Will You be Mother for my Dau...

By Kupukupukecil

10.3M 528K 22.3K

Bagaimana jika aku menjadikanmu satu-satunya wanita dalam hidupku? Bagaimana jika kau juga menjadikanku... More

PART 1 | Angkot Hijau Pengusik Hidupku - Reno
PART 3 | OH DAMN !!! - Reno
PART 4 | MAMA - Sharen
PART 5 | Penyelamat
PART 6 | SHAREEEN ?!! - Reno
PART 7 | SHAREN POV
PART 8 | Ibu-Ibu yang mengidamkan menantu!
PART 9
PART 10 | I Love The Way You Call My Name
PART 11 | Must Be Something
PART 12 | Entahlah... - RENO
PART 13 | Menyenangkan juga.. - SHAREN
PART 14 - Shocking....
PART 15
PART 16 | FINALLY..
PART 17 | BERSABARLAH!! - RENO
PART 18 | Ibu Dari Anakmu - SHAREN
PART 19 | SORRY
PART 20 | 1.4.3
PART 21 | The time we're Falling in Love
PART 22 | You're Mine, finally.
PART 23 | Sesuatu yang muncul diantara kita
PART 24 | Can't Lose You
PART 25
PART 26 | I Love You, HUBBY!
PART 27 | You're My Destiny
PART 28 | Different
PART 29
PART 30 | How Am I Supposed To Live Without You
PART 31
PART 32 | RAFFERTY!!!!
PART 33 | Stick With You
PART 34 | ENDING - Cause Love is More Than Word
You and I
EXTRA PART
HARU JINO STORY

PART 2 | Suami Idaman - Sharen

296K 19.4K 674
By Kupukupukecil

"Yeeee.. akhirnya kita nyampe tante" Lengkingan Dzikra terdengar, ia meloncat-loncat di dalam angkot saat angkot yang aku tumpangi sudah berhenti. Hari ini adalah hari paling menyebalkan di dunia! Bagaimana tidak, harusnya ini jadwalku bangun siang hari tetapi tiba-tiba saja tante Neni datang ke rumahku, membawa Dzikra dan bilang padaku untuk menemani cucunya itu pergi ke Floating Market. Baiklah, baiklah.. tempatnya memang nyaman, aku suka , tapi yang membuat aku tidak suka adalah.. KENAPA HARUS HARI INI ! dan yang paling parah adalah KENAPA HARUS NAIK ANGKOT! Dan dengan polosnya tante Neni berkata kalau sebenarnya ini acara ibu-ibu PKK, mengajak anak-anak mereka ke Floating Market. Bagus, setelah naik angkot, bersatu bersama ibu-ibu! Tante Neni bilang tadinya memang dia berencana membawa Dzikra kesana tapi tiba-tiba saja suaminya yang bekerja di Batam pulang ke Bandung dan mau tidak mau ia harus bersama suaminya dan menitipkan cucunya padaku. Bilang saja mereka mau berduaan! Ini bukan sekali atau dua kali! Setiap om Nurdin pulang tante Neni selalu mengungsikan Dzikra padaku. Mentang-mentang aku tak punya acara bersama kekasih. Ya Tuhan betapa menyedihkan.

"Tante.. ayoo" Dzikra menarik-narik ujung bajuku. Yang lain sudah turun dari angkot sementara aku masih disini meratapi nasib.

"Ya, ayo" Ucapku. Aku lalu turun dari angkot dan menggendong Dzikra. Diluar para ibu-ibu PKK sudah berkumpul dan saling mengangkat tangan masing-masing,mereka sedang di absen.

"Ibu Neni" Ucap bu Mimin, ketua PKK. Aku mengangkat tanganku. "Saya keponakannya bu, mewakili ibu Neni" Ucapku.

"Oh iya neng maaf ibu lupa" Kekehnya. Di maafkan bu, di maklum juga. Ibu kan sudah berumur.

