I'm With The Antagonist

By RiddYeol2

507K 44.8K 2.9K

Dierja Apuila Ivander atau kerap dipanggil Erja dari kecil dia harus mengalah dengan saudara kembar tidak id... More

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
Bab 15
Bab 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
Bab 24
BAB 25
Bab 26
Bab 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49

BAB 39

6.6K 711 81
By RiddYeol2

Erja menatap kalender diatas naskahnya tersenyum sendu membayangkan semua kejadian pada novel yang semakin rancu "Sweet seventeen" gumamnya terlentang menatap atap kamarnya mengingat plot dalam novel dia kan mati setelah sweet seventeen.

Mengingat kembali saat setiap kali dia bertambah umur hanya ada Renjun dan si kembar yang selalu terbang jauh untuk mengunjunginya. Saat dini hari dia akan datang ke taman membawa cake mini dengan satu lilin yang menyala.

Dia tidak meniup lilin tersebut agar padam seperti kebanyakan orang dia hanya akan menunggu lilin untuk habis dan mati hingga pagi. Aneh mungkin tapi itu kebiasaannya setelah berusaha bangkit untuk memperbaiki kehidupannya.

Apakah dia harus hidup seperti lilin ulang tahunnya yang hanya diam hingga mati terlalap api. Sungguh dia sudah capek hampir tahap menyerah, semuanya semakin rumit jika benar akhirnya dia akan mati, dia akan berusaha ikhlas mengikhlaskan semua mimpi mimpinya.

Menjadi seorang ayah adalah mimpi terbesarnya walau terdengar sederhana tapi dia membayangkan seberapa bahagianya saat menggenggam tangan istrinya berjuang dan mendengar tangisan pertama sang anak.

"Mimpi ku terlalu jauh bahkan aku belum punya ktp" dia terkekeh lirih dengan impian randomnya itu

Jam menunjukkan tengah malam tapi mulutnya bosan berdiam diri dia bangkit dan berjalan menuju dapur mencari sesuatu agar mengobati kebosanan mulutnya, perutnya memang tidak lapar namun mulutnya gatal ingin mengunyah sesuatu.

"Klontang"

"Klonteng"

Suara dari dapur membuat Erja memberhentikan langkahnya "Di dapur ada siapa?" tanya Erja pada bodyguard yang tengah berdiri di pintu menuju dapur

"Tuan muda Arsa" jawabnya

"Apa tuan muda butuh sesuatu biar saya bawakan" ucapnya

"Terima Kasih paman aku hanya ingin mengambil camilan, semangat paman jangan terlalu lelah" ucap Erja mengusap punggung bodyguard itu

"Baik tuan muda"

Erja berjalan menuju dapur dapat dilihat dapur sedikit berantakan dengan bau gosong yang menyengat. Erja berjalan saja melewati Arsa yang tengah fokus berperang dengan wajan dan kompor entah sedang memasak apa

"Woah memang surga" matanya berbinar membawa dua bungkus coklat dan sebungkus makanan ringan dia berjalan menuju Arsa

"Sedang apa?" tanya Erja

"Oh shit" kaget Arsa membuat Erja melongo karena baru saja dia mendapat umpatan dari Arsa

"Kau merusak estetika sebuah telor" Erja menganga saat melihat telur yang Arsa buat bahkan lebih buruk dari masakan aneh Adonia. Benar kata pepatah didunia ini tidak ada yang sempurna walau Arsa seorang tokoh protagonis yang digambarkan sempurna tapi pasti ada kekurangan, dia buruk sekali soal masak.

