Your Professor is Mine [Haika...

By Aokiitakii

95.6K 11.2K 1.3K

Al-Haitham dan Kaveh hanyalah dua profesor yang menginginkan ketenangan dalam hidup mereka. Hanya saja, tak d... More

Prolog
Bab 1 - Si Kutu Buku
Bab 2 - Suami Cerewet
Bab 3 - Hari yang Terlupakan
Bab 4 - Seseorang dari Mondstadt
Bab 5 - Berdamai Sejenak
Bab 6 - Angel's Share
Bab 7 - Kebangkitan Ay-Khanoum
Bab 8 - Rumah Tangga
Bab 9 - Kenikmatan Oasis Abadi
Bab 10 - Ahli Botani
Bab 11 - Imajinasi
Bab 12 - Perjalanan ke Barat
Bab 13 - Dar al-Syifa
Bab 14 - Oasis
Bab 15 - Kebisingan Tenda
Bab 16 - Desir Pasir di Padang Tandus
Bab 17 - Kembali
Bab 18 - Survei Berlanjut
Bab 19 - Khaj-Nisut
Bab 20 - Malam Penuh Bunga
Bab 21 - Menjadi Imortal
Bab 22 - Bukan Sulap Bukan Sihir
Bab 23 - Pasangan Takdir
Bab 24 - Rahasia Terbongkar
Bab 25 - Reuni Tiga Kawan Lama
Bab 26 - Organisasi Rahasia
Bab 27 - Aliansi
Bab 29 - Penyesalan
Bab 30 - Saber
Bab 31 - Debut sebagai Raja
Bab 32 - Rahasia Kelahiran
Bab 33 - Alhaitham vs Kaeya
Bab 34 - Wasiat
Bab 35 - Bergosip
Bab 36 - Viral
Bab 37 - Irmisul
Bab 38 - Darurat
Bab 39 - Rencana
Bab 40 - Persiapan Perang
Bab 41 - Panik
Bab 42 - Penghiburan
Bab 43 - Permainan Takdir
Bab 44 - Merah Biru
๐Ÿ”ฅ NOT UPDATE ๐Ÿ”ฅ
Bab 45 - Larangan Kaeya
Bab 46 - Pertempuran
Bab 47 - Lubang Hitam
Bab 48 - Oasis Abadi
Bab 49 - Misi Penyelamatan
Bab 50 - Sebuah Pilihan
Bab 51 - Tiga Dunia
Bab 52 - Pengorbanan
BAB 53 - Pulang
Bab 54 - Harapan
Bab 55 - Sabzeruz
Bab 56 - Tarian
Bab 57 - Pemakaman
Bab 58 - Dewa-Dewi Baru
Bab 59 - Pindahan
Bab 60 - Bukan Akhir
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 1
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 2
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 3
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 4
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 5
PREQUEL 1 - Bab Ekstra 6

Bab 28 - Kekecewaan

1K 138 16
By Aokiitakii

Kaveh telah menyelesaikan pertemuan rutinnya di Angel's Share saat Alhaitham masih menyantap makan malamnya di meja bar. Ia menghampiri sang suami, menengok ke arah tangga di lantai dua, dan dengan curiga bertanya, "Apa yang kau lakukan dengan Diluc di atas sana?"

Alhaitham mengunyah kentang gorengnya hingga lumat dan menelannya terlebih dahulu sebelum menjawab, "Tidak melakukan apapun. Apa yang kau pikirkan?"

"Kau jelas tahu apa yang kupikirkan. Aku hanya penasaran."

"Kalau begitu tidak ada yang perlu dibahas. Jika kau sudah selesai, ayo pulang."

Kaveh mendengus karena sang suami bersikap sok misterius. Ia segera pergi meninggalkan Alhaitham, berpamitan pada Rana, Kaeya, dan anggota tim lainnya, sebelum pergi mengambil sepeda motornya.

Alhaitham mengerutkan keningnya saat keluar dari bar. Ia bertanya, "Kenapa tidak kau tinggalkan saja motormu di sini dan naik mobilku saja?"

Kaveh mengenakan helmnya dan menjulurkan lidahnya untuk mengolok. "Aku tidak mau semobil dengan pria pelit sepertimu."

"Hah? Pelit katamu?"

"Wekk!" olok Kaveh kekanak-kanakan sebelum memutar gas dan membawa motornya melaju di jalanan. Asap knalpot berhembus dan membuat rambut perak Alhaitham berantakan.

Alhaitham tidak marah. Ia hanya menggelengkan kepala tak habis pikir dan menganggap Kaveh begitu menggemaskan. Setelah satu minggu hidup seperti perjaka yang kurang belaian, akhirnya pasangannya pulang. Tanpa menunggu lebih lama, Alhaitham pun masuk ke dalam mobil dan menyusul pujaan hatinya.

Tiba di rumah, Kaveh segera mandi, berganti pakaian tidur yang nyaman, dan merebahkan diri di atas kasur seperti bintang laut. Ia menghembuskan napas panjang penuh kelegaan dan berkata, "Ah!! Akhirnya bisa tidur nyenyak malam ini."

