About You

Від fairytls

56K 5.5K 3.8K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Trauma terhadap cinta membuat Leone Ice Fox tak ingin menjalin hubungan d... Більше

A T T E N T I O N
P R O L O G U E
1. Leone Ice Cole
2. Ocean Javiera
3. School
4. Clubbing
5. Girlfriend? Big No!
6. Ocean is a Germ
7. Freaky Girl
8. What? Mr. Ice
9. Gifts
10. Ck! She's Noisy
11. Damn! Crazy Girl
12. Poor Ocean
13. She's Not Cinderella
14. Physics Olympiad
15. She's Says "I Love You"
16. Family Date
17. Nightmare, Hug, and Hallucinations
18. Denial
19. Angry
21. I Apologize
22. Who's she?
23. I Gotta Go
24. Missing You
25. Musée du Louvre

20. Can I Eat Your Lips?

1.7K 212 219
Від fairytls

Dari sekolah Leone langsung meluncur mengemudi silver megacar-nya menuju Cole Corporation. Papa Leone mengadakan rapat hari ini sehingga ia harus hadir di sana.

Ketika kendaraan roda empat itu berhenti berputar. Leone membuka pintu mobil, lantas keluar untuk kemudian berjalan hendak memasuki gedung mewah yang menjulang tinggi di hadapannya.

Cole Corporation memiliki konsep gedung yang unik dengan perpaduan ornamen kaca yang membuatnya terlihat mewah. Kemewahan gedung itu bisa dipandang dari sudut mana pun. Di bagian depan perusahaan terdapat taman serta patung white horse bersayap yang berdiri dengan dua kaki depan terangkat beserta penunggangnya, sebagai lambang perusahaan membuah keindahan gedung utama Cole Corporation cocok dinikmati di tengah hiruk pikuk perkotaan.

Kaki jenjang berbalut celana licin itu menapak di atas lantai keramik putih, hendak menuju lift yang jaraknya masih cukup jauh.

"Selamat siang, Tuan." Sebuah sopran baru saja menyapa Leone. Pria itu memelan langkah, tersenyum tipis melihat sosok resepsionis menyapa serta menunduk sekilas sebagai bentuk penghormatan saat ia akan lewat.

Tak jauh dari resepsionis terdapat sisi yang menampilkan penghargaan-perhargaan luar biasa milik perusahaan yang telah berdiri puluhan tahun ini.

Leone masuk ke dalam lift, di dalam sana hanya terdapat dirinya seorang. Kemudian ia keluar kala pintu lift sudah terbuka.

Leone mengetuk pintu dua kali dan mendorong pegangan aluminium, masuk ke dalam tanpa menunggu jawaban. Leone tahu jika kehadiran sudah ditunggu sejak tadi. Terbukti dari tatapan Lionel beserta sembilan orang yang sudah duduk tegak pada kursi masing-masing.

"Maaf, saya terlambat." Segera ia melangkah gagah menuju kursi kosong yang berada di samping Lionel. Kemudian duduk tegap di sana.

Lionel mengalihkan fokusnya dari sang anak, tatapannya menyapu sembilan orang yang telah hadir untuk mengikuti rapat, "Saya ingin memberitahu kalian semua. Tak lama lagi saya akan melepas jabatan saya." Lionel kemudian melirik Leone. "Dan akan digantikan oleh Leone, anak saya."

Leone tentu terkesiap mendengar keputusan tiba-tiba dari sang Papa. Sekarang Leone mengerti kenapa selama ini rapat-rapat penting yang seharusnya dihadiri oleh Papanya sebagai chief executive officer justru digantikan olehnya, itu karena agar ia siap ketika mengemban tanggung jawab menjadi chief executive officer menggantikan sang Papa.

"Saya setuju. Melihat skill dan potensi besar yang dimiliki oleh Tuan muda Leone. Saya jamin perusahaan ini akan semakin maju ke depannya." Pria memakai jas biru dengan posisi jabatan sebagai direktur memberikan suaranya.