"Ya, ibu-ibu sekalian.. absen sudah selesai, sekarang silakan pergi ke tempat tujuan masing-masing. 30 menit dari sekarang kita akan berkumpul di tempat Outbond untuk menyaksikan anak-anak bermain Outbond. Jadi sebelum itu, selamat bersenang-senang! Jangan lupa tukarkan tiket masuk dengan minuman yang ada di dalam sana." Bu Mimin sudah selesai berbicara sementara Dzikra begitu antusias untuk masuk kedalam, ia terus -menerus menarik-narik tanganku, dan pada akhirnya dengan pasrah aku mengikutinya.

Sebenarnya untuk anak kecil, tempat ini tidak terlalu istimewa, kalau disuruh memilih aku lebih suka membawa Dzikra ke Taman Lalu Lintas! Disana lebih edukatif, lebih bermanfaat, dan jauh lebih cocok untuk anak-anak. Kalau disini, ini sih lebih cocok untuk anak muda yang berpacaran.

"Tante, Dzikra mau tahu bulat" Nah mulai deh si dzikra mengeluarkan apa yang dia mau. Aku menuntun tangannya pada pendagang tahu bulat. Disana ada sebuah tulisan 'tidak menerima uang tunai, harap tukarkan dengan koin yang berada di counter koin' . aku lupa, disini memang membayar dengan menggunakan koin. Dengan menggendong Dzikra, aku menghampiri counter koin dan mengantri untuk menukarkan uangku dengan koin disana.

Disini begitu penuh, walaupun berat aku terpaksa harus menggendong Dzikra karena takut dia hilang, dan mengantri menukarkan koin pun aku harus tetap menggendongnya. Aku menyapukan pandanganku ke semua penjuru tempat ini, tepat di ujung sana dibawah tulisan FLOATING MARKET LEMBANG seorang pria tengah menggendong anak perempuan dan menyelendangkan tas bergambar Frozen lalu melambaikan tangannya pada sekumpulan orang-orang berpakaian rapi di depannya, disana terdapat sebuah tulisan 'Private Party' . aku hampir saja tertawa kalau tidak ingat sedang dimana aku sekarang. Private Party? Whaaaat! Di tempat ramai begini mereka mengadakan Private Party? Private Party itu cocoknya di hotel, atau gedung serbaguna RW mungkin, tapi ya terserah saja lah toh itu juga bukan urusanku. Lagipula kenapa aku sewot begini, kenal mereka juga tidak.

Aku kembali memfokuskan penglihatanku ke depan, ke jajaran antri koin dan syukurlah hanya tinggal dua antrian lagi. Dzikra sibuk melihat dan menunjuk ini itu sementara aku sibuk menahan berat tubuhnya yang sepertinya hampir satu karung beras!

"Bu.. kenapa kok lama buu" Ucapnya tiba-tiba. Lah, mulai deh ini anak. Aku tersenyum "Iya sebentar ya bu, ini kan masih mengantri. Harus tertib bu, nanti juga dapet giliran"

"Tapi lama bu, itu si anak-anak kan nunggu bu" Ucapnya lagi dengan bibirnya yang di monyong-monyongkan dan tangannya yang langsung memainkan rambutnya. Aduh kalau si Dzikra sudah begini itu suatu kesusahan yang luar biasa buat aku. Dia baru berumur tiga tahun tapi berbicaranya sudah lancar dan banyak kosakata-kosakata aneh dia kuasai. Anak perempuan biasanya memang banyak berbicara, tapi keponakanku yang satu ini seperti pahala sholat berjama'ah. 70 kali lipat!

"Tante, tante coba Tanya dede.bu.. Mau kemana gitu" Dzikra memegang pipiku dan tersenyum. Hadeuh main drama disini?

"Nanti ya, kita antri dulu" Ucapku pelan. Dzikra mengerucutkan bibirnya.

"Ih si ibu.. gitu!" Rajuknya. Orang-orang disampingku hanya tersenyum melihat tingkah gemasnya sementara aku hanya bisa membalasnya dengan kekehan kecil. Antrian di depanku sudah habis dan sekarang giliran aku yang menukarkan uangku. Alhamdulillah..

"Mau tukar berapa teh?" Penjaga koin menanyaiku. Aku tersenyum "50 ribu" ucapku seraya menyodorkan uang 50 ribu yang sudah ku genggam sejak tadi. Penjaga koin itu tersenyum dan menyodorkan beberapa koin. Aku membalas senyumannya seraya melangkahkan kakiku langsung ke tempat tahu bulat. Aku menurunkan Dzikra dari gendonganku dan menggenggam tangannya.

