I DESERVE U

By marsh-melo

7.9K 1K 611

Apakah sejatinya, cinta adalah tentang kepantasan? Berawal dari secarik kertas hukuman sialan dari sahabatnya... More

Prakata
1. Would U like to Be My Partner? [Joshua]
2. We've Never Been This Close Before. [Song Bora]
3. Am I ready for U? [Joshua]
4. What Do U Want From Me? [Song Bora]
5. U R The One I'm Worry About. [Joshua]
6. So Let Me Stay in Ur Arms, Just A Little Longer. [Song Bora]
7. We Have Each Other, So We Can Solve It Together. [Joshua]
8. But It's Harder Than I Thought. [Song Bora]
9. Come Here, And Try To Lean On Me. [Joshua]
10. U R The Hardest Project I've Ever Had. [Song Bora]
11. U R The Most Unpredictable Girl I've Ever Met. [Joshua]
12. U Make Me Feel (Un)Comfortable. [Song Bora]
13. U R So Close, Yet So Far. [Joshua]
14. I Just Wanna Make It Sure. [Song Bora]
15. So Tell Me The Reason. [Joshua]
16. Let Me Try My Best. [Song Bora]
17. And So Let Me Do My Part. [Joshua]
18. U Can Lean on My Little Shoulder Anytime. [Song Bora]
19. U Don't Hate Me, Do U? [Joshua]
20. Nothing Really Change, But Now.. I'll Try To Be Brave. [Song Bora]
21. I believe in U. [Joshua]
22. Tell Me Ur Way To Be Happy. [Song Bora]
23. Could I Make U Happy? [Joshua]
24. U Make Me Think That I'm Worthy Enough. [Song Bora]
25. Am I Just A Name For U? [Joshua]
Intermezzo #1 : U Deserve a Selca Time!
26. At Least, U Wanna Talk to Me. [Song Bora]
27. I Like U, More Than Yesterday. [Joshua]
28. U Hug Me Warmly, Even When U're Not Able to. [Song Bora]
29. Don't Worry, U're on My Guard. [Joshua]
30. Never Thought That I'll Like U This Much. [Song Bora]
31. I Wanna Be The One U Trust The Most. [Joshua]
32. It's Not That I Don't Trust U. [Song Bora]
33. U Did Well, Sweety. [Joshua]
35. Cause Our Story is Not A Fault. [Joshua]
36. But U Don't Deserve This Pathetic Girl. [Song Bora]
37. At The End of The Day, I'm Not Much of A Help. [Joshua]
38. Why U Disregard Urself, When Ur Hug is My Only Space to Rest? [Song Bora]
39. Thank U, For Make Me Feel Like A Super Hero. [Joshua]
40. The More I Like U, The More I Brave. [Song Bora]
41. It Has To Be U And Me; No One In Between. [Joshua]
42. Do I Deserve To Be This Happy? [Song Bora]
43. Could I Even Sleep Well Tonight? I'm Not Really Sure. [Joshua]
44. Is It Right to Depend on U This Much? [Song Bora]
45. I Should've Hug U More Back Then. [Joshua]
46. What Should I Do Now? [Song Bora]
47. It's Just My Way To Love U. [Joshua]
48. I Know Myself Better When I'm With U. [Song Bora]
49. Could I Be A Part of Ur Future Too? [Joshua]
50. What Kinds of Stupid Joke It is? [Song Bora]
51. I Won't Give Up on Us. [Joshua]
52. It's Me.. That Hurt Myself. [Song Bora]
53. I'm Sure, It's U. [Joshua]
54. Maybe I Have To Learn To Be Loved. [Song Bora]
Intermezzo #2 : Characters Visualization

34. U R The Most Comfortable Space of Mine. [Song Bora]

122 16 5
By marsh-melo

Mataku masih fokus membaca slide skema tahapan analisis resiko bisnis dari layar laptop Minhee, saat Yeonjoo datang dengan senampan camilan yang dipesannya. Profesor Song tidak masuk kelas hari ini, dan menggantinya dengan tugas team project yang harus dipresentasikan minggu depan. Kami harus dapat A untuk tugas ini-- tidak.