"Saya juga setuju. Semenjak Tuan muda Leone menjabat sebagai direktur utama, sudah banyak penghargaan yang diraih oleh perusahaan," timpal wanita mengenakan blazer hitam-sebagai chief financial officer.

Wanita itu tidak membual semata. Seluruh kerja keras Leone membuahkan hasil yang luar biasa. Masa jabatan Leone sebagai direktur utama mampu membuat perusahaan berada di puncak kejayaan. Ia berhasil menaikkan valuasi dan profit perusahaan tiga kali lipat dari saat Papanya menjabat.

Maka wajar saja jika perusahaan yang bergerak dibeberapa bidang itu menjadi sorotan dunia, terutama oleh perusahaan Amerika sebagai kompetitor paling sengit.

Bahkan dalam majalah Forbes sebuah majalah bisnis dan finansial Amerika Serikat yang berdiri pada tahun 1917. Cole Corporation tercatat dan masuk urutan pertama dari daftar 10 perusahaan paling top di dunia pada tahun 2023. Berhasil meloncati posisi Jpmorgan Chase & Co asal New York city, America.

Sudah bukan lagi hal asing jika melihat nama Leone beserta kesuksesannya muncul pada majalah-majalah paling berpengaruh di dunia. Bahkan hanya dengan mengetik namanya di pencarian, akan muncul berbagai portal berita yang meliput nama Leone sebagai salah satu pembisnis sukses.

"Kapan perekrutan Tuan muda Leone akan dilakukan?" tanya chief marketing officer.

"Secepatnya. Karena Leone akan pergi ke Paris untuk menangani perusahaan di sana. Untuk itu saya mengadakan rapat hari ini," urai Lionel.

"Apa perusahaan di Paris mengalami masalah, Tuan? Sehingga Tuan muda Leone harus pergi ke sana?" cetus wanita berumur 30 tahun itu.

"Bukan masalah serius, hanya perlu membasmi tikus!" tekan Lionel dengan sorot mata setajam ujung tombak. Pria itu menyebut tikus bukan berarti hewan sungguhan melainkan orang yang telah berbuat curang pada perusahaan cabang Paris. "Selain itu ada perusahaan yang ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan kita. Oleh sebab itu Leone yang akan meng-handle semuanya," sambung Lionel di mana sorot maniknya berubah cepat menjadi lembut dan nada bicaranya lebih santai daripada sebelumnya.

Sembilah orang itu mengangguk samar, mengerti point penting dari perkataan sang atasan.

"Bisa kita mulai," ucap Leone serius.

Paham maksud sang anak, Lionel berdiri dan mulai memimpi rapat. Berlangsung selama hampir dua jam, hingga sembilan orang tersebut satu-persatu meninggalkan ruangan rapat.

"Pa, aku enggak bisa pergi ke Paris."

"Papa enggak butuh penolakan kamu. Mau enggak mau kamu harus tetap pergi ke Paris, perusahaan di sana membutuhkan kamu. Lagi pula apa alasan kamu enggak mau pergi ke sana?" Lionel bertanya. Sorot matanya menatap lamat sang anak.

"Aku punya tangan kanan yang bisa kuandalkan di sana." Leone menjeda ucapannya selama dua detik, "Aku bisa mengotrolnya dari jarak jauh, Pa."

"Jadi kamu enggak mau pergi? Kamu berani membantah Papa, Leo?" tanya Lionel retorik. Matanya menyorot tajam ke arah Leone.

Aura Lionel berhasil menekan Leone membuat Leone diam tak berkutik, sebelum akhirnya memustuskan, "Aku akan pergi ke Paris." Berat hati Leone menyetujui perintah Papanya.

"Keputusan yang bagus. Kamu memang anakku yang paling bisa diandalkan." Lionel mengacak sekilas rambut Leone, "Lagi pula kamu pergi ke Paris bukan cuma ngurus perusahaan. Grandparents kangen kamu katanya, mereka senang kamu mau datang ke Paris, setelah delapan tahun enggak pernah ketemu secara langsung sama kamu."