"Tahu bulatnya 1 bungkus ya bu" Aku berbicara pada pedagang tahu seraya memberikan koin 10 ribu. Sebenarnya dalam hati cukup kesal karena harga tahu bulat ini sungguh fantastis sekali! WOW! 10 ribu hanya dapat 4 biji! Sedangkan kalau beli sendiri di pasar 4000 dapat 10! Ohoo sungguh laba yang luar biasa untuk si ibu penjual ini. Tapi kalau dilihat-lihat memang makanan disini mahal semua, Lontong Kari saja yang biasanya paling mahal hanya delapan ribu, disini menjadi dua puluh ribu. Kalau satu hari saja aku tinggal disini dan kelaparan lalu membeli beberapa makanan disini, jatahku untuk satu bulan pasti lagsung habis tak bersisa.

"Yeay! Tahu bulaaaat" Lengkingan dzikra terdengar begitu tahu bulat berada dalam genggamannya, aku menggiringnya menuju kursi dekat jembatan dan mendudukannya disana sementara aku memanfaatkan waktuku untuk beristirahat sebentar, mengambil coklat dari dalam tas Dzikra dan juga meneguk air putih dari Tupperware bergambarnya. Mataku yang memang selalu jelalatan kini memulai aksinya, dan kekepoan ku yang luar biasa membawa kembali mataku pada sebuah tempat yang sejak tadi aku perhatikan. Tempat dilaksanakannya sebuah Private Party itu.

Laki-laki yang sejak tadi menyelendangkan tas bergambar Frozen sedang merogoh tas nya dan mencari-cari sesuatu. Walaupun aku hanya melihatnya dari kejauhan dan dari samping, tapi sudah terlihat dengan sangat jelas kalau laki-laki itu tipe suami idaman banget! Dilihat dari samping sepertinya wajahnya tampan, itu masuk ke dalam daftar no 1 yang paling dicari wanita. Selain tampan, dia juga kaya! Haha sudah jelas sekali, tidak mungkin dia berada di sebuah pesta yang mewah gitu kalau dia biasa saja, dari gayanya juga sudah terlihat sekali ia sangat berkelas. Ya tuhan.. seandainya dia mau sama aku, duda pun aku mau kalau dikasih yang ganteng begitu, kaya pula. Kan gak usah kerja! Bisa jadi nyonya rumah.. muahahaha . nah kan, aku mulai berkhayal! Astaga.. cukup Sharen..cukup!


******


Satu jam selanjutnya hanya aku habiskan dengan berkeliling seorang diri. Jomblo banget kan gue! Kalau kata temen-temen sih aku itu jomblo bertahan. Hiks.. hebat yah jadi jomblo aja ada predikatnya. Tapi setidaknya aku lebih unggul dari semua teman-temanku, karena selain jomblo bertahan aku juga jomblo berkarir! Hadeuh, mulai kan.. kenapa kesannya aku bangga sekali dengan kejombloan ini.

Setelah membeli tahu bulat tadi, tiba-tiba saja tante Neni bersama Om Nurdin muncul dihadapanku, tersenyum penuh arti lalu merenggut Dzikra dariku. Aku tidak tahu kalau mereka akan menyusul, dan saat aku tanya kenapa mereka tiba-tiba ada disini, dengan polosnya mereka malah menjawab "Kan kita juga kepingin seperti anak muda Sharen, masa dirumah terus. Ya pengen dong jalan-jalan, bareng cucu" dan aku hanya mendengus menjawabnya. Jalan-jalan bareng cucu! Haaa.. bagus, kakek nenek yang begitu penyayang. Patut ditiru! Tapi patut di demo juga! Kalau mereka mau kesini kenapa harus repot-repot mengganggu hariku dan menyeretku kesini, mereka bisa menitipkan Dzikra pada bu Mimin atau mereka bisa pergi menyusul bertiga. Atau paling mentok, mereka bisa mengatakan padaku kalau mereka akan menyusul dan aku bisa membawa temanku untuk pulang bersamaku setelah mereka berada disini dan mengambil alih Dzikra. Kalau begini kan malah aku yang jadi korban, malah aku yang tersisih. Mereka bersenang-senang sementara aku hanya sendiri meratapi nasib. Tidak mungkin juga kalau aku bergabung bersama mereka, tadi saja di angkot telingaku sudah hampir sobek mendengar suara-suara ibu-ibu. Aku menelan gigitan coklat terakhirku dengan penuh nafsu. Sabar-sabar..