Kami akan dapat A untuk tugas ini.

Jadi Yeonjoo mengajak kami berdiskusi di kafe, sekalian mentraktir kami beberapa camilan untuk asupan energi.

"Kebangetan deh anjir, si Bu Song itu! Masa cuma ngasih seminggu, sih?" kudengar gerutuan Minhee di antara suara gelutukan es batu yang diaduk sedotan dalam Americano-nya. "Tugas susah, nilai sulit. Liat noh, si Bora dari tadi melototin slide sampe kayak mau keluar matanya."

Yeonjoo nyengir saja, mengambil segelas Ice Latte dari nampan dan menaruhnya di samping laptop. "Bora, minum dulu nih. Biar enggak oleng."

"Oh, makasih," kusambar minumanku dan meneguknya dua kali. "Udah aku baca slide tugasnya. Intinya, kita disuruh bikin satu model perencanaan startup bisnis apa aja, terus kita analisa resikonya."

Minhee kontan melotot. "Gila. Disuruh bikin startup? Ribet banget!" pekiknya.

Yeonjoo malah terkekeh. "Kan kita cuma disuruh ngekhayal, Hee. Bukan bikin beneran. Santuy."

"Tapi kan bisa aja gitu, kita dateng ke perusahaan gede yang udah mapan, minta data terus terus tinggal analisa, 'kan? Seminggu loh. Seminggu! Anjir, mana gue lagi pegang dua team-pro lain pula!"

"Tapi," cepat-cepat kusela ocehan Minhee, "proyeknya enggak beres selama seminggu, kok. Minggu depan cuma nyampein abstraknya aja, tiap minggu kasih progress. Tiga kelompok pertama yang progressnya bagus dan paling cepet tuntas analisanya.. bakal dapet nilai A."

"Heol," lirih Yeonjoo, "siapa cepat dia dapat."

"Oh gitu?" nada bicara Minhee mereda. "OK kalo gitu. Pasti bisa dapet A! Ayo!"

Aku dan Yeonjoo terkekeh saja melihat semangat Minhee yang langsung membara dalam sekejap mata.

Aku tahu, mereka berdua cukup terbebani dengan nilai C di transkrip nilai tengah semester, tapi lebih terbebani lagi oleh rasa bersalah telah mengajakku bolos satu kali waktu itu. Maka, mereka tidak pikir dua kali saat diberi kesempatan untuk pilih anggota tim sendiri. Demi menebus nilai C-ku.

"Ngomong-ngomong, berasa nostalgia enggak, sih?" ucap Yeonjoo selagi melingkarkan lengannya di lengan kananku. "Udah lama lho, kita enggak setim proyek gini gara-gara sering beda kelas. Berasa jaman maba tau enggak. Ah, seneng banget."

"Dih, lo mah sering kali, sekelas sama Bora. Gue seringnya sama si Goeun biasanya--" tiba-tiba Minhee melirikku sambil mengatup mulut, seolah ingin menelan lagi kata yang mau dilontarkannya.

Ah, benar juga. Goeun juga ambil kelas ini bersama kami. Aku tidak tahu apa dia sudah punya tim atau belum, karena belakangan, dia selalu kelihatan pergi sendirian kemana-mana.

Apa Goeun kuajak gabung saja ya, ke tim kami?

"Kalo Goeun--"

"Bora," suara Yeonjoo mengalahkan suara lirihku. Fokusku jadi teralih pada Yeonjoo yang tiba-tiba mengendusi lengan bajuku.

"Kamu pake parfum, ya?" tanyanya. Aku menggeleng pelan.

"Tapi bentar, kayak parfum cowok--" ucap Yeonjoo tertahan. Seketika tampang herannya berubah jadi senyum geli. "Oh! kamu abis dari apartemen Joshua, ya?"

