Bukan Santri Idaman

By NanaHyungvi

25.2K 2.4K 469

Ketika santri tampan berkelakuan angkuh dijodohkan dengan gadis lugu lulusan SMA yang dibesarkan di panti asu... More

Episode 1
Episode 2
Episode 3
Episode 4
Episode 5
Episode 6
Episode 7
Episode 8
Episode 9
Episode 10
Episode 11
Episode 12
Episode 13
Episode 14
Episode 15
Episode 16
Episode 17
Episode 18
Episode 19
Episode 21
Episode 22
Episode 23
Episode 24
Episode 25
Episode 26
Episode 27
Episode 28
Episode 29
Episode 30
Episode 31

Episode 20

719 77 14
By NanaHyungvi

Setelah beberapa menit dalam perjalanan, Dehan dan Karina pun sampai di rumah Karina.

Karina lekas masuk ke dalam rumah untuk melihat keadaan uminya, lalu Dehan mengikut dari belakang. Sebenarnya ia ingin langsung pergi, hanya saja tidak enak dengan Karina karena uminya yang dalam keadaan  sakit.

Kini keduanya tiba di sebuah ruang kamar, disana ada umi Karina yang terbaring di ranjang dalam keadaan mata terpejam, serta di sebelahnya ada Dokter yang sedang menangani ternyata.

"Dokter," sapa Karina dengan segala  kecemasan di wajahnya.

Dokter itu menoleh akrab, "Eh, Karina. Kamu sudah sampai ternyata."

"Iya, Dok. Gimana keadaan umi sekarang?" lanjut tanya Karina memburu.

"Umi kamu tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Dia hanya kurang darah saja, makanya merasa lemas begini."

"Ku-kurang darah, Dok?"

"Iya, tapi itu tadi. Sekarang sudah normal kembali setelah disuntikkan obat penambah darah."

"Eum, begitu ternyata. Itu, Umi lagi tidur apa gimana, Dok?"

"Umi kamu lagi tertidur, efek dari suntikan obat tadi memang mengantuk bawaannya."

"Sudah, jangan cemas begitu. Umi kamu baik-baik saja kok. Buktinya, dia yang nelpon Dokter tadi buat datang ke rumah ini," sambung Dokter itu dengan wajah sumringah.

Mendengar penuturan Dokter, barulah Karina bisa bernapas lega, "Alhamdulillah, terima kasih banyak ya Dok."

"Sama-sama, Karina. Kalau begitu, saya permisi dulu ya."

"Ba-baik, Dok. Mari saya antar."

"Tidak usah, kebetulan saya juga lagi buru-buru."

Dokter itu pun berlalu, menyisakan Karina dan Dehan di kamar itu, serta umi Karina yang masih tertidur.

"Dehan, ayo aku buatin minum," celetuk Karina, sembari melihat ke arah Dehan yang hanya terdiam sedari tadi.

"Aduh, kayaknya aku langsung pulang aja deh Rin. Gak enak juga berdu...,"

"Udah, ayo. Ini pertama kalinya kamu mampir ke rumah aku, masa langsung mau pulang sih," potong Karina sambil berjalan keluar kamar.

Mau tak mau, Dehan berjalan mengikuti. Tidak mungkin juga ia berdiam diri di kamar itu, "Kita mau kemana, Nes?"

"Hah? Nes?" Karina langsung berbalik menatap Dehan yang berjalan di belakangnya.

Dehan sontak menggaruk kikuk kepalanya yang tak gatal, "Eh, Karina maksudnya."

"Cie, yang keingat istri pagi-pagi begini," goda Karina dengan raut wajah tak menentu.

"Apaansih, Rin. Udah ih, gak usah dibahas. Buruan kalau masih mau bikin minum, atau aku langsung cabut aja."

"Eh, sabar ... sabar. Duduk dulu di sana," Karina menunjuk sofa ruang tengah yang ada di sebelah mereka.

Tak banyak tanya, Dehan langsung berjalan kesana. Lalu Karina lekas ke dapur membuatkan minum.

.....

Selang beberapa menit, Karina pun tiba dengan segelas minuman di tangannya. Kemudian mengambil posisi duduk berhadapan dengan Dehan.

Aneh, Dehan hanya diam saja. Seperti tak tertarik dengan situasi yang terjadi. Padahal jika dilihat dari dirinya yang begitu menggilai Karina kemarin, maka ini adalah kesempatan bagus baginya untuk mengutarakan seluruh isi hati. Namun kenapa ia tak bertindak, ada apa dengannya?