"Papaa.. hiks" Aku mendengar suara anak kecil yang tiba-tiba saja mengalihkan perhatianku. Buset deh, gak mungkin kan kalau jam segini hantu anak kecil gentayangan. Aduh, kenapa pula mikirnya seperti itu! Karena penasaran, pada akhirnya aku menoleh ke sekitarku dan di ujung sana aku melihat anak perempuan sedang menangis seraya menarik-narik rambutnya yang tersangkut pada akar pohon. Ya tuhan, kasihan sekali. Aku segera menghampirinya.

"Anak cantik kenapa menangis disini?" Tanganku meraih rambutnya yang tersangkut dan membantu menguraikannya.

"Papaaa.." Ia melihat rambutnya yang ku uraikan, menatap mataku lalu menangis dengan begitu kencang. Mata bulatnya terus menerus mengeluarkan air mata dan tangan kecilnya menghapusnya dengan tergesa.

"Jangan menangis ya sayang, tante bantu lepasin rambutnya" Aku tersenyum padanya, mengusap pelan kepalanya lalu kembali menguraikan rambutnya. Ia masih terisak tapi tangisannya tak sekencang tadi, ia mulai tenang dan kembali melihatku menguraikan rambutnya. Aku sedikit kesusahan, rambut anak ini cukup panjang dan entah apa yang dilakukannya sampai-sampai rambutnya bisa begitu melilit pada akar pohon disini.

"Kenapa rambutnya bisa begini ?" Aku membuka suaraku, dia menatapku dalam-dalam dan sedetik kemudian kembali menangis dengan kencang. Nah, lupa gue! Menanyakan 'Kenapa' pada anak kecil sama dengan menyuruhnya menangis sehari semalam. Bodoh!

"Haru.. tadi.." Suaranya tersendat-sendat. Aku menatapnya dengan haru. Eh tadi dia menyebutkan namanya? Haru?

"Tadi.. tadi haru lihat kupu-kupu.." Ia kembali tersendat-sendat. Aku sudah berhasil menguraikan rambutnya dan merapikannya dengan tanganku, kupeluk tubuhnya dan ku usap punggungnya, mencoba memberikannya ketenangan lewat perlakuanku. Ia masih terisak dan tanpa ku duga ia maleh mengeratkan pelukannya padaku dan kembali menangis dengan kencang. Aduh, kasihan sekali dia. Ini orang tua nya mana sih kenapa mereka membiarkan anaknya berkeliaran sendiri. Sudah untung rambutnya hanya tersangkut, bagaimana kalau dia jatuh ke kolam.

"Aduh neng, anaknya tadi hilang? Syukur ya udah ketemu" Seorang bapak-bapak yang lewat di depanku melihat momen haru kami dan tersenyum, aku hanya membalasnya dengan senyuman seperlunya saja. Malah disangka dia anakku kan, padahal tadi aku sendiri dan sekarang malah sudah memeluk seorang anak yang aku tidak tahu anak siapa ini.

"Sudah.. jangan menangis ya" Aku kembali mengusap punggungnya, menggendongnya dan mendudukkan tubuhku di kursi. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya. Duduk dipangkuanku dan menatapku.

"Tante siapa?" Lah, setelah apa yang aku lakukan dan apa yang kami lalui bersama baru dia nanya aku siapa. Astaga.. nak, kalau aku penculik, mungkin kamu baru nyadar pas kamu udah ada di markasku.

"Tante bidadari" Ucapku. Kalau mama mendengar, sudah pasti dia langsung menyiramku dengan air seember. Kata mama, mana ada bidadari jomblo, gak ada yang deketin satu pun. Hahaha mama tau sekali bikin orang ngenes. Aku kembali melihat anak itu, sungguh.. anak ini benar-benar berbeda, sekarang ia malah menatapku dengan wajah yang berbinar.