Minhee tersenyum miring.

"Iya," singkatku. Refleks kubaui lengan bajuku. Ah, benar, memang tercium parfum Joshua di bajuku.

"Heh, Bora," tiba-tiba Minhee melipat dua lengannya di atas meja dan turut melempariku tatapan geli. "Jujur sama gue. Lo jadian sama si Josh udah dua bulanan, 'kan?"

Firasatku tidak enak. "Iya."

"Jadi lo udah ngapain aja sama dia? Lo tuh sering banget deh ke rumah dia, kalo gue liat-liat. Enggak mungkin lo berdua pegangan tangan doang seharian, 'kan?"

Tuh kan, Minhee mulai lagi.

"Yang Minhee, udah ih," Yeonjoo malah terkikik, "jangan norak."

"Dih, kenapa sih? Gue kepo nih sama sisi liar si Bora. Sediem-diemnya yang pacaran, enggak mungkin lah diem doang kalo lagi berduaan."

Aku meringis pelan. Astaga, pikiran Minhee sepertinya sudah merambah kemana-mana. Padahal, tadi kami hanya pelukan saja, ya.. meski sedikit lebih lama dari biasanya sampai tak lagi kuhitung durasinya. Bahkan punggungku sampai agak pegal setelahnya.

Hari ini, Joshua terlihat lebih berusaha menghiburku dengan berbagai cara; memelukku, membelikan makanan enak, dan mengoleskan salep lagi di luka memarku yang bahkan sudah tidak begitu terasa sakit. Aku serasa punya tempat pertapaan yang nyaman untuk menenangkan diri.

Tapi.. memalukan juga rasanya kalau sampai harus menjelaskan sejauh itu. Itu kan, sangat privasi.

"Itu.. jangan bayangin dia kayak karakter cowok Amerika yang kamu tonton di Netflix series, Hee. Malah mungkin, Joshua itu lebih sopan dari kebanyakan cowok Korea," kujelaskan sebisaku.

Tapi Yang Minhee belum lelah juga menggodaku. "Terus, lo abis ngapain coba, sampe saling sharing aroma parfum gitu? Gue tau dia sopan, tapi dia juga cowok, kali. Gue yakin, lo pasti pernah, sekali aja, dipeluk dari belakang pas lagi beres-beres dapur dia."

Sial. Ingatanku langsung melayang pada kejadian memalukan itu lagi. Duh.

"Imajinasi kamu ya, Hee.." lirih Yeonjoo, "selevel novel. Kan jadi kebayang! Bora kecil gini dipeluk Joshua, pasti tenggelem. Aaah, gemes banget."

Kuhela napas panjang-panjang. Topik ini akan terus berlanjut kalau tidak segera kuhentikan.

"Udah, udah. Ayo, mulai kerjain proyek. Biar dapet A."

☆☆☆

"I'll be happier if you could trust me a bit more."

Bukannya aku sama sekali tidak percaya pada Joshua. Mengapa aku harus tidak mempercayainya? Dia manusia baik yang sulit dibenci. Jelas dia tumbuh dari keluarga baik-baik, dan tentu saja, mapan.

Justru itu yang menjadi jarak pembeda di antara kami dan membuat lidahku kelu untuk melontar kata. Inferiorku naik ke ambang batas. Sebenarnya bukan hanya pada Joshua. Pada Yeonjoo dan Minhee pun, aku tidak bisa cerita apa-apa.

Untunglah, Joshua tetap bersedia memelukku tanpa banyak bertanya. Dia pengertian sekali.

Aku benar-benar beruntung bisa merasakan kebaikan Joshua Hong sebanyak ini. Hanya dengan memikirkan kehadirannya saja, membuatku merasa bisa bertahan melewati dinginnya dunia ini.

Omo, aku baru saja menggombali Joshua meski hanya dalam pikiran. Ketularan siapa ya? Duh.