Alhaitham melipat lengannya di dada sembari menatap Kaveh dari bingkai pintu kamar. Dia berkata, "Langsung tidur?"

"Tentu saja. Memangnya mau melakukan apa lagi?" Kaveh mengatakan itu dari balik bantal yang dipeluknya. Ia juga memejamkan mata dan hanya ada kebahagiaan di wajahnya.

Alhaitham melepas kemejanya sembari menatap Kaveh dari atas. "Entahlah. Mungkin memuji suamimu karena berhasil mendapatkan uang untuk pembangunan."

Kaveh tak bergeming. "Kau adalah Dewa. Itu adalah tugas yang mudah bagimu."

"Tapi menjelajah 7 negara dalam sehari bukan tugas yang mudah. Aku menghabiskan setidaknya 2 jam di setiap negara, beramah tamah, dan lain sebagainya. Aku juga bisa lelah."

Kaveh melirik sang suami dengan satu matanya sebelum menggulingkan tubuhnya untuk memunggungi Alhaitham. "Omong kosong. Kau tidak bisa lelah. Energimu tak terbatas dan kau tidak akan mati kelelahan."

"Kata siapa?"

"Kata ...."

Sebelum Kaveh menjawab sembarangan, Alhaitham berkata, "Aku pernah mati karena kelelahan. Kalau aku tidak bisa mati, aku tidak mungkin hidup sebagai Alhaitham sekarang."

Kaveh menyadari kalau ia salah bicara. Ia terdiam beberapa saat untuk merenungkan perkataannya, tapi enggan minta maaf. Ia pun perlahan menggeser tubuhnya ke satu sisi tempat tidur dan memberi ruang Alhaitham untuk tidur di sebelahnya.

"Ah, baiklah, baiklah. Kau hebat hari ini, suamiku," ujar Kaveh dengan wajah setengah kesal setengah malu. "Tapi sebelum kau tidur, tidak bisakah kau mandi? Setidaknya cuci muka terlebih dahulu."

Alhaitham yang sudah mengangkat kakinya untuk naik ke atas kasur jadi harus mengurungkan niatnya. Ia pun ke kamar mandi dan berkata, "Baiklah, Dewi-ku. Aku mandi dulu. Jangan tertidur sampai aku kembali."

"Hmm," gumam Kaveh sembari semakin memeluk erat bantalnya.

Alhaitham hanya mandi 10 menit malam itu. Ia membasuh tubuhnya dengan sabun beraroma padisarah yang akhir-akhir ini Kaveh beli di minimarket, ia mengganti pakaiannya dengan kaos biasa, dan segera keluar dari kamar mandi sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk.

Meski begitu, Kaveh tidak menepati janjinya. Pria itu telah memejamkan matanya dengan ritme napas stabil pertanda sudah terlelap.

Alhaitham tidak tahu harus berkata apa. Karena ia tidak mungkin membangunkan Kaveh, ia pun mematikan lampu dan turut jatuh dalam tidur yang nyeyak bersama kekasih hatinya.

Alhaitham sebenarnya ingin berbagi cerita sejenak dengan Kaveh. Ia ingin bercerita betapa menariknya mekanik-mekanik di Fontaine dan ia ingin bercerita bagaimana semua orang di Snezhnaya menggunakan mantel sehingga ia yang sebenarnya tahan dingin harus membeli satu agar tidak terkesan mencurigakan.

Alhaitham juga ingin bercerita betapa indahnya hutan di dekat kediaman Kamisato, keluarga kaya penguasa Inazuma yang memberi sumbangan pada Kebangkitan Ay-Khanoum. Ia hendak menyarankan pada Kaveh untuk jalan-jalan ke sana setelah proyek mereka selesai nantinya.

Namun, Kaveh sudah terlelah dan tidak bisa mendengar kisahnya. Mungkin Alhaitham bisa menyimpan pengalamannya itu untuk diceritakan saat sarapan nanti.

Keesokan harinya, lebih tepatnya empat jam setelah ia memejamkan mata, Alhaitham dibangunkan oleh suara alarm dari Akasha Kaveh. Sang pemilik Akasha segera terlonjak bangun dan secara otomatis mengagetkan Alhaitham.

Sepertinya Kaveh baru saja terlelap. Mengapa pria itu tiba-tiba bangun dan membuat kerusuhan?

"Kaveh! Ini masih jam tiga pagi. Mengapa kau memasang alarm jam segini?!" gerutu Alhaitham setelah mengecek pukul berapa saat itu di Akasha-nya sendiri.

Kaveh mengusap matanya yang masih mengantuk dan menjawab, "Aku ada janji dengan pengrajin furnitur dari Liyue hari ini. Kaeya akan menjemputku satu jam lagi, jadi aku harus bersiap-siap."

"Kaeya?" Alhaitham sudah hendak memprotes Kaveh yang memilih bekerja sama dengan pengrajin Liyue dari pada Sumeru, tapi emosinya lebih terpicu saat Kaveh menyebut nama Kaeya.

"Iya. Kaeya. Aku ke sana dengannya."

