Kuliah Kerja Ngapel [KKN] ||...

By onlypn

2K 341 108

"Sambil menyelam minum air, Kuliah Kerja Ngapelin gebetan yang gak peka peka." Kuliah Kerja Ngapel, itu yang... More

Perkenalan Anggota Kuliah Kerja Ngapel
Kita butuh mereka [1]
Dosen Penyelamat [2]
Problematika kampus medit [4]
bimbingan [proposal] hidup dan yel yel [5]
Upacara pelepasan dan bekal jajan [6]
Jadwal Ngapel [7]
Musrenbang [8]
Kunjungan sekolah mesra [9]
Senam hati bersama 'anak kita' [10]

Proker tahan banting [3]

144 32 3
By onlypn

Observasi yang cukup membuat frustasi.

Berterima kasih lah mereka kepada Pak Candra yang memberikan informasi tentang apa yang harus mereka data saat observasi, karena saat melakukan observasi bukannya menjelaskan keadaan desa Pak kepala desa justru menceritakan mitos yang ada.

Ini adalah dua hari setelah observasi kemarin, dan selama dua hari itu Sekar mencoba menyimpulkan isi dari rekaman suara yang untungnya Daffa rekam saat itu. Ini baru menentukan proker, ia sendiri sudah waswas akan disuruh membuat proposal sedangkan tinggal menghitung hari lagi mereka akan menjalankan KKN.

"Gue gak mau basa basi, gue harap kalian semua udah tahu proker apa yang mau diambil. Kalau nanti gue sama Joy udah buat proposal kita, Daffa lo langsung ngambil uang dari kampus, dan yang lain langsung siapin barang bawaan kalian. Paham?"

Mereka mengangguk. Sekar tampak lebih menyeramkan hari ini, auranya seperti orang habis melakukan pesugihan, alias gelap, ya.. itu kata Haikal.

Berbeda dengan Daffa yang justru merasa kasihan pada calon gadisnya itu. Ia yakin Sekar begadang semalaman. Tak ingin membuang waktu lebih lama, Daffa segera memulai diskusi mereka.

"Jadi dua hari lalu gue sama Sekar udah observasi ke desanya, dan Sekar juga udah bayar uang sewa rumahnya. Nanti Joy bisa ganti uangnya pakai uang iuran kita." Joy mengangguk paham.

"Lo semua udah pada baca, kan? File yang Sekar kirim?" Beberapa mengangguk, dan yang tidak mengangguk hanya diam membisu. Nyawa mereka terancam kala Sekar sudah memberi mereka peringatan lewat tatapan tajamnya.

"Dimulai dari gue ya? Sekar tolong catat hasil diskusi kita hari ini," pinta Daffa yang dibalas anggukan lesu oleh Sekar.

"Dari hasil observasi kita kemarin desa ini gak terlalu tertinggal, tapi juga gak bisa dibilang maju. Syukur semua warga desa bisa baca tulis. Jadi target gue mau ningkatin literasi anak desa, terutama anak SMP," ujar Daffa.

"Cara ningkatinnya mau gimana? Dan selain target ningkatin literasi ada yang mau lo ubah dari mereka gak?" tanya Sekar sembari menghentikan aktivitas menulisnya.

"Gue mau sosialisasi dampak bacaan ke anak SMP yang mau SMA atau bahkan baru mulai. Kalian tahu sendiri, kan? Bacaan anak sekarang kayak gimana? Nikah sama psikopat lah, nikah muda sama CEO lah, nikah sama mafia lah. Gue sih seneng karena buku akhir akhir ini meningkat cetakannya faktor remaja pada suka novel."

"Tapi kalau bacaannya kayak gitu, mau dibawa ke mana nasib bangsa kita?" tanya Daffa yang dibalasi angguka serempak oleh mereka.

"Jujur gue juga heran sama mereka yang malah pingin punya suami psikopat. Itu mereka masokis, pingin dikuliti sama suami sendiri atau gimana deh?" celetuk Haikal kesal.

