milik Clarissa, menguncinya tanpa mau melepaskan sedikit pun. Cowok itu memangkas jarak di antara mereka dengan perlahan membuat atmosfer sekitar menjadi sedikit panas. Sedangkan Clarissa dibuat tak bisa bergerak karena rasa gugup yang mengikatnya.

"This sweet lips," bisik Altair membuat bulu kuduk Clarissa berdiri tegak.

Melihat Altair yang semakin dekat Clarissa hanya bisa menutup matanya. Tak bisa berbuat banyak karena tubuhnya seperti kaku, tak bisa digerakkan sama sekali. Clarissa menahan napasnya.

Hattchim!!

Sedetik kemudian secara tidak sengaja Clarissa bersih, tepat di wajah Altair. Cowok itu menyapu wajahnya, menghilangkan kuah yang berasal dari Clarissa. Secara otomatis Altair menjauhkan wajahnya, menahan emosi yang bergemuruh di dadanya. Sedangkan Clarissa hanya bisa menyengir kuda.

"Clarissa ....," panggil Altair pelan namun seperti alarm bahaya bagi Clarissa.

"Maaf Kak, tadi beneran gak sengaja. Sebenernya aku juga mau kok dicium sama Kakak," ucap Clarissa polos.

Dengan perasaan kesal Altair menghidupkan mesin motornya. Mendiamkan Clarissa yang sibuk merayunya dengan obrolan tak masuk akalnya. Biar saja, Altair akan memberi Clarissa pelajaran yang tak akan pernah dilupakan oleh cewek itu. Sunggu kejadian tadi membuatnya kesal, sedikit lagi ia merasakan vitamin itu tetapi dengan mudahnya Clarissa menggagalkan itu semua.

"Awas lo!" ucap Altair membatin.

.
.
.
.
.
.
HALO GAISS JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN KOMENNYA YA MAAF BARU BISA UPDATE MUEHEHEHE
.
.
.
.
TBC

המשך קריאה

You'll Also Like

1.5K 489 5
Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Seperti hal nya aku milik mu dan kau milik ku. Itu adalah takdir yang tidak bisa kau ubah. -ARESion. Takdi...
RUTHLESS נכתב על ידי i

ספרות לנערות

135K 5.5K 28
Dark romance stories 2: Damian Felix Alexander & Lovania Viona Keyra. Sebuah cerita yang mengisahkan tentang kehidupan Viona yang begitu memilukan, s...
66.3K 5K 35
⚠️Warning Detected⚠️ -Mengandung unsur kekerasan -Tekanan psikologis -Mental Health -Self harm -Toxic Relationship -Adegan berdarah #Tidak untuk usia...
803 73 4
Sial sekali nasib Radita yang harus memiliki wali kelas seperti Pak Kaivan di tahun terakhirnya bersekolah Bagaimana tidak? Hampir setiap hari ada...