"Hanya berdua?"

Kaveh mengangguk. "Rana hari ini ada kelas dengan profesor lain. Aku tidak bisa membuatnya absen terlalu banyak."

"Bagaimana denganku? Kau tidak mengajakku? Aku adalah wakilmu dalam proyek ini. Mengapa tidak membicaranya denganku?"

Kaveh menjawab, "Kau ada kelas hari ini. Dan juga, bukankah aku sedang membicarakannya denganmu sekarang?"

"Apa?"

"Ah, sudahlah. Berhenti berbicara. Aku mau siap-siap dulu," ujar Kaveh sembari mendorong suaminya kembali berbaring ke tempat tidur. Ia mengambil pakaiannya yang baru, merapikan rambutnya dengan jepit merah yang hilang satu karena harus melingkar di jari manis Alhaitham, dan memasak beberapa makanan di dapur untuk perbekalan.

Alhaitham tidak mengerti. Ia bahkan belum sempat berbincang lebih dari tiga kalimat dengan Kaveh hari itu. Bagaimana bisa ia seperti pria yang dicampakkan?!

Selagi Kaveh memasukkan roti bakarnya ke kotak bekal, Alhaitham keluar dari kamar dengan selimut yang masih tersampir di pundaknya. Melihat tidak roti yang tersisa di atas meja makan, bahkan di plastik rotinya, Alhaitham memprotes. "Mana sarapan untukku?"

Kaveh menjawab, "Kau, kan, Dewa. Kau tidak butuh makanan."

"...." Alhaitham lagi-lagi terdiam seribu bahasa.

Tepat saat itu, suara klakson mobil yang dikenal berbunyi di depan rumah. Kaveh buru-buru mengambil Mehrak-nya dan melesat ke depan rumah. Tak lupa, ia berpesan pada sang suami, "Haitham, roti dan keju habis. Nanti kalau pulang kerja tolong belikan, ya. Jangan lupa cuci baju juga. Beri pewangi agar segar."

"Hanya itu?" tanya Alhaitham dengan ketus.

Kaveh memakai sepatunya dan berlari keluar. "Yup, hanya itu. Sampai bertemu lagi lusa."

Alhaitham terbelalak mendengar itu. "LUSA?! Kau menginap di Liyue?"

"Yup. Perjalanan ke sana sangat jauh. Aku ingin sekalian mengunjungi penambang Liyue untuk memesan beberapa batu untuk hiasan Khaj-Nisut dan untuk itu aku harus menunggu besok. Jaga dirimu baik-baik. Jangan terlalu banyak menggunakan si-, umn, maksudku energimu, oke?"

Alhaitham memutar bola matanya. Ia melihat sejenak Kaeya yang hendak menyapa, tapi segera memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah tanpa membiarkan pria kelahiran Snezhnaya itu memanggil namanya.

Alhaitham sangat kesal. Bukan karena Kaveh jalan dengan pria lain, tentu saja. Ia kesal karena merasa tidak dibutuhkan, diabaikan, dan seolah tidak berguna.

Pagi itu, Alhaitham melakukan apa yang Kaveh suruh. Ia membersihkan rumahnya, mencuci pakaian, dan lain sebagainya. Hanya saja, ia melakukan itu dengan caranya sendiri. Ia menggunakan kekuatan dewatanya dan membersihkan secara berlebihan. Kini, tak ada satu pertikel debu-pun yang bisa menempel di perabotannya. Ia juga membuat dinding lebih putih dan lantai lebih berkilau seperti baru.

Kemudian, ketika matahari terbit dan toko kebutuhan sehari-hari mulai buka, Alhaitham membawa mobilnya berkeliling. Ia memborong semua barang yang mereka jual seperti orang yang bingung bagaimana cara menghabiskan uang. Ia menjejalkan seluruh belanjaannya ke dalam mobil hingga nyaris meledak.

Alhaitham meletakkannya di rumah sebentar dan bergegas ke Akademiya dengan suasana hati yang buruk. Hari itu, ada lima mahasiswa yang otomatis tidak lulus dari kelasnya. Ia tidak mentoleransi keterlambatan walau hanya 1 detik.

*
*
*
Bersambung

*
*
*

A/N:
Jangan pernah main-main dengan Raja Deshret atau kau akan kena kutukan.

Continue Reading

You'll Also Like

52.6K 7.2K 24
Fanfiction-AU dari Tokyo Revengers โš ๏ธ BL/Boys Love/Yaoi "Mikey, aku akan mengisi kekosongan dan mengembalikan apa yang hilang darimu!"_Draken Start/E...
3.2K 679 200
Memulai dari awal sekali lagi, dia memasuki "permainan hidup" ini lagi untuk mengendalikan nasibnya sendiri. Kali ini, dia tidak akan dikendalikan ol...
1.4M 81.8K 31
Penasaran? Baca aja. No angst angst. Author nya gasuka nangis jadi gak bakal ada angst nya. BXB homo m-preg non baku Yaoi ๐Ÿ”ž๐Ÿ”ž Homophobic? Nagajusey...
158K 15.5K 39
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...