Refleks kupeluk diri untuk melawan angin dingin malam yang menyambutku dari pintu bus di halte pemberhentianku.

Tidak ada tugas untuk jadwal besok. Perutku juga sudah sangat kenyang setelah ditraktir Yeonjoo. Di rumah nanti, aku tinggal ganti baju, mereview bahan kuliah untuk besok, minum vitamin, bersih-bersih, pakai face mask, lalu tidur.

Ponselku tergetar oleh sebuah chat.

IBaT A - Joshua ♡
sayang, udah sampe rumah? ˃ᴗ˂

Kumasukkan kembali ponselku ke saku jaket dan berjalan melewati jalan gang menuju rumah. Aku akan membalas chat Joshua setelah benar-benar sudah sampai di rumah-- oh?

Langkahku terhenti.

Dari radius belasan meter, kulihat Song Minkyun sedang berjalan dari arah berlawanan denganku. Dia menggendong tas punggung, pakai jaket dan topi berwarna gelap. Mungkin agar tidak dikenali. Sayangnya, aku terlalu hapal pada cara berjalan, postur badan kurus, bahkan jaket yang sedang dia pakai itu. Itu jaket bekas Sangkyun yang sudah kekecilan dan diwariskan padanya tahun lalu.

Oh, sekarang dia berbelok ke sebuah gang kecil di sebelah kanan. Tak salah lagi, dia mau ke PC room. Padahal besok kan masih hari sekolah. Astaga.

Kupercepat langkahku. Kuikuti langkahnya diam-diam. Minkyun berjalan cepat sampai tidak sadar kalau sedang diikuti.

Akhirnya Minkyun masuk ke sebuah gedung dua lantai. Benar saja, dia mendatangi PC room. Awalnya aku yakin untuk mengikutinya ke dalam, tapi kata-kata Sangkyun mendadak terngiang di kepala dan menahan langkahku.

"Kakak enggak usah lagi sok-sokan jadi pengganti Ayah, itu.. bikin aku muak."

Ah.

Sisi pengecutku langsung ambil alih kendali. Mendadak, aku takut, Minkyun jadi muak juga padaku. Aku takut merusak suasana hatiku yang sedang terlalu baik hari ini.

Ya sudah. Aku pulang saja. Aku akan kembali kesini kalau Minkyun belum pulang ke rumah sampai jam sepuluh.

"Song Bora?"

Sebuah suara bariton membuyarkan lamunan singkatku. Kudapati sosok lelaki jangkung berpakaian serba gelap sedang berdiri di belakangku.

Oh?

"Jeon Wonwoo," sapaku canggung, "h-hai."

"Oh, hai," balasnya kaku. Telunjuknya menunjuk ke arah pintu gedung. "Kamu.. mau kesini juga?"

Kuanggukan kepalaku pelan. "Tapi.. kayaknya enggak jadi."

"Oh, gitu."

Lalu hening. Ya, kami memang selalu canggung begini. Lagi, sama sekali tidak pernah terpikirkan akan bertemu Wonwoo di dekat lingkungan rumah. Apa sekarang dia tinggal di sekitar sini juga? Ah, entah, bukan urusanku juga. Lebih baik segera pulang saja.

"Kalo gitu, aku duluan," tanyaku seraya mengangguk sekilas dan berbalik.

"Sebentar, Song Bora," panggilnya, "kamu lagi buru-buru, enggak?"

Mau tak mau aku berbalik lagi. "Enggak juga. Ada apa ya?"

Ia membetulkan letak kacamata bulatnya dan berdeham pelan. "Ini. Tadinya saya mau ngomong ini pas reuni, tapi ternyata, kamu enggak hadir."

Aku manggut-manggut saja menunggu kelanjutan ucapannya. Oh, pantas saja dia tanya tentang reuni waktu itu.

Tapi, urusan apa ya?