"Kalau gue sih keselnya sama cerita badboy zaman sekarang, lagi lagi ceritanya tentang nikah muda, keblablasan nganu lah. Buset itu merusak nama baik gue sebagai badboy," timpal Hengki.

"Bentar bentar, gimana konsepnya merusak nama baik tapi lo udah jelas bad?" tanya Haikal seraya mengernyitkan dahinya.

"Ck diem lo! Intinya gue tuh sebagai mantan badboy merasa gak terima. Dikira nakal disekolah sebahaya itu apa? Padahal, kan, paling parah gue cuma ketahuan ngerokok. Mana ada sampai ngelakuin hal aneh," jelas Hengki yang membuat semuanya mengangguk paham.

"Ya itu beberapa contoh tentang bacaan kurang berfaedah anak zaman sekarang. Jadi program kerja gue itu, semacam sosialisasi bacaan buku setiap minggu ke anak remaja. Nanti program sosialisasi gue tentang rekomendasi buku buku self improvment yang jelas manfaatnya."

"Berapa dana yang lo ajuin?" tanya Joy.

"45 hari sama dengan enam minggu, gue ngajuin tiga ratus ribu aja buat snack dan beli buku kalau cukup," pungkas Daffa.

"Oke udah gue catat, dan sebenernya gue udah catat proker gue sendiri sih. Tapi karena kalian perlu tahu bakal gue jelasin di sini," ucap Sekar kali ini sudah pudar aura menyeramkamnya.

"Kurang lebih sama kayak Daffa, proker gue itu tentang sosialisasi tapi target gue orang tua. Kayak tentang pentingnya pola asuh, dampak main gadget buat anak kecil, dan gue juga mau buka sesi konseling gratis buat warga desa," jelas Sekar.

"Sesi konselingnya ada target atau batasan umur gak?" celetuk Jeffrey yang dibalasi gelengan oleh Sekar.

"Mantap! Kalau gitu gue mau konsul tentang crush yang gak peka peka dong," timpal Varel yang membuat Jessica mendengus kesal.

Menyadari adanya sengatan listrik persaingan antara Jeffrey dan Varel, Joy segera mengalihkan atau lebih tempatnya kembali masuk ke topik pembicaraan. "Berapa dana yang lo ajuin?"

"Dua ratus ribu, cukup." Joy mengangguk kemudian kembali mencatat.

"Next aku!" seru Jessica penuh semangat. Yang membuat beberapa anggota merasa gemas dengan tingkah gadis itu.

"Kayak yang Daffa bilang kalau desa ini gak terlalu tertinggal. Sebagai calon guru sekolah dasar, di sini aku bakal ngajarin cara membuat pupuk dari sampah ke anak SD," jelas Jessica.

"Kenapa gak kreativitas atau kerajinan gitu?" tanya Selfi.

"Kerajinan udah terlalu umum buat diajarin, dan prokerku ini punya tujuan buat ngurangin limbah sampah desa kok. Buat sampahnya nanti bisa diatur sama Haikal. Dananya dua ratus ribu cukup."

"Buset ambigu banget kalimat terakhir lo," celetuk Haikal.

"Pfft. Lo mau jadi tukang sampah Kal?" ejek Hengki yang membuat Haikal geram hingga menjitaknya.

"Di sini gue mau sekalian ngejelasin proker gue yang memang berhubungan sama mbak calon pacar," ujar Haikal yang membuat seluruh anggota mengejek dirinya.

"Untuk mbak bintang dan mbak tukang banting mohon dicatat apa yang akan calon pacar kalian ini sampaikan."

"Jadi gue niatnya mau bikin bank sampah, tempat buat memilah sampah basah sama sampah kering. Nah, nanti sampah basahnya gue ikhlasin buat Jessica bikin pupuk. Sedangkan sampah keringnya nanti gue serahin ke warga desa buat bikin kerajinan. Gimana menurut kalian?" tanya Haikal.

Sontak mereka semua berdecak kagum mendengar penjelasan bijak dari Haikal. "Boleh, lo mau dana berapa?" tanya kembali Joy.