"Ekmmm kenapa kesini?" tanya Arsa yang berusaha bersikap cool

"Harusnya gue yang nanya ngapain lo tengah malam ngacak ngacak dapur, dan gue liat liat lo baru pulang" tutur Erja menatap tajam Arsa dia tak terima dia dikurung di rumah sedangkan Arsa bebas berkeliaran tak adil

"Bahasanya aku kamu, terus panggil kakak" tegas Arsa menatap tajam Erja

"Iya ya banyak mu banget sih, kita Cuma beda beberapa menit bukan satu abad pengen banget dihormati" misuh Erja

"Abis dari aman, baru pulang aku aduin ke bunda" ucap Erja dengan maksud mengancam. Namun Arsa tak peduli dan berbalik untuk memindahkan telur yang terlihat seperti muntahan bayi hancur lebur dengan sedikit bercak hitam

"kau buat apa? jelek sekali seperti racun" tannya nya mencibir masakan Arsa

"Panggil Kakak, ini telur mata sapi"

"Ha..... ini mah bukan telur mata sapi tapi telur tai sapi ha..ha..." Erja terkekeh namun Arsa hanya mendengus dan berniat untuk memakan telur itu namun segera dihentikan oleh Erja

"Jangan dimakan"

"Lapar, kakak lapar"

"Cek itu gak bisa dimakan rasanya pasti gak enak, kenapa tidak meminta tolong pada maid"

"Kasihan mereka sudah tidur"

Jawaban Arsa membuat Erja menghela nafasnya dia berjalan menuju kulkas dan rice cooker untungnya saja masih ada nasi.

"Ini makan dulu untuk mengganjal perut, biar aku buatkan nasi goreng" ucapnya menyerahkan cikinya pada Arsa. Memang apalagi yang bisa dibuat dengan waktu yang cepat selain nasi goreng mau buat mie tapi disini tidak ada mie instan.

"Jangat kakak takut kamu terluka" cegah Arsa dia lebih baik memakan telur nya dari pada melihat adiknya terluka karena memasak

"Aku ini mau masak di dapur bukan mau terjun ke medan perang jangan lebay deh"

Arsa mengalah dan memperhatikan Erja yang lihai menggunakan alat dapur walau bukan pertama kalinya melihat sang adik memasak namun dia masih takut Erja terluka. Beberapa saat kemudian Erja selesai memasak nasi goreng dan menghidangkannya lalu membawanya ke hadapan Arsa yang tengah memakan cemilan nya

"Makanlah"

"Terimakasih"

Arsa tersenyum dan melahap nasi goreng buatan Erja. Rasanya sangatlah enak atau mungkin ini nasi goreng terenak yang dia makan apa lagi dimasak oleh sang adik

"Enak"

"Pastilah aku yang masak"

"Kamu gak makan?"

"Engga aku kenyang"

Erja memperhatikan Arsa yang tengah melahap nasi goreng buatannya. Netranya tanpa sengaja melihat sudut bibir Arsa yang memar

"Kamu habis berantem"

"Uhuuuk tidak"

"Jangan berbohong aku tidak bodoh"

"Hmm ya"

"Dengan Farel?" tanya Erja membuat Arsa memberhentikan suapannya

"Ya, jangan dekat dekat dengannya kakak gak suka" Arsa menatap tajam Erja dengan tangan yang mengepal kuat tanpa Erja sadari

"Cih meng siapa yang ingin dekat dengannya" batin Erja

"Hmm ya"

FLASBACK ON

"Bugh"

Farel terjengkang saat pipinya tiba tiba mendapat bogeman. Sedangkan yang memukul menatap Farel tajam

"Jangan melibatkannya"

"Arsa lo tahu gue gak sepengecut itu" Farel bangkit dan meraih kerah baju Arsa

"Tapi adik lo lucu juga"

"Bugh"

Farel membogem Arsa "Rasanya tak adil bila wajah tampanku saja yang terluka" dia menyeringai menatap Arsa yang tengah menahan amarahnya

"Dunia harus tahu sosok tuan muda Ivander yang sempurna ini sangat tempramental" tutur Farel, tidak banyak orang tahu bahwa Arsa sangatlah temperamental bahkan sering membuat orang masuk rumah sakit jika Rajendra sangat kejam lain halnya dengan Arsa yang mengerikan.

