Hello Max

By virgogerls

856K 79.1K 1K

Percayakah kamu akan transmigrasi? Awalnya, Althaia tak percaya akan transmigrasi yang terjadi pada novel-nov... More

00. •Prolog•
01. •Dunia Lain•
02. •Sadar•
03. •Bertemu•
04. Althaia
05. Maximilian Archard
06. Bertemu lagi
07. Pulang
08. Mata-mata
09. Luka
10. Murid Baru IHS
11. Max dan Dylan
12. Bimbang
13. Bertahan
14. Bahaya
15. Restu
16. Bukan Keluarga Bahagia
17. Mengunjungi Mama
18. Waktu Berdua
19. Malam Bahagia
20. Marah
21. Tak Sengaja Bertemu
22. Fakta Baru
23. Awal Kehancuran
24. Mimpi
25. Damai dan Bahagia
26. Berlalu
27. Pilihan
28. Maaf
29. Terikat
31. Bertahan atau Meninggalkan?
32. End
X-tra Part 1&2
X-tra Part 3
announcement+ask
X-tra Part 4+5
Cerita Baru

30. Firasat

10.9K 1K 2
By virgogerls

Sepulang dari dermaga, Max mengantar Althaia ke rumah. Kedua insan yang tengah berbahagia itu tak henti-henti menebar senyum sepanjang perjalanan. Tak jarang Max melontarkan candaan yang membuat Althaia tertawa tanpa beban.

Motor sport milik Max sampai di depan gerbang rumah Althaia.

“Gak mau mampir dulu?”

“Gak usah, udah malam. Aku langsung pulang aja.”

“Oke. Hati-hati.”

“Salam buat Mama Papa.”

“Nanti aku salamin.”

Setelah memastikan motor Max hilang dari pandangannya, Althaia langsung berlari kecil menuju rumahnya. Tangannya menggapai gagang pintu untuk dibuka.

Kedatangan Althaia disambut oleh Mamanya yang tengah menyiapkan makan malam. Althaia meringis pelan karena lupa mengabari Mamanya jika ia makan di luar dengan Max.

Althaia berusaha menelan makanannya dengan susah payah. Meskipun perutnya terasa bergejolak. Sebisa mungkin ia menutupi ekspresinya dengan wajah tenang.

“Cincin baru?” tanya Abraham dengan nada menyelidik.

Tubuh Althaia tersentak. Wajahnya kontan merona menyadari tatapan penuh tanya dari Mama dan Papanya.

“Dikasih Max,” ucap Althaia dengan nada lirih.

Jawaban Althaia membuat kedua orang tuanya menatap serius ke arah gadis itu.

“Maksud kamu? Semacam lamaran?”

Althaia mengangguk kaku. Jantungnya berdegup kencang karena takut jika kedua orang tuanya akan marah. Biar bagaimanapun, usianya belum menginjak angka ideal untuk menikah.

[Hello Max]

Althaia merebahkan tubuhnya di ranjang dengan kasar. Helaan nafas panjang keluar dari mulutnya. Tangannya mengacak rambut dengan kasar.

Deringan ponsel membuatnya beranjak menuju sling bag yang diletakannya di meja belajar. Terpampang nama Max sebagai penelepon.

“Halo.”

“Hai. Udah mau tidur? Aku ganggu gak?”

“Ah, gak. Aku belum mau tidur. Kenapa?”

“Aku kangen.”

“Baru beberapa jam kita pisah.”

“Gak tahu ya, rasanya udah lama kita gak ketemu.”

Althaia memutar bola matanya jengah. “Ada-ada aja kamu.”

“Jadi gak sabar buat nikahin kamu, terus aku bisa lihat kamu setiap hari dan pasti sepuasnya.”

Tubuh Althaia menegang. Ia menatap ponsel di genggamannya dengan wajah kaku.

“Halo Althaia. Kamu masih di sana kan?”

“Iya. Ehm, Max.”

“Ada apa? Kenapa suara kamu aneh. Ada yang mau kamu omongin sama aku?”

“Ada, tapi janji ya jangan marah?”

“Apa dulu, aku gak bisa janji buat gak marah.”

“Ya udah gak jadi.”

“Kenapa sih? Aku usahakan untuk gak marah."

“Tentang tadi.”

Terdengar jeda sebelum Althaia meneruskan ucapannya.

