"Avin main yok" ajak Aris yang mendatangi Avin yang sedang bermain balok susun
"Gak mau"
"Kita main keluar, memang nya kamu gak bosen di mansion terus"
"Gak mau"
Aris akhirnya duduk di samping Avin membuat Avin mendelik tak suka
Srettt
Avin menarik rambut lebat Aris kuat membuat Aris mendongak dan menahan sakit
"Kamu itu sehalusnya jangan Cali masalah sama aku, aku itu jahat apalagi sama Olang kaya kamu ya jahat nya jadi double" ucap Avin sambil menarik-menarik rambut Aris membuat Aris hampir menangis
"Cengeng banget" gerutu Avin melepaskan tangan nya
"Aku aduin sama Daddy" cicit Aris
"Aduin aja aku gak takut" balas Avin santai
"Liat aja Daddy pasti marahin kamu kaya kemaren"
Avin menoleh menatap Aris yang sedang mengelus kepala nya sambil menahan tangis, padahal itu air mata udah deras jatuh nya tapi gak ada suara
"Kamu itu jangan kaya lonte cali pelhatian telus" sarkas Avin membuat Aris malah menangis dengan keras
Sementara Avin memutar matanya malas, tangisan Aris itu kaya tangisan kuntilanak
"Ada apa ini" Avin gak noleh, dia tau suara siapa ini jadi dia cuek aja dan lanjut bermain
"Hiks Opa" tangis Aris yang berlari menghampiri Dirga
"Ada apa, kenapa menangis" tanya Dirga menggendong Aris dan membawa nya ke sofa, ia duduk di belakang Avin yang fokus dengan mainan nya, gak perduli dia sama Dirga atau Javier sekalipun
Lagian Avin Jambak nya gak kuat kok, cuma rontok beberapa helai aja kan itu gak keras kenapa juga harus nangis
"Avin hiks.. hiks.. Avin Jambak Aris hiks.." tangis Aris mengadu pada Dirga
"Avin tak boleh melakukan itu, itu perbuatan yang tak baik" ucap Dirga menasehati Avin sekaligus mengelus rambut Avin namun langsung di tepis dengan kasar oleh Avin
"Suka-suka Avin lah, kakek tua diam saja" Dirga meringis pelan, kenapa juga Avin sekarang bermulut pedas dan bar-bar
"Ayah kau disini ?" Dirga dan Aris menoleh ternyata Javier pulang
"Ada apa Aris ? Kenapa kau menangis ?" Aris menunjuk Avin yang masih fokus dengan mainan nya
"Rambut Aris di Jambak Avin" adu nya
Javier menoleh pada Avin yang nampak tak terusik, jadi ia mengambil Avin dan mendudukkan nya di pangkuan nya
"Gavindra, kenapa menjambak rambut Aris" tanya Javier dengan suara tenang nya, ia tak mau emosi nya kembali membuat Gavindra terluka
"Kalena Avin gak suka sama dia" balas Avin santai, ia melipat tangan kecil nya lalu bersandar pada dada Javier
"Kenapa kau tak menyukai Aris ?" Tanya Dirga
"Kenapa pake tanya ? Ya udah jelas kalena dia kalian mengabaikan Avin, emang sih Dali dulu kalian udah abai tapi semenjak dia datang kalian belubah !"
"Gavindra, Daddy membawa Aris pulang agar kau memiliki teman bermain"
"Gak pelu, pulangin aja dia ke tempat asal nya, Javiel nemuin dia di jalan kan ? Yaudah pulangin aja dia ke jalanan, nanti kalau makan ngamen dulu kaya Avin kemalen"
"Kamu hiks.. kamu beneran gak suka sama aku hiks" tangis Aris lagi, Avin mendelik tak suka
Bukk
Ia melempar rubik itu pada Aris tapi malah mengenai wajah Dirga
"Gavindra" tegur Javier
"Apa sih"
Avin turun dari pangkuan nya Javier dan berjalan keluar mansion, Javier dan Dirga hanya bisa menghela nafasnya pelan
Avin melihat tak ada bodyguard yang berjaga di depan pintu gerbang jadi ia iseng keluar gerbang, eh ngeliat ada om-om yang lagi merokok sambil bersandar di mobil nya
Avin menghampiri pria itu, mendongak menatap pria yang lebih tinggi dari nya, bahkan berkali-kali lipat tinggi dari nya, karena tinggi Avin hanya sebatas perut
Sialan, ia mengutuk tinggi badan nya di sini yang gak normal
"Ada apa" tanya nya, suara berat dan serak yang begitu menggoda di telinga Avin, jika dia wanita pasti ia sudah langsung jatuh cinta dengan pria di hadapan nya
"Om ngapain disini" tanya Avin
"Tidak ada, hanya lewat" balas nya
"Siapa kau" lanjut pria itu
"Avin, anak nya si pak tua Javiel"
Pria itu terdiam, lalu menyeringai tipis, membuang sisa rokok yang ada dan menginjak nya
"Gavindra Dirgantara, benar ?" Avin mengangguk refleks
"Om siapa ? Om kenal sama Javiel ?"