"Lo tau melihat wajah dan kehidupan sempurna lo sangatlah memuak kan, lo bagaikan protagonist yang memiliki segalanya dan semesta bagaikan memihak lo, gue harap lo jangan serakah biarkan gue memiliki salah satu dari itu adik lo mungkin" ucapan Farel membuat Arsa menggeram marah

"Bugh"

"Bugh"

Mereka berdua berkelahi tidak ada yang memisahkan mereka bahkan Brian yang memang datang bersama Arsa hanya diam, begitupun teman teman Farel. Mereka bukan anak pengecut yang suka keroyokan, biarlah kedua orang itu menyelesaikan masalahnya toh ini bukan pertama kalinya mereka berkelahi.

"Udah?" tanya Brian saat kedua orang itu berhenti berkelahi dengan nafas yang memburu

"Brian lo harus tahu se picik apa dia bahkan iblis pun kalah, menyiapkan dua nyawa untuk dikorbankan bahkan membuat mereka melambung terlebih dahulu sungguh ide yang brilian"

"Tutup mulut lo" marah Arsa

"Tahu darimana?" tanya Brian

"Sumedang" celetuk salah satu teman Farel membuat ketiga orang itu menatapnya tajam

"Gue Kan niatnya Cuma mau nyairin suasana" batin orang itu

"Abaikan dia, lo lupa siapa gue tuan muda Rakana apa sih yang gak bisa buat gue"

"Punya saudara" ucap Arsa dia tahu betul Farel memiliki banyak musuh anak itu suka cari gara gara dengan banyak orang dengan alasan kesepian, kasihan memang. Tapi tampang dan kelakuannya tak patut untuk dikasihani

"Soon gue punya adik lucu, Dierja termasuk lucu bahkan sangat menggemaskan"

"Jangan mimpi dia adik gue milik keluarga Ivander" ucap Arsa dengan keras

"Brian lo tahu?" tanya Farel membuat Arsa sadar bahwa disana bukan hanya ada mereka berdua tapi ada sang sahabat Brian yang belum tahu soal Arsa

"Hmm" Brian hanya berdehem menatap Arsa

"Dari gelagat lo, lo pasti udah tahu"

"Arsa gue hanya pinjem dong pelit amat, jangan pelit sama musuh nanti kuburannya sempit" goda Farel

"Tutup mulut lo sebelum gue buat lo gak bisa berbagi ludah dengan jalang jalang lo" tekan Arsa

"Uhhh takut"

"Anjing" umpat Arsa dan berniat untuk memukul Farel kalau saja Brian tak menahannya

"Jangan membuat muka lo babak belur, yang lain takut curiga"

"Huh kedua tuan muda ini sedang menjaga nama baiknya agar orang orang tidak curiga bahwa tun muda Ivander yang sempurna ini menyerang anak piatu"

"Anak piatu kayak lo mah gak usah dikasihani tapi minta dihajar"

Flashback Off

.........

"Hikss mereka tak pernah menginginkanku hikss"

"Kenapa semesta tidak pernah berpihak kepadaku"

Renjun hanya bisa mengusap surai panjang itu yang tengah mengadu padanya. Dia tahu itu sangat sakit dia pernah merasakannya bahkan lebih dari pada itu dicap sebagai pembunuh bahkan sebelum bisa berjalan.

Jika dipikir pikir lucu ya bahkan dia belum bisa berdiri tapi sudah dilabeli pembunuh. Dia hanya bisa tertawa karena belum bisa berbicara sudah dihadiahi ribuan umpatan. katanya sih dia pembawa sial tapi menurutnya dialah yang sial karena lahir ditengah tengah keluarga bodoh itu.

"Bukannya semesta tak berpihak padamu hanya saja semesta tahu yang terbaik untukmu" ucap Renjun

"Bullshit" protesnya

"Adonia kadang yang kita inginkan itu bukan yang kita butuhkan"

"Benarkah?" tanya Adonia sedikit bingung

"Memang kau pernah menginginkanku?" tanya Renjun balik membuat Adonia menggeleng

"Tapi sekarang kau membutuhkanku untuk tempat keluh kesahmu" ucapan Renjun membuat Adonia menatap manik teduh pria manis di depannya

"Ya, tapikan ego manusia sangatlah tinggi"