“Aku sangat bahagia kamu punya niat serius untuk mengikat aku. Tapi, aku usiaku masih sangat muda untuk menikah. Aku belum menyelesaikan kuliahku dan aku masih memiliki mimpi-mimpi yang belum terwujud. Kamu gak apa-apa kan nunggu aku sampai lulus nanti?”

Max terdiam cukup lama. Hal itu membuat Althaia takut setengah mati. Takut jika Max tidak menyetujui keputusannya. Dan takut jika Max meninggalkannya.

[Hello Max]

Pagi yang cerah menyambut Althaia. Gadis itu masih betah meringkuk di balik selimutnya. Menutupi seluruh tubuh dari ujung kepala hingga kaki.

Cahaya matahari yang menembus melalui jendela kamarnya tak membuat tidur Althaia terusik. Bahkan suara ketukan pintu kamar tak membuat matanya terbuka sedikitpun.

Seseorang di balik pintu kamar Althaia berdecak sebal. Orang itu langsung meminta kunci cadangan guna membuka kamar Althaia.

Setelah berhasil membuka pintu sepenuhnya, orang itu langsung berkacak pinggang. Tanpa aba-aba, tangannya menyingkap selimut yang membungkus tubuh Althaia hingga terbuka sepenuhnya.

“5 menit lagi, Mama,” gumam Althaia yang berusaha menarik kembali selimutnya. Namun nihil, bukannya mendapat selimut untuk menutupi tubuhnya, Althaia justru mendapatkan tamparan keras di lengannya.

“Bangun gak Lo!”

Mendengar suara cempreng itu, berhasil membuat mata Althaia terbuka sempurna.

“KAK ATHENA!!” pekik Althaia terkejut. Ia langsung berdiri dan meraba wajah Athena dengan hati-hati.

“Ini beneran Lo? Gak halu kan gue?”

Athena yang mendengar itu hanya mampu mendengus sebal. Ia mencubit pipi adiknya sedikit kasar. Hingga menimbulkan pekikan nyaring dari mulut Althaia.

“Lo kira ini arwah gue yang datang buat bangunin Lo?!”

“Kenapa Lo pulang? Bukannya libur semester masih lama?”

“Kakak Lo pulang bukannya senang malah heran. Lama-lama gue blacklist dari saudara juga Lo.”

“Biasanya anak kedokteran itu sibuk banget. Bahkan sampai ada yang gak tidur.”

“Itu mereka, bukan gue. Nyatanya gue masih bisa tidur dengan nyenyak.”

“Lo belum jawab pertanyaan gue tadi ya, kenapa pulang? Ada hal penting, kah?”

Athena menggeleng. “Gue kangen sama kalian.”

Althaia langsung memeluk kakaknya dengan erat. “Gini nih kalau anak manja disuruh hidup sendiri di perantauan.”

“Adik sialan Lo!”

Pelukan keduanya terlapas kala mendengar suara deheman keras dari arah pintu. Althaia yang menyadari kehadiran Papanya hanya mampu tersenyum lucu.

“Sekarang ayo keluar buat sarapan. Mama udah tunggu di meja makan.”

Di meja makan, hanya ada suara hening yang mendominasi. Tak ada percakapan apapun yang keluar dari mulut mereka.

Hingga acara sarapan telah selesai. Barulah Abraham selaku kepala keluarga membuka suaranya.

“Bagaimana dengan kuliah kamu, Athena. Apa kamu betah tinggal di kost-kostanmu itu? Apa gak sebaiknya kamu pindah ke apartment? Papa bisa belikan kamu apartment supaya lebih nyaman.”

“Aku nyaman-nyaman aja tinggal di kost. Penghuni kost yang lain baik kok sama aku. Papa gak perlu khawatir. Gak perlu beli apartement buat aku tinggali.”

“Kamu yakin?”

“Sangat yakin. Lagipula, aku lebih suka tinggal di kost karena bisa bersosialisasi dengan bebas. Kalau di apartment sepertinya aku akan kesepian.”

Althaia hanya menyimak percakapan antara Papa dan kakaknya itu. Sesekali ia akan menyahuti jika diberi pertanyaan yang hanya seputar dunia perkuliahan.