"Segera urus keberangkatan kamu ke sana, lebih cepat lebih baik," lanjut Lionel.

"Um." Leone menjawab dengan gumaman.

Kembali ke ruangannya. Leone menarik kasar dasi yang terasa mencekik leher. Kemudian duduk pada office chair seraya membuka satu kancing kemejanya. Bersandar di sana lalu ia menyelipkan pulpen di seli jarinya, lantas melakukan pen spinning dengan kepala menengadah. Tak lama ia menghela napas berat memikirkan bagaimana kondisi hatinya nanti ketika menginjakkan kaki di kota Mode itu.

***

Hari mulai gelap, matahari sudah tenggelam di cakrawala dan kini tiba saatnya bagi bulan untuk berjaga.

Ocean baru saja selesai memasukkan semua baju serta perlengkapan sekolah ke dalam koper, koper yang sudah siap itu ia letakkan di dekat lemari besar. Lantas tangannya meraih knop pintu untuk kemudian ia putar ke kanan dan membukanya lebar.

Ocean berdiri tak jauh dari pantry, menatap Lucy bersama pelayan yang sedang memasak untuk makan malam. Ia ragu ingin menghampiri wanita itu.

"Ocean, kenapa berdiri di sana? Ayo sini." Teguran Lucy menyadarkan perempuan muda tersebut.

Ocean berjalan perlahan menghampiri wanita itu, "Tante," panggilnya lembut dan halus.

"Ada apa, Ocean?" tanya Lucy ramah, melempar senyum. Wanita itu bergerak lincah saat memasak. Mencuci sayuran, memotong daging dan mengaduk masakan di dalam panci.

"Um ... aku mau bicara sama Tante."

"Mau bicara sama Tente, sekarang? Tante lagi masak, kita bisa bicara nanti saat selesai makan malam, ya?" ucap wanita itu melirik Ocean sebanyak dua kali, fokusnya terbagi antara mengaduk masakan di dalam panci serta melihat perempuan muda itu.

Ocean menunduk sejemang lalu kembali lagi menatap Lucy. Ocean tidak bisa menunda apa yang ingin ia bicarakan, sebab jika ia bicara nanti malam takutnya ada Leone, ia belum siap bertemu pria itu.

"Tante, aku mau pergi," ucap Ocean cepat dan ia yakin wanita itu mendengarnya.

"Pergi? Kamu mau jalan sama teman kamu? Pergilah, Tante kasih izin. Tapi jangan pulang terlalu malam." Lucy membalas tanpa melirik Ocean, "Bi, tolong letakkan ini di meja." Ia menyuruh pelayan menyajikan masakan yang sudah matang ke atas meja makan.

Melihat sekilas pelayan itu pergi meninggalkan dapur melalui ekor matanya, Ocean kembali berucap, "Aku mau pergi dari rumah ini, Tante. Aku mau pindah hari ini."

Lucy menghentikan kegiatan mengaduknya, manik wanita itu langsung menatap Ocean penuh tanya, "Pindah? Kenapa mendadak? Kamu boleh tinggal di sini lebih lama. Lagi pula mansion ini enggak akan jadi sempit karena nampung kamu."

"Sebelumnya makasih, Tante. Tapi aku tetap mau pindah. Aku enggak enak numpang terus di sini." Secara tidak sadar Ocean menekan kata numpang.

"Apa Leone mengatakan sesuatu sama kamu?" Lucy bertanya penuh selidik.

"Enggak ada, Tante. Aku memang mau pindah dari kemarin, karena aku udah terlanjur sewa tempat tinggal," jawab Ocean seadanya.

"Jadi begitu. Padahal Tante senang ada kamu di rumah ini, Tante merasa punya anak cewek yang bisa jadi teman nonton, belanja, masak. Kalau kamu pergi Tante pasti kesepian," urai Lucy. Suara memelan mengartikan bahwa ia sedih jika Ocean pergi.