"Beneran? Tante bidadari? Berarti tante kenal mama Haru?" Ucapnya. Aku mengerutkan keningku.

"Mama?" Ucapku. Dia mengangguk. "Iya, papa bilang mama Haru itu sekarang menjadi bidadari. Kalau Haru menjadi anak yang baik, nanti haru ditemani bidadari, ditemani mama juga. Walaupun haru belum liat mama" Ada sebuah kerinduan yang mendalam pada sorot mata anak yang berada dipangkuanku ini. Aku mencelos, langsung mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Haru. Mamanya sudah meninggal. Satu dari sekian penyebab dia hanya berteriak papa saat menangis tadi. Seketika saja perasaan bersalah langsung membanjiri hatiku, aku hanya berniat bercanda padanya karena anak lain yang menanyakan siapa aku selalu ku jawab dengan hal yang sama tapi mereka akan tertawa dan berkata kalau aku berbohong karena bidadari itu tidak ada. Dan anak ini malah menganggapku benar dan langsung mempercayaiku, ada sebuah harapan yang besar yang kulihat dari binar matanya. Aku tersenyum seraya mengusap kepalanya.

"Hehe, maaf ya tadi tante berbohong. Tante bukan bidadari, tante manusia. Sama seperti Haru" Ucapku. Anak itu menundukkan kepalanya, tangannya saling bertaut lalu mulutnya mengerucut, dan matanya berkaca-kaca. Satu hal yang menjadi kelemahan terbesar dalam hidupku adalah melihat keadaan paling menyedihkan dimana seorang anak kecil bersedih.

"Aah.. Haru, nama kamu Haru kan?" Aku mencoba mengalihkan perhatiannya. Ia mengangkat kembali kepalanya lalu tersenyum.

"Iya, namaku Haru. Haruna isnaini putri renova" Ucapnya. Aku tersenyum, nama yang indah. Tapi nama yang merepotkan juga. Repot pada saat ia mengisi lembar jawaban untuk ujian.

"Nah, nama tante Sharen.." Ucapku. Dia mengangguk "Terimakasih tante, sudah membantu Haru" aku tersenyum seraya mengusap kembali kepalanya. Aku angkat tubuhnya dan ku dudukkan ia disampingku.

"Jadi, tadi rambut Haru kenapa bisa nyangkut begitu?" Jujur saja aku masih penasaran dengan apa yang Haru lakukan sampai-sampai rambutnya seperti itu. Haru menggoyang-goyangkan kakinya.

"Tadi ada kupu-kupu tante, bagus sekali. Seperti kupu-kupu dalam mobil papa yang Haru rusak. Haru ingin mengambilnya, dia sembunyi dibawah pohon itu, haru merunduk bergerak kesana-kemari tapi kupu-kupunya pergi dan rambut haru malah nyangkut" Jelasnya. Aku tertawa "Jadi yang bikin Haru menangis karena kupu-kupunya pergi atau karena rambutnya rusak?"

Haru menggelengkan kepalanya, ekspresi wajahnya lalu berubah menjadi sedikit kesal dan juga penuh dengan kengerian. "Jino bilang harus hati-hati, rambut Haru bagus. Kata Jino kalau ada yang menarik rambut Haru nanti Haru botak" Dia mengucapkannya seraya bergidik ngeri, mungkin membayangkan nasibnya yang akan menjadi botak hanya karena rambutnya tersangkut akar pohon, dan aku hanya bisa tertawa mendengarnya. Dasar anak kecil! Kenapa polos sekali, aku benar-benar tak bisa menghentikan tawaku, sementara dia malah menatapku heran lalu ikut tertawa bersamaku. Lah, kita mulai gila.

"Haruna...Haruu.. Astaga, Haruuuuu!!!" dan tiba-tiba saja suara seorang laki-laki menghentikan tawaku yang begitu kencang. Ia berlari kearah kami dan dengan secepat kilat memeluk Haru yang berada disampingku. Aku melihatnya dari atas sampai bawah. Ini kan..