Satu per satu anggota keluarga beranjak dari meja makan. Abraham langsung pergi menuju tempat kerjanya. Sedangkan sang istri kembali menjalani tugasnya sebagai Ibu Rumah Tangga.

Beralih pada Althaia dan Athena yang kini tengah berdiam diri di kamar milik Althaia. Kakak beradik itu duduk berhadapan di atas kasur. Raut wajah Athena yang berubah sendu membuat Althaia khawatir juga bingung secara bersamaan.

“Are you ok?” tanya Althaia hati-hati.

Athena menghembuskan nafas kasar. “Perasaan gue akhir-akhir ini gak enak banget.”

“Kenapa?”

“Beberapa hari ini gue selalu mimpi hal yang sama. Yaitu kehilangan Lo.”

“Kok bisa?”

Tatapan Athena nampak kosong. Gadis itu tengah menerawang dan mencoba mengingat mimpinya yang terasa begitu nyata. Hingga ia merasa ketakutan setiap saat. Akhirnya, ia menceritakan semuanya pada Althaia.

Althai shock. Jelas, siapa yang tak terkejut jika diceritakan mimpi yang begitu menyeramkan. Apalagi dalam mimpi itu terdapat dirinya.

“Kak, mimpi itu hanya bunga tidur.”

“Kata orang, jika kita memimpikan seseorang yang meninggal, maka seseorang itu akan memiliki umur yang panjang. Gue yakin mimpi gue itu tanda bahwa Lo akan berumur panjang.”

“Semoga aja,” balas Althaia dengan senyum yang meyakinkan.

“Mau refreshing otak gak?”

“Gimana caranya?”

“Jalan-jalan! Kita muter-muter tanpa tujuan biar otak Lo gak mumet.”

“Boleh. Gue juga mau nyoba motor baru Lo.”

“Tapi jangan lupa mandi!” peringat Althaia seraya terbahak. Apalagi melihat wajah muram milik Athena.

Keduanya langsung berlari ke kamar mandi masing-masing. Membersihkan diri sebelum pergi mengelilingi kota Jakarta.

“Mau kemana kalian?” tanya Hani begitu melihat Althaia dan Athena yang kompak keluar menggunakan baju cukup rapi. Wajah keduanya juga dipoles make up tipis.

“Jalan-jalan naik motor,” ucap Althaia bercanda.

Hani menggelengkan kepalanya heran. “Hati-hati, jangan ngebut bawa motornya.”

“Siap Ibu negara!”

Athena langsung mengeluarkan motor Althaia dari garasi. Ia memasang helm demi keselamatan dalam berkendara. Berbeda dengan Althaia yang nampak enggan memakai helm. Entah mengapa gadis itu ngotot tak ingin memakai helm.

Athena melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Keduanya benar-benar menikmati waktu berkendara dengan nikmat.

“Perasaan waktu gue di Jakarta dulu gedung ini belum ada,” ucap Athena memulai obrolan di perjalanan.

“Ya kan waktu 1 tahun itu bisa mengubah segalanya.”

“Benar juga sih.”

“Ngebut dong. Gak asik Lo naik motornya kayak siput."

Athena berdecak. Ia langsung mengegas motornya dengan kecepatan tinggi. Althaia bersorak dengan senang. Benar-benar menikmati waktu dengan kakaknya.

“KURANG CEPAT KAK!” teriak Althaia melengking.

“LO MAU NANTANG MALAIKAT MAUT HAH?!”

“IYA!!!”

BRAK

TIN

BRUGH

Setelah mengucapkan kata tadi, sebuah truk yang sedang melaju dengan kencang menabrak motor yang dikendarai Athena.

(To be continue )

Versi lengkap bisa dibaca di karyakarsa ya. Dengan harga 2k kalian bisa baca part 30 hello Max😺

https://karyakarsa.com/Virgogerls04/hello-max-312343


With love
-aku 

Continue Reading

You'll Also Like

569K 22.1K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
1.1K 98 18
Bagaimana orang yang sudah ditunggu kehadirannya dalam waktu yang lama direbut begitu saja? Jangan merebut apa yang sudah jadi milikku. • Alfareezel...
6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
8K 612 26
CERITA LENGKAP!! [13+] = Toxic Masa gua sama orang rendahan? Gak Level kali. Tanpa kusadari kata-kata 'gak level' menjadi kata andalanku untuk menola...