"Tentu saja kau mengaku sendiri" balas Renjun membuat Adonia mendengus kesal

"Berhentilah jika terlalu sakit biarlah mengalir semana mestinya"

"Bisakah?" tanya Adonia sedikit ragu

"Cobalah dan berusahalah dulu" jawab Renjun sembari melihat jalanan yang cukup padat

"Ekhmm aku sedikit aneh dengan café milik kalian padahal minuman dan makanannya sangatlah aneh tapi mengapa sampai punya beberapa cabang dan ramai" tanya Adonia bingung karena sungguh makanan café milik keempat pemuda itu sangatlah aneh tapi masih bisa dinikmati. Tapi untuk pecinta makanan ekstrim ini sangat recomended.

"Karena ada penglaris" celetuk seseorang dari belakang

"Anjir kaget gue" kesel Adonia menatap sinis kedua remaja yang baru datang dan duduk di mejanya

"Kalian main dukun?"

"Sembarangan kita gak main dukun karena penglarisnya adalah kita" ucap Fegan dengan pede yang dibalas acungan jempol oleh Fagan dan Renjun

"Tentu saja karena kita tampan, gitu aja gak tahu" lanjutnya dengan pede membuat Adonia memutar bola matanya malas

"Si Malika mana?" tanya Adonia karena tak melihat sosok Erja

"Lagi dipingit" ceplos Fagan

"Yang bener lo"

"Emang muka gue keliatan pembohong" ucap Fagan mendekatkan diri dan menatap Adonia membuat perempuan itu sedikit salah tingkah

"Lo mah kelihatan buayanya"

"Dari pada crus lo kelihatan pengecut dan brengseknya"

"Loh Arsa itu sempurna tahu"

"Cih bulol" sinis Renjun

..........

"Ayah aku tak perlu mereka" protes Erja karena sekarang di hadapannya ada sepuluh bodyguard yang berjejer

"Siapa yang bilang kau memerlukannya karena disini ayah yang memerlukannya untuk menjagamu"

"Yah lihat aku bisa hidup sampai sekarang tanpa ada yang namanya bodyguard bodyguard, bahkan aku bisa hidup sendiri dan mandiri, jangan lupa beberapa tahun kebelakang aku bisa hidup sendiri bahkan mencari uang sendiri"

"Dierja dulu dan sekarang itu berbeda" ucap Rajendra

"Sama, dulu aku makan nasi sekarang juga masih makan nasi" balas Erja tak mau kalah

"Menurutlah jadilah anak penurut abang lebih suka anak penurut" tegas Rajendra menatap tajam Erja

"Kenapa kalian selalu merecoki hidupku" kesal Erja

"Karena kami keluargamu kami ingin yang terbaik untukmu" tegas Galang

"Hahah yang terbaik? bahkan kematianku ada ditangan kalian" batin Erja

"Erja sudahlah terima kamu hanya tinggal diam" celetuk Naufa

"Tapi mataku sakit melihat mereka" Erja tak mau kalah dia terus memberi seribu alasan

"Mereka akan menjagamu dari jauh tenang saja" ucap Nala dengan lembut mengusap surai sang adik

"Apa sih rambut aku jadi berantakan" kesal Erja menepis tangan Nala membuat Nala terkekeh gemas dan malah mengunyel ngunyel pipi Erja.

Rajendra yang ada di seberang hanya mendengus kesal lagi lagi dia kalah dengan sang adik. Dari dulu dia selalu kalah dengan Nala apa dia kirim saja daik pertamanya keluar negeri dia rasa itu ide yang bagus.

"Pagi ayah, pagi bang Rajendra pagi bang Nala" Lino menyapa mereka dengan senyum merekahnya

"Gak dianggap itu sangat menyakitkan" sindir Erja

"Pagi Erja, maaf tadi tidak kelihatan"

"Cih dikata gue setan, dasar pick me boy" batin Erja menatap sinis Lino

"Erja ayo berangkat bersama dengan Lino dan Arsa!" Lino menghampiri Erja dengan senyum merekahnya

"Erja berangkat dengan supir" ucap Galang

"Sayang banget padahal Lino mau lebih dekat dengan Erja kalau begitu Lino duluan ya, ayo Arsa"

Arsa yang baru datang hanya mengangguk tak lupa mengacak surai milik Erja saat ingin mencium pipi sang adik mulutnya sudah terlebih dahulu di halangi dengan tangan Nala. Hal itu membuat Arsa melotot pada abng keduanya itu yang dibalas senyuman manis yang dimata Arsa berupa senyuman mengejek.