"Kurang tahu karena gue belum diskusi sama Pak Kades. Tapi setahu gue, desa pasti punya tempat sampah gak sih? Jadi daripada buang dana dari kampus kita minmalisir aja pakai tempat sampah seadanya. Gue bakal jadi pengurus bank sampah sementara di sini sambil sekalian ngebimbing warga desa buat lebih bijak ngelola sampah."

"Gimana kalau empat ratus ribu? Kurang gak?" usul Joy.

"Boleh deh, segitu nanti gue cukup cukupin," jawab Haikal dengan ringan.

"Selanjutnya gue ya?" tanya Joy dengan dalih meminta perhatian sebentar.

"Gue ngambil potensi desa yang bisa diolah dan dijual gitu, kebetulan karena Haikal bilang sampah kering bisa dijadiin kerajinan kayaknya mau gue ambil alih. Dibantu sama organisasi ibu ibu di sini, untuk penjualannya mungkin bisa minta tolong Jeffrey?"

Yang merasa dipanggil justru sedang berada dimode lemotnya. "Hah?" Segera Jessica menjitak sahabatnya itu.

"Bisa kok Joy! Kebetulan Jeffrey prokernya memang mau buat website buat desa, dan ngajarin pemanfaatannya yang baik dan benar. Jadi nanti kamu yang buat kerajinan, Jeffrey yang buat web buat promosi, gimana?" jawab Jessica menggantikan Jeffrey.

Sekar mengangguk paham. "Oke ini udah dapet dua ya? Dari Joy sama Jeffrey. Mau minta dana berapa? Biar Joy langsung data."

"Buat pembuatan kerajinan dua ratus kayaknya cukup. Kalau buat website samain kayak punya gue, gimana Jeff?" tanya Joy.

"Iya," jawab Jeffrey singkat padat dan jelas.

"Sekarang gue ya? Karena jurusan gue seni tari, dan kebetulan desa ini cukup sering dijadiin tempat acara. Gue mau ngajarin remaja di sini tari tradisional yang bisa mereka manfaatkan buat pertunjukan kalau ada acara penting. Atau bisa dimanfaatin juga buat perpisahan kita nanti. Dana yang gue ajuin tiga ratus aja," jelas Selfi dalam satu tarikan napas.

"Gue dong gue!" seru Lingga saat suasana menjadi hening seketika.

"Gue mau ngajarin bahasa inggris ke bocil SD, jadi guru magang gitu lah istilahnya. Tujuannya tentu bukan buat mereka lebih milih bahasa inggris dibandingkan bahasa daerah ya. Tapi gue mau mereka punya ketertarikan buat mengeksplore dunia yang luas dengan memanfaatkan bahasa internasional."

"Biar Indonesia bisa menyesuaikan perkembangan zaman, bocil bocil juga menurut gue udah saatnya dihasut biar mau belajar bahasa inggris. Dana yang gue ajuin seratus lima puluh ribu aja, buat beli ciki hadiah," jelas Lingga.

"Semoga gak ada bocil yang centil sama lo ya Ling, secara guru magang mereka bule gini," celetuk Selfi.

"Kenapa? Lo cemburu, hm?" tanya Lingga dengan suara beratnya yang membuat mereka semua sontak tertawa.

"Buset kalimat lo mirip banget sama novel remaja zaman sekarang, yang tentang cowok posesif gitu. Pasti akhirannya ada 'hm'," kekar Joy seraya memegangi perutnya yang kram akibat tertawa.

Kini perempuan bersurai hitam pendek yang sedari diam memilih untuk angkat suara. "Gue ya? Gue niatnya mau jadi guru silat sementara, sama ngadain senam pagi buat warga desa sih. Kenapa gak senam pagi aja? Karena gue ngerasa sayang kalau gak ngambil proker silat."

"Nanti kalau KKN kita udah selesai gue bisa kontak temen silat gue buat ngajar di sini, dan gue juga nanti mau minta bantuan Jeffrey buat naruh info beasiswa prestasi non akademik diwebsite desa. Jadi pas kita udah pergi mereka bisa tahu informasi penting kayak gini," jelas Lista yang membuat mereka semua berdecak kagum.