"Han,"

Akhirnya Karina yang buka suara untuk memulai obrolan.

Dehan menoleh santai, "Iya, Rin?"

"Gimana pernikahan kamu?"

Bisa-bisanya kalimat itu lolos dari mulut Karina. Setelah sekian lama, akhirnya ia berani menyinggung hal itu.

Dehan menatap sekilas ke arah Karina dengan wajah datarnya, "Ya, gitu-gitu aja," ucapnya tersenyum tipis.

"Maaf ya, Han. Aku baru berani bahas ini sekarang. Jujur, aku juga kasihan sama kamu. Tapi, ya mau gimana lagi."

"Udahlah, Rin. Yang lalu biarlah berlalu."

"Iya, Han. Tapi aku benar-benar kasihan sama kamu, apalagi pas tau kalau ternyata istri kamu itu diambil dari panti asuhan."

Srep...,

Seketika raut wajah Dehan berubah. Jelas terlihat jika ia sensitif dengan kalimat Karina barusan.

"Kamu yang sabar ya, Han. Aku yakin, pasti suatu saat nanti kamu bakal dapat istri yang sesuai kriteria kamu. Dan lagian banyak juga perempuan yang suka sama kam....,"

"Eh, Rin," tiba-tiba Dehan memotong.

"Aku permisi dulu ya, ini Ali nelpon, gak tau kenapa," lanjutnya terburu-buru, dan langsung beranjak tanpa menunggu persetujuan Karina. Padahal bohong jika Ali menelepon.

"Eh ... ta-tapi, Han. Aku bel....," Karina tidak sempat menyelesaikan ucapannya karena Dehan sudah jauh di depan pintu sana.

Dengan raut wajah yang nampak kesal, Dehan langsung menghampiri motornya yang terparkir di halaman.

Hm, ada apa dengan anak itu. Bukannya senang diajak ngobrol sama Karina, eh malah kesal tiba-tiba tak menentu.

***

Jam sudah menunjukkan pukul 11 siang sekarang. Alih-Alih kembali ke ponpes, Dehan malah asik berkendara di jalan. Tak tahu kemana ia akan pergi.

"Rumah Mama aja deh, pusing mau kemana," terdengar gumam Dehan di atas motor.

15 menit berlalu, dan benar saja jika Dehan sekarang sudah memarkir motornya di halaman rumah megah orang tuanya.

Ting tong....,

Dehan lanjut membunyikan bel rumah.

Tak sampai menunggu 3 menit, pintu rumah sudah terbuka. Menampakkan wajah Mamanya sendiri dari baliknya.

"Dehan," sapa Mamanya sambil celingukan menatap arah belakang anaknya itu.

"Nesya mana?" lanjut Mamanya bertanya.

"Di rumah, Mah," balas Dehan seadanya.

"Kenapa kamu gak ajak dia?"

"Dehan juga cuma kebetulan lewat, jadi sekalian mampir aja," lagi-lagi Dehan penuh kebohongan hari ini.

"Oh, begitu ternyata. Yaudah, ayo masuk."

"Mau Mama buatkan minum?" sambung Mamanya, sembari berjalan masuk ke dalam.

"Gak usah, Mah. Dehan mau istirahat bentar ke kamar Dehan."

Sontak, Mamanya mendelik tajam ke arah Dehan, "Ngaku sama Mama, kamu lagi ada masalah sama Nesya?"

"Hah? Masalah apasih, Mah. Orang kami baik-baik aja kok. Dehan cuma mau istirahat bentar, nanti sore bakal pulang."

"Oh, gitu ternyata. Yaudah sana."

Setelah itu, Dehan pun bergegas menaiki tangga. Ingin melepas rindu dengan kamarnya yang sudah cukup lama ia tinggalkan.

Sesampainya disana, ia langsung merebahkan dirinya di kasur empuk miliknya. Kemudian memejamkan perlahan matanya, sembari menikmati suasana kamar yang begitu ia rindukan.

Ceklek...,

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, rupanya Mamanya lagi.

"Dehan," panggil Mamanya dari ambang pintu.

"Iya, Mah?" sahut Dehan dengan mata terpejam.

"Kapan-Kapan tolong ajak Nesya kesini, Mama minta tolong nih sama kamu yang sebesar-besarnya."

Terlihat Dehan yang menghela napas berat, "Iya, Mah. Nanti Dehan ajakin."