"Bukan muhrim, sana berangkat" Nala mendorong Arsa menjauh dari Erja

"Sekolahnya sama abang aja lagian abang juga gak ada jadwal kuliah"

"Tidak Erja akan berangkat dengan sopir" tegas Galang membuat nyali Nala sedikit menciut karena ditatap tajam oleh Galang

"Good morning sir" sapa sang sopir sekaligus bodyguard yang bertugas mengantar Erja.

Sedangkan Erja mendongak menatap sopir tersebut dia meringis membandingkan tingginya yang bagai kecambah bersanding dengan sang sopir yang bak pohon kelapa. Sopir tersebut lebih pantas menjadi model dengan muka kebarat baratannya.

"Kalau sama renjun kayaknya seperti kacang tanah dengan pohon kelapa" batinnya mengingat teman sejawatnya yang beda dua senti dengan dirinya

Erja telas sampai disekolah dengan sehat sentosa tanpa kekurangan apapun. Dia berjalan dengan dagu diangkat di koridor sekolah.

Memasuki kelas dengan menendang pintu membuatnya ditatap kesal oleh teman sekelasnya tapi dia tak peduli.

"Huh bau aroma neraka" ucapnya

"Lo sumbunya" sahut Adonia

"Orang tampan harus sabar ngadepin orang gila" gumam Erja yang untungnya tidak terdengar oleh Adonia jika didengar entah akan terjadi apa

Erja duduk dibangkunya dengan mengedipkan matanya ke arah Renjun dan menatap sinis Adonia yang ada di depannya

"Er gue mau nawarin jasa" ucap Geri tiba tiba menghampiri Erja membuat Erja melotot

"Sorry gue masih dijalan yang lurus"

"Lo kan udah tersesat Er" sahut Fegan dari samping yang memang duduk dibangku samping kiri Erja

"Bukan itu maksud gue" kesal Geri

"Gue buka jasa titip doa"

"Maksud lo?" tanya Renjun tak mengerti

"Lo tau kan doa anak yatim mudah terkabul, nah gue memanfaatkan privilege gue sebagai anak yatim buat buka jasa titip doa" jawab Geri membuat yang lain menganga

"Er lo buka jasa titip doa juga, lo kan lengkap yatim piatu" usul Adonia membuat Renjun serta sikembar melongo

"Tenang gue bantu promosiin" ucap Adonia

"Wh jangan kita gak boleh bersaing dalam berbisnis" protes Geri tak terima

"Sebenarnya gue sih mau tapi kan gue udah kebanyakan dosa yang ada bukannya dikabul tapi malah di azab" ucap Erja menolak kalau orang tuanya tahu yang ada bakal marah besar kartu debit dan kreditnya gak dipake juga dia sudah dimarahi dibilang gak ngerhargainlah jangan jadi mandirilah bikin kesal saja.

"Jadi ini lo mau gak pake jasa gue" tanya Geri memastikan

Erja mengeluarkan tiga lembar seratus ribu dan menyerahkannya ke hadapan Geri "Doain gue bisa tiup lilin di umur delapan belas tahun".

"Mmmm ja sebenarnya gue gak nerima cash, pembayarannya pake bitcoin" Ucapan Geri membuat Erja kesal

"Yaudah kalau gak mau mah" ucap Erja karena dia gak mau repot

"Ehh gak papa sekali mah, tapi nanti kalau mau pake jasa gue bayarnya pake bitcoin"

"Lagian keinginan gue sekarang mah Cuma itu"

Setelah menerima uang dari Erja, Geri langsung saja pergi kebangkunya

"Besok gue proses ya" teriak Geri

"Ya" jawab Erja. "Semoga saja doamu terkabul, agar alur novel ini benar benar berubah" batinnya

Waktu istirahat telah hampir semua murid keluar kelas entah itu pergi ke kantin, ke perpus atau lainnya.