"Keren banget calon pacar gue," sahut Haikal yang justru membuat Lista bergidik ngeri.

"Enak aja, calon gue itu!" celetuk Jeka berlagak sinis.

"Mau dana berapa Lis?" tanya ibu bendahara.

"Dua ratus aja buat senam pagi gak keluar banyak toh, nanti speaker pakai punya gue aja," ujar Lista yang dibalasi anggukan oleh Joy dan Sekar.

"Sekarang sisa Hengki, Varel, sama Jeka ya?" tanya Sekar. Mereka mengangguk sembari menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

"Gue kayaknya mau kolab sama Jeffey deh, atau bantu buat cover kerajinan yang dibuat Joy. Dananya tiga ratus aja, gue ikhlas lahir batin. Walau desain grafis gak gratis," ucap Jeka.

Tersisa Hengki dan Varel yang semakin bingung. "Jurusan sosiologi ngapain buset? Nasib banget ini mah," gerutu Hengki.

"Lo gue tinggal ya Heng? Soalnya gue mau jadi guru TIK magang di SMP. Gue mau ngenalin pekerjaan sambilan yang bisa dilakuin sama anak remaja, tujuannya biar mereka gak nolep banget dan buat tabungan masa depan."

"Gratis gak dipungut dana, tapi buat jaga jaga selembar duit pink udah cukup," ujar Varel semakim membuat Hengki menghela napas pasrah.

"Heng, gimana kalau lo ambil bidang kesehatan? Lo kan, mantan anak KSR," usul Sekar yang seketika membuat mata Hengki berbinar.

"Wah dapat hidayah dari bidadari cantik, sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang ku dustakan?" seru Hengki kegirangan.

"Lebay," cibir Lista.

"Kalau gitu gue mau ngadain cek kesehatan gratis. Gue mau ngecek basic aja sih kayak gula darah, tekanan darah, berat badan, kolestrol dan cek hb. Tapi kayaknya bakal mahal deh karena kita perlu sewa alatnya, apalagi gluco strip," ujar Hengki merasa tak enak hati.

"Kalau dana dari kampus kurang bisa pakai uang iuran kita kok. Toh demi warga juga, kan? Yang keberatan bisa angkat tangan, atau nanti Jeka sumbang pakai dana pribadi deh," ucap Joy.

"Buset," ucap Jeka tersentak.

Tidak ada yang angkat tangan artinya mereka semua setuju. "Oke jadi dana lo mau berapa?"

"Delapan ratus ribu, kalau kemahalan gue mau ganti proker deh. Kolab sama mbak Lista aja senam pagi," lirih Hengki.

"Eitss! Gak perlu gitu, ini proker lo udah bagus kok. Nanti dananya biar dihitung sama Joy terus kita ngajuin proposal ke kampus dan minta dana. Buat uang iuran niatnya digunain buat bayar uang sewa sama kehidupan kita sehari hari. Tapi kalau lebih bisa digunain buat tambahan proker kok," jelas Sekar dengan bijak.

"Duh gebetan gue bijak banget," gumam Daffa yang membuat Sekar bergidik ngeri. Pasalnya duduk mereka bersampingan, bagaimana tidak mendengar?

"Oke diskusi sampai di sini aja ya? Besok gue sama Joy bakal mulai buat proposal, sisanya bisa kemasin barang buat pindahan kita ke posko. Nanti Pak Komardes langsung ambil dana, oke?"

Mereka mengangguk serempak.

Proker yang tampaknya terlihat menajubkan ini sudah pasti akan penuh lika liku, lantas sanggup 'kah mereka?

To be countinue...

Continue Reading

You'll Also Like

513K 20.9K 36
Siapa yang punya pacar? Kalau mereka selingkuh, kamu bakal ngapain? Kalau Pipie sih, rebut papanya! Pearly Aurora yang kerap disapa Pie atau Lily in...
784K 12.2K 21
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
2.6M 123K 55
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _š‡šžš„šžš§šš š€ššžš„ššš¢ššž
2.7M 288K 49
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...