Ocean jadi tidak enak hati mendengarnya, "Kan ada Om sama Pak Leo."

"Kamu enggak tau aja, Ocean. Kedua pria itu sebenarnya sangat membosankan," ungkap Lucy dan itu berhasil membuat Ocean terkekeh geli.

Lucy mematikan kompor. Ia berpindah berdiri di hadapan Ocean lantas memegang lembut kedua lengan atas gadis muda itu, "Kamu enggak bisa ubah keputusan kamu, Ocean? Tinggallah lebih lama di sini, ya?" bujuk Lucy sambil tersenyum hangat.

"Anggap aja sebagai balas budi karena Tante udah nampung kamu di sini jadi kamu enggak boleh pergi. Atau kamu mau Tante angkat jadi anak? Supaya kamu tetap tinggal di sini."

Ocean tak habis pikir, apa sebesar itu pengaruh dirinya di rumah ini sehingga Lucy sampai berpikir demikian? "Aku udah bayar sewa tempat tinggal untuk dua bulan ke depan, Tan. Kalau aku enggak pindah, kan sayang uangnya."

"Siapa pemilik tempat tinggal yang kamu sewa itu? Biar Tante bicara sama dia." Lucy masih kekeh mempertahankan Ocean. Lucy sudah menganggap Ocean seperti anak sendiri. Karena pada dasarnya ia menyuruh Leone menikah agar mempunyai cucu dan menantu yang bisa menjadi teman di rumah.

***

Ocean menarik selimut dan mengubah posisi tidurnya menyamping ke kanan lalu ke kiri kemudian terlentang di atas kasurnya, mencari posisi paling nyaman agar ia bisa tidur.

Atensi Ocean tertuju pada jam di atas nakas. Waktu menunjukkan pukul satu dini hari dan ia belum tidur barang semenit pun. Ocean bergeming, menatap kosong langit-langit kamarnya dan teringat semua perkataan Leone tadi siang yang telah menggores relung hatinya.

Ocean bangkit terduduk lantas kepalanya langsung tertoleh ke samping, tenggorokannya terasa kering, akan tetapi gelas yang berada di atas nakas itu kosong.

Tungkai Ocean berinisiatif turun menapak pada lantai keramik yang dingin. Ia meraih gelas di atas nakas dan berjalan keluar dari kamar menuju dapur.

Dilain sisi Leone baru saja tiba di mansion. Melangkah gontai ingin langsung pergi ke lantai atas di mana kamarnya berada. Dari jarak tiga meter Leone menangkap presensi Ocean yang baru saja melintas seraya membawa gelas berisi air pada tangannya.

"Sedang apa kamu di sini?"

Sedikit tersentak, perlahan ia memutar tubuh sembilan puluh derajat menghadap Leone. Ocean melihat sejenak Leone yang mulai menghampirinya lalu perlahan-lahan kepala Ocean tertunduk, menghindari tatapan dari pria itu.

"Kamu belum menjawab pertanyaan saya." Kini Leone telah berpijak di hadapan Ocean.

Pegangan Ocean pada gelas mengerat, rasa ciut, malu, dan takut bercambur menjadi kesatuan menyebabkan debaran anomali dalam diri Ocean bertambah cepat. Ocean menggerakkan bola matanya ke atas bersamaan dengan kepala yang ia angkat sedikit, melirik wajah Leone untuk kemudian kembali menunduk.

Leone agak memiringkan kepalanya agar lebih leluasa melihat wajah Ocean. "Bibir kamu pucat, kamu sakit?" Leone kembali bertanya dan dibalas gelengan pelan oleh Ocean.

"Jangan hanya menggeleng. Jawab dan tatap saya."

Leone berdecak jengkel, ia menarik dagu Ocean ke atas agar gadis itu balas menatapnya, namun tetap saja netra Ocean berpaling ke arah lain, enggan menatap wajahnya.

"Kamu menghindari tatapan saya?"

"Tolong lepaskan tangan Anda," pinta Ocean lirih.