"Yang mana?" tanya Erja pada Fagan

"Tuh yang tengah makan" jawab Fagan, Empat orang anak itu menyeringai melihat targetnya yang tengah sendiri

Erja mengambil air mineral yang ada di dekatnya, si pemilik air mineral tersebut melotot saat minumannya diambil tanpa izin oleh Erja namun Erja segera mengedipkan matanya membuat siswi tersebut tersipu malu.

"Byur" Erja menyiram piring yang berisis steak tersebut dengan air membuat siswa yang tengah makan itu terkejut

"Baik kan gue kasihan lo makan takut seret"

"Woah jadi gulai sapi" tutur Renjun saat melihat penampakan steak itu

"Brak"

"Maksud lo apaan" Marah siswa tersebut

"Ajil Manata, lo kan yang nyebarin video itu" ucap Fagan dengan tajam

"Cih pengecut, mainnya keroyokan" ucapan Ajil dengan nada mencibir membuat Erja geram

"Kalian duduk biar ini jadi urusan gue" tanpa menolak Renjun dan si kembar duduk di samping meja Ajil

"Sekarang imbang?" tanya Erja

"Prang, Brugh"

Setelah itu Erja segera melempar piring steak tersebut ke muka Ajil membuat si empunya terjatuh dengan tidak elitnya.

Semua atensi warga kantin mengarah kerah Erja yang tengah tersenyum

"Mengangkat kamera, gue anggap kalian ingin menemani dia" ucap Erja tajam

Sedangkan Ajil memegang keningnya yang sedikit berdarah karena lemparan piring steak yang keras dan cepat hingga dia tak bisa menghindar.

"Lo dengarkan ucapan tadi merekam berarti lo akan merasakannya juga" tajam Erja berjalan ke arah Ajil dan menendangnya

"Cih lo bakal tamat, karena geng gue pasti gak bakal terima" Ajil masih saja dengan muka sombongnya membuat Erja semakin muak

"Disini juga ada cctv" Ajil tersenyum mengejek kerah Erja untuk membuat anak itu takut

Namuan respon Erja membuatnya melotot anak itu malah tertawa "Lucu juga dongeng lo"

"Gue bukan orang bodoh kayak lo yang ngelakuin sesuatu tanpa perhitungan"

"Byurrr" Renjun datang dengan seember air bekas pel sedangkan Fegan tertawa sambil merekam moment itu

"Lo gak sabaran banget" ucap Erja

"Moncongnya bikin gue darah tinggi" balas Renjun

"Sekarang giliran gue" ucap Renjun

"Er senyum lambaikan tangan kekamera" titah Fegan

"Buat apa?" tanya Erja karena tak biasanya Fegan merekam

"Lumayan buat konten rewind akhir tahun nanti"

"Ide yang brilliant" sahut Fagan

Sedangkan siswa di kantin membatin mengatai keempat orang ini gila

"Woah topeng monyet lagi" ucap Adonia yang baru tiba dan duduk disebelah Fagan

Balik lagi ke Renjun yang sudah membuat Ajil babak belur. Jangan salah walau badannya mungil tapi dia adalah mantan atlet hapkido sewaktu di Korea

"ADA APA INI" teriak segerombolan siswa

"Woah akan semakin seru" batin Erja

*

*

*

Yuhu Ketemu lagi sama Erja, jangan bosen ketemu Erja

Author nau minta pendapatnya, kalau cerita ini di buat au setuju gak?

Continue Reading

You'll Also Like

105K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
321K 24.3K 110
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
295K 30.3K 33
warn (bxb, fanfic, badword) harris Caine, seorang pemuda berusia 18 belas tahun yang tanpa sengaja berteleportasi ke sebuah dunia yang tak masuk akal...
92.2K 6.2K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...