Di sepanjang perjalanan pulang, Kaveh terus saja mengomeli Alhaitham. Pria itu menyebutkan kesalahan suaminya mulai dari saat mereka masih menjadi mahasiswa hingga detik itu.
Sejak Alhaitham mendapatkan kekuatan Raja Deshret, kepribadiannya berubah menjadi lebih hangat. Namun, Kaveh terus menyalahkan sikapnya yang dingin di masa lalu.
Sebagai Raja Deshret juga salah di mata Kaveh. Pria itu terus menerus menggerutu tentang ketidakadilan di antara mereka. Kekuatan yang berbeda menjadi kesalahan Alhaitham yang enggan menjadi manusia biasa saja.
Energi Kaveh seolah tidak ada habisnya untuk memaki sang suami. Ketika mobil tiba dan mereka sudah masuk rumah, tetap saja Kaveh mengomel.
"Alhaitham! Lihat itu! Lihat semua lilin itu! Pengharum ruangan itu! Pemutar musik itu! Aku melakukan semua ini karena merasa bersalah sudah meninggalkanmu ke Liyue. Sekarang, aku tidak lagi merasa kasian padamu. Tadi Kaeya mengatakan sesuatu soal tragedi yang menimpanya di Liyue. Ia menyebutnya sebagai kutukan karena membuat suami orang kesal. Aku yakin kalau semua malapetaka itu karena ulahmu!"
Rasanya Alhaitham ingin meremas kepala Kaeya sialan itu.
Karena Kaveh sudah menebaknya, Alhaitham tidak berusaha menutupinya. Sejak ribuan tahun yang lalu, ia memang terang-terangan atas tindakan yang ia lakukan.
Alhaitham berkata, "Kalau aku yang melakukannya, memangnya kenapa? Aku sedang memberinya pelajaran agar jera."
"Pelajaran apa yang kau berikan?! Dia bukan mahasiswamu."
Alhaitham menjawab, "Tapi ia merebut istriku!"
"I-istrimu?" Mendengar Alhaitham memanggilnya dengan sebutan yang harusnya untuk gender lain membuat Kaveh tergagap.
Sejak lama, hal-hal feminin dianggap sebagai yang anggun, lembut, cantik, dan yang perlu dilindungi. Meskipun kesetaraan gender ada di Teyvat, orang-orang yang mendapat sebutan feminin kebanyakan wanita. Ketika seorang suami memanggil pasangan wanitanya dengan sebutan "istri", itu seperti rayuan kuat dari yang keras untuk yang lembut.
Dalam pernikahan Alhaitham dan Kaveh, yang keras atau yang disebut suami sudah dipastikan Alhaitham. Sementara itu, yang lembut dan feminin adalah Kaveh. Meski begitu, Alhaitham tidak pernah menyebut Kaveh sebagai istrinya. Istri untuk wanita dan jelas tidak pada tempatnya jika memanggil Kaveh yang seorang pria dengan sebutan itu.
Hanya ketika Alhaitham gagal membedakan Kaveh dan Nabu Malikata, ia menganggap pasangannya sebagai istrinya. Dan menurut Kaveh, entah mengapa itu seksi.
Sepertinya Kaveh sudah sepenuhnya mabuk sekarang. Ia hilang akal dan tidak lagi bisa membedakan mana yang salah dan benar.
Selagi Kaveh hanyut dalam pikirannya, Alhaitham berkata, "Sudahlah. Berhenti bertengkar. Hari sudah malam dan saatnya kita tidur."
Kaveh melebarkan matanya. "Ti-tidur?!"
"Iya. Apa kau tidak mengantuk?"
"Tapi besok hari Minggu."
Alhaitham tahu ke mana arah pembicaraan Kaveh, tapi ia tidak menginisiasi apapun. Ia membiarkan Kaveh mengatakan keinginannya sendiri.
Dengan percaya diri, Alhaitham bertanya, "Memangnya kenapa kalau besok hari Minggu?"
"Ya, kita tidak perlu khawatir jika bangun siang, bukan?"
"Hmm, biasanya kau ada pertemuan di hari Minggu. Tidak pergi menemui Rana untuk membahas perjalanan ke Liyue?"
"Aku bisa melakukannya Senin. Kasihan anak itu jika aku terus menerus mengajaknya bertemu. Kapan dia bisa mengerjakan PR-nya kalau begitu."
"Lalu, bagaimana denganmu? Apa kau tidak ada PR?"
Awalnya Kaveh terus menjawab pertanyaan suaminya. Hanya saja, semakin lama ia semakin sebal. Pipinya pun menggembung membentuk bibir yang cemberut. Alisnya bertaut dan Alhaitham tak mampu menahan tawanya.
"Pfft! Hahahaha! Lihatlah wajahmu! Kau seperti bebek. Hahaha."
"Be-bebek katamu?"
Alhaitham mengangguk dengan puas.
"Ka-kalau begitu, apakah aku bebek yang imut?"
"Umn. Bebek yang imut." Alhaitham mendekatkan dirinya ke Kaveh agar bisa mencubit kedua pipi pujaan hatinya. "Sangat imut."
"Aw. Hai ... fham. Sakhit," gerutu Kaveh susah payah.
Alhaitham melepaskan cubitannya untuk mengacak-acak rambut pria di hadapannya. "Jadi maumu apa?"