Pria itu terkekeh lalu menggendong Avin membuat Avin ingin berontak tapi susah jadi ia memilih diam, mengalungkan tangan nya di leher pria asing ini
Gak papa dah kalau di culik lagi dari pada terus makan ati kalau sama Javier
"Om siapa ?" Tanya Avin lagi
"Jack Albert" balas nya menatap Avin dengan senyuman aneh di mata Avin
"Ugh... Avin mau turun" ucap Avin berontak, akhirnya Jack menurunkan Avin
Avin menatap aneh pria di hadapan nya, lalu ia berlari kembali ke mansion nya, sesekali ia berbalik melihat pria bernama Jack itu masih berada di tempat nya, saat ia ingin membuka pintu gerbang ia kembali menoleh ke belakang dan terlihat Jack yang melambaikan tangan pada nya sambil tersenyum aneh, seperti senyaman psikopat
Avin bergidik ngeri jadi ia segera masuk dan berlari menghampiri Kim yang sedang berbicara dengan anak buah nya
"Kim lagi ngapain ?" Tanya Avin
"Tuan muda, saya sedang memberikan arahan untuk anak buah saya karena tuan besar Javier akan pergi makan malam di luar"
"Javiel ? Sendili ?"
"Tidak, sekeluarga ikut tuan muda"
"Berarti Avin-"
"Termasuk anda"
Avin berdecak malas, ngapain juga ia ikut nanti reputasi nya Javier pasti turun, kan ia hanya anak bayangan~
"Kim, gendong Avin" ucap Avin membuat Kim segera menggendong nya
Avin sudah mengantuk sebenarnya itulah kenapa ia sedari tadi selalu membuat masalah, ia Sulit tidur sejak dulu entah karena apa
Avin menyandarkan kepala nya di bahu Kim dengan nyaman, refleks Kim pun mengelus punggung Avin lembut
"Tuan muda, ini sudah sore anda jangan tidur" ucap Kim
"Jangan ganggu" lirih Avin
"Kim" panggil Javier
"Berikan Gavindra" Kim segera memberikan Avin yang sudah tertidur pulas pada Javier
Javier tersenyum tipis kala ia melihat bagaimana pulas nya Avin tertidur, pun wajah damai dan manis itu membuat hati nya menghangat, Javier tak mengerti ia benar-benar seperti hidup untuk yang kedua kalinya setelah hari dimana ia melihat Gavindra berubah untuk pertama kalinya
"Kau sudah melakukan semua nya ? Keamanan yang terpenting, apalagi ini pertama kalinya aku membawa Gavindra keluar, aku tak ingin sesuatu terjadi" ucap Javier menatap Kim datar
"Di mengerti tuan, semua sesuai perintah anda"
"Pastikan tak ada kamera atau apapun yang akan menguat Gavindra muncul di publik"
"Baik tuan"
Setelahnya Javier masuk untuk menidurkan Avin dengan nyaman di kamar nya, bukan... Bukan di kamar Javier tapi di kamar Avin sendiri
Aris yang memang tadi berada di balik pintu kini pergi berlalu, ia akan mengabari Om Jack jika Gavindra akan keluar malam ini, tanpa ia ketahui jika Dirga menatap kepergian Aris dengan tatapan yang sulit di artikan
Sudah di mulai ternyata_ batinnya