"Kalau enggak keberatan, saya.. mau pinjem referensi sama latihan soal yang kamu pake buat belajar persiapan CSAT. Kamu kuliah di Kyung Hee, kan?"

Oh, kukira apa. "Iya, di Kyung Hee. Boleh aja, tapi harus saya rapikan dulu arsipnya. Mau diambil kapan ya kira-kira?"

"Kapan aja, setelah kamu selesai beresin, nanti saya ambil. Saya luang, kok."

"Ya udah, nanti.. saya kabari lewat chat ya."

"Iya, makasih banyak sebelumnya," akhirnya tampang datarnya tersenyum tipis.

"Hmm."

Baiklah, kecanggungan ini mencair pelan-pelan. Meski lidahku masih kelu untuk melontar pertanyaan semacam; kenapa pinjam referensi ujian CSAT sekarang? Memangnya dia baru mau masuk kuliah, ya? Tahu darimana dia tentang aku yang kuliah di Kyung Hee? Tapi ya sudahlah. Bisa kutanyakan lain kali.

"Ada lagi.. yang mau diomongin?" tanyaku memecah hening.

Mata kecil Wonwoo membelalak sejenak, sebelum tertawa kecil. "Oh, enggak. Itu aja."

Kulempar senyum tipis. "Kalo gitu, saya duluan ya."

"Iya, silahkan."

Sekali lagi kuanggukkan kepalaku, dan kali ini, benar-benar berbalik untuk pulang ke rumah. Haa, aku ingin cepat-cepat sampai rumah dan tidur.

☆☆☆

IBaT A - Joshua ♡

sayang, udah sampe rumah? ˃ᴗ˂

baru sampe setengah jam lalu. sekarang lagi maskeran sebelum tidur..

wah, lagi maskeran.. bahaya dong!
besok mataku bakal makin silau sama kecantikan kamu gimana doong ~(˘▾˘~)

hmmmm ⌯'ㅅ'⌯
oh ya joshua, tadi aku ketemu wonwoo, temen smp aku yang waktu itu.
dia mau pinjem referensi ujian csat.

oh ◔_◔
tapi.. kenapa tetiba laporan sama aku beb ㅋㅋㅋ

takutnya joshua salah paham lagi, terus ngilang lagi, nanti aku jadi susah tidur lagi.....
hehehe

oh my god
u make me feel so childish that i feel so glad u telling me about this

hehehehe
jangan ngilang lagi ya?

kalo aku ngilang, bakal kamu cari enggak ˃ᴗ˂

iya mungkin.. kalo sempat

╥﹏╥
dasar cewek kejam
tapi lucu gimana dong?
kalo aja kamu semungil pensil, pengen aku masukin ke pouch terus dibawa kemana-mana ~(˘▾˘~)

untungnya enggak ya :D
bisa-bisa remuk badan aku di pouchnya joshua

ok i'll stop '◡'
i love u

ㅋㅋㅋㅋㅋ
ayoo tiduuur, besok kelas pagi kan

ㅋㅋㅋㅋ okay
have a nice sleep and dream of me ♡

⌯'ㅅ'⌯ u too ♡♡

☆☆☆

Ternyata semalam, Minkyun pulang lebih awal dari perkiraanku. Ia pulang tepat setelah Ibu dan Ara sampai di rumah, jadi aku tidak punya banyak alasan untuk menegurnya. Karena toh, seperti biasa, Ibu juga tidak menegurnya.

Dan hari ini, Ibu sudah mau masuk kerja. Sebanyak apapun Bibi mengomel karena mengkhawatirkannya, Ibu tetap keras kepala. Bibi saja tidak didengarkan, apalagi aku.

Aku merasa tidak punya peran apa-apa lagi dalam pengambilan keputusan di rumah ini. Kecuali Ara, seisi rumah ini seperti makin enggan mendengar pendapatku. Aku jadi malas bicara kalau pada akhirnya aku tidak akan didengarkan. Akhirnya aku sengaja bungkam selama sarapan pagi dan pergi ke kampus mendahului Ibu tanpa kata pamit.