"Anakku.. Ya Tuhan, syukurlah kamu ketemu nak" Dia masih memeluk Haru dengan begitu erat. Aku hanya diam mematung ditempatku duduk,bingung harus melakukan apa dan mengatakan apa. Laki-laki itu yang tadi ku lihat terus menerus menyelendangkan tas bergambar Frozen dan sampai saat ini pun tas itu masih menggantung di tangannya. Aku kembali memperhatikannya, ia kini melepaskan pelukannya pada Haru dan melihat seluruh tubuh Haru, memastikan bahwa anak itu tidak apa-apa dan kembali memeluknya. Begitu cemas dan khawatir, aku bisa melihatnya dengan jelas lewat gayanya yang sekarang sudah sangat berantakan dan kacau. Nafasnya juga begitu memburu, ia mungkin berlari-larian mencari Haru.

"Papaa.. Haru sesak napas" Suara Haru terdengar . dan sebuah panggilan menyetrum bawah sadarku dan membuat hatiku mencelos. Papa? Ah, laki-laki yang tadi sempat ku idamkan ternyata..

"Maaf ya sayang, papa tadi nyariin Haru. Haru kemana saja?" Ucapnya lagi. Ia mengusap pelan kepala Haru lalu mencium kening anaknya. Dan sebuah momen kecil ini membuat hatiku menghangat. Aku tersenyum, ingin mengatakan sesuatu tapi ku urungkan. Jadilah aku hanya bisa kembali diam ditempat.

"Tadi ada kupu-kupu seperti di mobil papa, Haru ingin mengambilnya tapi rambut Haru malah nyangkut di akar, susah dilepasin, tapi ada tante Sharen yang menolong Haru. Tadi Haru menangis, tapi tante Sharen memeluk Haru"

Saat namaku terdengar dari mulut Haru, jantungku mendadak berhenti dan aku semakin mematung ditempatku. Laki-laki itu melihat ke arahku, ia sedikit terkejut melihatku. Kenapa? Ada yang aneh?

"Terimakasih"Suaranya terdengar, pupil mataku terbuka begitu lebar. Dia mengucapkan terimakasih dengan senyumnya yang.. oh tuhan.. aku ingin pingsan disini juga.

"Tante, ini papa Haru" Haru tersenyum padaku sementara aku hanya membalasnya dengan senyum seperluku.

"Nama saya Reno, sekali lagi terimakasih karena sudah menolong Haru" Ucapnya. Ia mengulurkan tangannya ke arahku, sementara aku hanya bisa menatap wajahnya serta tangannya bergantian. Aku tersenyum kaku. "Emm.. maaf, bukan Mukhrim"

Dengan begitu bodohnya, bukannya menyambut uluran tangannya aku malah mengucapkan kata-kata yang sungguh aku sesali sekali dalam hati. Laki-laki itu tersenyum, ia lalu kembali menarik tangannya dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia pasti malu, aku tahu itu. Jangankan dia, aku saja malu. Kok sok suci banget sih Sharrr.. biasa juga langsung samber, sekarang kenapa jadi diam seperti ini? Aduh, ada yang tak beres denganku.

"Maaf, saya ada urusan. Saya duluan" Aku menundukkan kepalaku, tersenyum pada Haru dan secepat kilat beranjak dari sana. aku tidak peduli apa yang pria itu pikirkan, yang jelas cara terbaik saat ini adalah.. pergi!



- TBC -



Continue Reading

You'll Also Like

780K 31.6K 37
Pernah denger nggak ada mitos yang bilang kalau dua orang yang wajahnya mirip itu berarti jodoh ? dan itu yang dialami nadin, di hari pertama dia men...
287K 41.9K 17
(Spin Off My Reason of Love, bisa dibaca terpisah) Cerita ini hanya berupa mini novel, tidak begitu panjang. *** Devan Singgih, menghabiskan waktunya...
667K 22.8K 23
Sequel My Lovely Maid / COMPLETE Dimana tempat yang kau inginkan sebagai tempat honeymoonmu? Semua impianmu pasti akan terwujud jika suamimu adalah C...
1.2M 54.5K 43
follow dulu apabila ingin membaca! Happy Reading! "Aku membencinya, dimulai dari perkenalan yang luar biasa tidak terduga. Aku benci sifatnya yang e...