"Kapan?" lanjut Mamanya seakan terus mengganggu istirahat Dehan.

"Nanti, Mah. Kalau Dehan libur."

"Bagus, putra Mama. Semakin rukun kamu sama Nesya, semakin sayang Mama sama kamu."

"Silahkan dilanjut istirahatnya, anak muda," tambah Mamanya, bersamaan dengan ia yang menutup pintu kamar kembali.

***

Pukul 20.00 wib sekarang, satu jam setelah berkumandangnya adzan isya.

Terlihat Dehan yang tergeletak pulas di atas sajadahnya, dan masih di rumah orang tuanya.

Sementara itu, Nesya di rumah sudah cemas karena Dehan yang belum pulang. Takut juga suaminya itu marah atas ucapannya yang mengatainya santri penakut.

Tutt Tutt Tutt

Suara hp Nesya yang menghubungkan ke hp Dehan.

Namun panggilan itu tak kunjung diangkat, sehingga membuatnya semakin yakin jika Dehan sedang marah.

.....

Dan kembali lagi ke rumah orang tua Dehan, terlihat Papa Dehan yang baru masuk ke dalam rumah.

"Eh, Papa udah pulang,"

Mama Dehan menyambut riang suaminya yang baru pulang kerja.

"Mah, yang parkir di depan motor siapa?" tanya Papa Dehan dengan raut wajah keheranan.

Dan yang ditanya tidak kalah herannya, "Hah? Motor? Motor apaan, Pah?"

"Itu di depan, mirip motor Deh...,"

"Ya ampun, Dehan! Anak itu benar-benar!"

Piurrr....,

Mama Dehan berjalan secepat kilat ke kamar atas.

Dan Papa Dehan hanya menatap bertambah bingung.

"DEHAN!" teriak Mamanya penuh kegeraman, yang kini sudah berdiri menyeringai di hadapan Dehan yang tertidur pulas di atas sajadah.

"Hah?!" Dehan sontak terbangun dengan perasaan kaget.

"Berani ya kamu bohongi Mama, katanya bakal pul....,"

"Udah jam berapa, Mah?" potong Dehan memburu.

"Jam berapa ... Jam berapa, jam 8 udahan!"

"Astaghfirullah! Dehan ketiduran, Mah."

"Assalamu'alaikum, Dehan pulanggg,"

Piurrrr...,

Dehan langsung berlari secepat kilat ke bawah sana.

"Wa'alaikumussalam," balas Mamanya pelan, dan jadi bingung sendiri.

....

15 menit dalam perjalanan, Dehan akhirnya sampai ke rumah mereka. Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 20.15 wib, kompleks sekitar sudah sepi.

Tanpa mengetuk pintu, ia langsung masuk karena memang tahu sandi rumah.

"Nesyaaa," panggilnya karena keadaan begitu hening. Namun tak ada yang menyahut.

"Dia kemana sih, apa di ruang tengah?" ucapnya sendirian, sembari berjalan ke ruang tengah.

Sesampainya disana, Nesya tetap tidak ada.

"Loh, kemana dia? Apa di dapur?" gumamnya lagi sendirian, dan lanjut menuju dapur.

Dan benar saja, disana ada Nesya dengan kepala tergeletak di atas meja makan. Serta di atas meja itu banyak makanan yang tersaji, sepertinya ia ketiduran ulah menunggu Dehan.

"Ya ampun, Maaf ya Nes."

Kalimat itu lolos dari mulut Dehan, karena ia paham dengan situasinya. Ya, walaupun hubungannya dengan istrinya memang kurang baik, tapi kalau masalah makan, mereka tetap selalu makan bersama, baik di pagi hari maupun di malam hari.

"Gak enak banguninnya, tapi gak mungkin dia tidur disini. Aku juga takut ke kamar atas sendirian. Ah, bodo amat. Bawa ajalah ke kamar."

Yang benar saja, untuk pertama kalinya ia menggendong istrinya setelah mereka menikah. Hm, jangan-jangan...,

***
Segera!

Vote dan komen !

Continue Reading

You'll Also Like

GEOGRA By Ice

Teen Fiction

2.4M 100K 57
Pertemuan yang tidak disengaja karena berniat menolong seorang pemuda yang terjatuh dari motor malah membuat hidup Zeyra menjadi semakin rumit. Berha...
1.6M 115K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
2.6M 140K 62
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 55.6K 25
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...