Hari ini akan menjadi hari yang panjang. Joshua mengajakku makan siang dengan Seungcheol dan Jeonghan. Aku tidak punya alasan bagus untuk menolak ajakannya, meski aku bisa dengan jelas membayangkan betapa canggungnya makan siang di satu meja yang sama dengan Yoon Jeonghan. Aku harus mempersiapkan mental bajaku dulu.

Sorenya, aku harus ke karaoke dengan Choi Seungkwan -- dalih bocah itu, ingin dievaluasi pronounce-nya, mungkin juga sekalian pamer vokal bagusnya. Ya sudah, anggap saja nonton konser gratis di akhir pekan.

Gedung Departemen belum terlalu ramai setibanya aku disana. Kusempatkan mampir ke papan informasi di dinding kiri lantai dasar. Mungkin ada informasi pekerjaan bagus yang bisa kulakukan saat liburan nanti.

Menjelang liburan musim dingin, sudah tertempel beberapa flyers perusahaan yang menawarkan internship disini. Ada juga lowongan asistensi dosen untuk semester depan. Wah, ini bisa jadi pengalaman baru untukku. Tahun depan sudah masuk tingkat akhir, 'kan? Apa kucoba ini saja, ya?

Kurogoh ponselku dan memotret beberapa peluang kerja yang menarik disana. Kufoto juga beberapa kelas seminar gratis. Mumpung masih sepi, aku bisa membaca seisi papan informasi ini seperti membaca koran sendirian.

Tapi, sebentar.

Untuk apa ya, aku bekerja sekeras ini sekarang?

Untuk siapa aku berjuang?

Sekarang, Song Sangkyun tidak mau menghubungiku, padahal ujian CSAT kurang dari dua minggu lagi. Aku bahkan tidak yakin dia masih menyimpan nomorku di ponselnya.

Padahal adikku sudah tidak mau dipedulikan, tapi mengapa aku sulit berhenti memikirkannya?

"Mau ikut intern musim dingin?"

Sebuah suara menyentak lamunanku, diikuti gandengan tangan lebar di bahuku. Buru-buru aku menoleh.

Eh? Yook Sungjae?

Lelaki jangkung itu turut menatap papan informasi di depanku, membuatku bingung setengah mati. Oh, meski Sungjae memang ramah, sejak kapan aku akrab dengan teman lelaki sekampus sampai bisa digandeng bahu begini?

"Yook Sungjae--"

"Jangan nengok kebelakang," bisiknya-- nyaris tanpa suara, tanpa mengalihkan pandangan dari tempelan flyers di hadapan, "Seungjoon lagi liatin kamu."

Kutelan ludahku dalam-dalam sampai rasanya lidahku akan tertelan juga. Terngiang peringatan Yeonjoo yang melarangku datang ke tempat sepi.

Aigoo, mau apa sih si Bodoh itu sebenarnya?

---to be continued---

a/n:

kayaknya joshua memang cocok jadi sandaran ternyaman anak pertama perempuan ya 🥲 cung anak pertama? (aku anak terakhir mau antri saja di belakang)

here's for u, Joshua x Mindset Dive Studio 🔥

sepertinya episode joshua worth to listen banget untuk kamu yang butuh pencerahan positif! check it out!

oh ya, selamat hari ibu dari joshua♡

(halo mama hong 🙂)
have a nice day and c u on next chapter!

Continue Reading

You'll Also Like

403K 29.5K 39
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
144K 11.1K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...
188K 1.4K 26
kalau gak BP yaaa gs minor dni udah pasti jorok jadi mending kalau gak sesuai jauh2 reupload karena di ban wp 😌☝️
82.1K 8.7K 26
"Tunggu perang selesai, maka semuanya akan kembali ketempat semula". . "Tak akan kubiarkan kalian terluka sekalipun aku harus bermandikan darah, kali...