Kaveh mendengus. Ia pergi ke kamar sembari bersungut-sungut. Sebelum menutup pintu, ia memastikan Alhaitham menatap ke arahnya. Kemudian dengan nada mengancam, Kaveh berkata, "Kau mau bermain denganku, tidak? Aku beri kau waktu satu menit untuk memikirkannya. Kalau terlalu lama, aku tidur!"
BRAK!
Pintu dibanting dan Alhaitham tertawa di ruang makan.
Malam ini adalah malam yang sangat sibuk bagi Alhaitham. Ia baru saja mendeklarasikan diri pada penduduk gurun kalau raja mereka telah kembali dan sekarang ia harus memanjakan belahan jiwanya sampai pagi.
"Kaveh, pegang kata-katamu! Aku benar-benar tidak akan membuatmu tidur di sisa malam ini!"
Alhaitham masuk ke dalam kamar dengan senyum lebar di bibirnya. Semasa kecilnya, ia tidak mungkin membayangkan akan ada hari-hari sebahagia sekarang.
Setelah ibunya meninggal di hadapannya, sang ayah juga menghembuskan napas terakhir tak lama kemudian karena terlalu depresi saat kehilangan sang istri. Alhaitham menjadi yatim piatu dalam sekejap dan harus pindah rumah untuk tinggal bersama neneknya.
Hidup sebagai seorang raja yang punya trauma, Alhaitham tak pernah melayangkan senyumnya pada orang lain. Ia akan mengubur diri di kamar dan membaca buku apapun dari peninggalan kedua orang tuanya untuk membunuh kebosanan.
Saat sang nenek menyuruhnya sekolah, ia mengundurkan diri di hari pertama ia menginjakkan kakinya di sekolah dasar. Ia sudah lebih banyak tahu dari murid-murid seusianya. Buku yang dibacanya saja sudah seberat buku bacaan anak sekolah menengah atas dan ia merasa akan buang-buang waktu jika harus ke sekolah dasar.
Baru ketika Alhaitham menginjak usia yang diperbolehkan untuk masuk Akademiya, ia tertarik untuk mengenyam pendidikan. Meski ia tidak memiliki latar belakang pendidikan, ia bisa menjadi mahasiswa baru terbaik di angkatannya bersama mahasiswa lain dari Kshahrewar.
Di Akademiya-lah senyumnya perlahan mengembang. Semua itu berkat pujaan hatinya, Kaveh seorang.
Dulu Kaveh tidak benar-benar membuat lelucon untuknya, tapi Alhaitham menganggap arsitek itu sangat menggemaskan.
Dulu Kaveh juga tidak pernah berusaha tampil cantik untuknya, tapi Alhaitham menganggap pemuda itu adalah yang terbaik di seluruh negeri.
Hati Alhaitham benar-benar telah direnggut oleh Kaveh. Jelas ia tidak bisa hidup tanpa pasangannya itu.
Setelah melewati malam penuh hasrat dan gairah yang panjang, Alhaitham memeluk erat Kaveh dalam lengannya. Ia tidak tahu apakah Kaveh akan mengingat kata-katanya nanti atau tidak, tapi Alhaitham tetap mengatakan suatu hal penting yang baru saja diingatnya.
"Kaveh?"
"Hmm?" respon Kaveh dengan nada mengantuk.
"Aku baru saja ingat wasiat terakhir ibuku sebelum ia meninggal."
Dengan malas, Kaveh mendongak untuk menatap suaminya. Keningnya berkerut saat bertanya, "Kita baru saja berhubungan seksual segila itu dan kau mengingat ibumu?"
"Hahaha," Alhaitham mengangguk. "Tepat sekali."
"Hmm, jadi apa yang dikatakan ibumu?"
Alhaitham mengecup kening Kaveh sejenak sebelum berbisik, "Ibuku ternyata sudah mengenalmu lebih dulu. Bahkan, ibuku juga sempat menggendongmu."
"Apa maksudmu?"
Sebelum ibu Alhaitham meninggal, wanita itu menceritakan kisahnya saat menjadi tahanan Fatui.
Saat itu ibu Alhaitham berada dalam satu sel yang sama dengan ibu lain. Setelah melahirkan, mereka bersama bayi-bayi mereka diobservasi selama beberapa bulan di sebuah laboratorium khusus. Dalam sel yang dingin, kedua wanita itu bertukar sapa dan berbagi derita bersama.
Sang ibu kemudian berkata pada anaknya, "Haitham, sebenarnya ibu pernah bertemu dengan Nabu yang kau bicarakan selama ini. Dia berhasil hidup kembali menjadi seorang anak laki-laki yang manis. Namanya adalah Kaveh. Ia memiliki rambut pirang dan beriris merah rubi. Sangat cantik. Saat ibu pergi nanti, kau jangan putus asa, oke? Carilah dia dan bahagialah bersamanya."
*
*
*
Bersambung
*
*
*
Haitham bersama neneknya 🥺
cr:
https://twitter.com/thijikoy/status/1617137176021553153?t=GIj9d_3W5d0UZN04GAMHpQ&s=19
***
Kaveh pas terdampar di panti asuhan
(Background story mungkin nanti diceritain 🤣)
***
A/N:
Btw maap yak kalau ada yang gak nyambung antar chapternya ini bener-bener gak ngeplanning tiap bikin per chapternya 🥺🙏