Cara bicara Ocean yang tak seperti biasanya sukses membuat kedua alis Leone menukik tajam, kendati demikian ia tetap melepaskan dagu Ocean. "Kamu marah?"

"Untuk apa aku marah? Anda tidak melakukan kesalahan apa pun padaku," balas Ocean. Namun bagi Leone itu seperti sindiran.

Leone meraih gelas ditangan Ocean dan menenggak hingga tanggas air di dalamnya membuat Ocean melayangkan tatapan tak terima.

"Saya haus," lontar Leone mengerti tatapan tak terima dari Ocean.

"Anda bisa ambil sendiri di dapur, kenapa harus minum punyaku? Asal Anda tau aku mengambilnya karena aku juga haus," marah Ocean.

"Pantas aja bibir kamu terlihat kering dan pucat."

Sontak Ocean menyentuh permukaan bibirnya menggunakan jemarinya. Benar, terasa agak kering, barangkali efek dehidrasi karena kurang minum.

"Mau saya basahi?"

Kontan mata Ocean terbelalak lebar, terkesiap mendengar tawaran Leone barusan. "Ma-maksud Anda?"

Leone menyungging senyum tipis saat melihat Ocean gugup sembari menggigit bibir bawahnya. Sejurus kemudian Leone melempar gelas ditangannya sampai mendarat ke atas sofa, lemparannya sempurna meski tanpa melihat karena ia sudah hafal di mana posisi sofa.

"Your lips look dry." Ibu jari Leone menyentuh bibir Ocean dengan sentuhan sensual. "Can I eat your lips?" tanya Leone bersama maniknya membidik bibir Ocean penuh minat, tetapi hebatnya pria itu masih mementingkan consent.

Mata Ocean terpejam erat manakala Leone membuat bibir keduanya menyatu, bibir Leone melumat perlahan, jemarinya meraba rahang beserta leher Ocean teramat lembut sekaligus sensual ditambah posisi kepala mereka miring berlawanan arah.

Leone memberikan tekanan cukup kuat pada bibir bawah Ocean sehingga ia bisa memasukkan lidahnya ke dalam mulut gadis itu.

Ocean gemetaran. Kedua tangannya meremas kuat-kuat kemeja dibagian dada Leone sebagai pelampiasan atas sensasi yang Leone ciptakan.

Leone lumat habis bibir atas dan bawah Ocean secara bergantian lantas menghisap kuat lidah Ocean sampai-sampai bunyi kecapan basah memenuhi ruang tengah.

Perlahan tangan kiri Leone turun ke bawah, melingkari pinggang Ocean dan satu tangan lainnya tetap menangkup pipi gadis muda itu, ia memutar arah kepalanya lalu memperdalam lumatannya.

Dirasa Ocean kesulitan bernapas, akhirnya Leone memutus tautan bibir mereka. "Kamu pernah ciuman sebelumnya?" tanya Leone parau disertai tatapan sayu. Manik hijau olive Leone menikai pelipis Ocean lalu tangannya terangkat mengusap lembut kening Ocean yang berkeringat dingin.

Ocean meneguk liur kepayahan sembari mengatur napasnya yang terengah lantas ia menggeleng kepalanya sebagai jawaban karena tak sanggup mengeluarkan kata.

Tempat spam next di sini →

Продовжити читання

Вам також сподобається

103K 7.8K 26
[Sequel of SHEZA] 🚨18+ Obsesi membuat Julian menggila, kemudian nekat menculik Sheza. Tujuh hari menjadi waktu penetapan lamanya ia menculik sang pu...
REDAMANCY Від Marsella Tina

Підліткова література

459K 49.6K 45
Selain mencintai kebebasan dan motor ninja pinknya, Violet juga mencintai pacar brondongnya yang manis dan menggemaskan-Sastara Jeevans Kanagara nama...
Rumah di Perantauan Від SenjaaHaluu

Підліткова література

578K 27.6K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
71.5K 3.7K 74
Season 2 dari ZIONNE "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘮...