About You

By fairytls

54.9K 5.5K 3.8K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Trauma terhadap cinta membuat Leone Ice Fox tak ingin menjalin hubungan d... More

A T T E N T I O N
P R O L O G U E
1. Leone Ice Cole
2. Ocean Javiera
3. School
4. Clubbing
5. Girlfriend? Big No!
6. Ocean is a Germ
7. Freaky Girl
8. What? Mr. Ice
9. Gifts
10. Ck! She's Noisy
11. Damn! Crazy Girl
12. Poor Ocean
13. She's Not Cinderella
14. Physics Olympiad
15. She's Says "I Love You"
17. Nightmare, Hug, and Hallucinations
18. Denial
19. Angry
20. Can I Eat Your Lips?
21. I Apologize
22. Who's she?
23. I Gotta Go
24. Missing You
25. Musée du Louvre

16. Family Date

1.4K 178 52
By fairytls

Tubuh Leone berenang dengan lincah di dalam air seolah sudah terlatih. Leone membuka kacamata renangnya setelah sampai pada sisi kolam. Rambut lebat serta legam milik Leone basah berantakan pun tubuh kekarnya terlihat menawan diterpa cahaya lembut dari matahari pagi.

"Ocean!" panggil Leone.

Ocean yang ingin pergi ke dapur seketika tungkainya berhenti melangkah manakala mendengar seruan dari arah kolam dan ia pun langsung menoleh detik itu juga, kemudian mulai mendekat ke arah Leone.

"Pak Es manggil aku?"

"Iya."

"Ada apa, Pak Es?"

"Ambilin handuk." Leone menunjuk sebuah handuk yang terlipat rapi di atas lounjer lounger berwarna putih nampak classy and elegant.

"Oke, Pak Es." Ocean balik kanan mengambil handuk tersebut dan mengantarkannya kepada Leone.

Leone keluar dari dalam kolam renang, memperlihatkan tubuh perfect yang ia miliki dengan enam kotak pada perutnya. Leone meraih handuk dari tangan Ocean untuk mengeringkan rambutnya.

Bibir Ocean bungkam, indra penglihatannya tak berkedip menatap gerak-gerik Leone di depannya, ditambah lagi Leone mengenakan bawahan celana renang ketat sebatas paha dan dibagian selangkangan pria itu tampak agak menonjol. Benar-benar pemandangan yang mengiurkan!

Pak Es, hot banget!

Bahkan tanpa sadar pikiran Ocean membayangkan seperti apa rasanya menyentuh otot-otot pada tubuh Leone.

Astaga, Ocean. Jangan mikir kotor! Sontak Ocean mengeleng, meleyapkan pikiran kotornya. Namun sungguh, tubuh Leone sangat lah indah.

"Kenapa, mau pegang?" Leone merutuki mulutnya sendiri, bagaimana bisa ia keceplosan berkata demikian.

"Emang boleh, Pak Es?" tanya Ocean memastikan. "Aku boleh pegang kotak-kotak diperut, Pak Es?" Manik Ocean menatap Leone berbinar.

Leone berdeham pelan, memalingkan wajah ke arah lain sambil mengusak rambutnya menggunakan handuk.

Tanpa pikir panjang Ocean langsung menyentuh perut Leone, merasakan otot Leone yang begitu kekar. "Keras banget," guman Ocean.

Seketika Leone menatap Ocean kala mendapatkan sentuhan dari jari-jari lentik gadis itu, sapuan tangannya sangat lembut kontras sekali dengan perut Leone yang keras.

Ocean mendongak tinggi melihat Leone hingga pandangan mereka saling mengait selama beberapa saat, terputus sebab Leone memejamkan mata menikmati sensasi sentuhan Ocean yang semakin meliar diperutnya.

Sebelum kehilangan akal sehat, Leone menangkap tangan Ocean agar berhenti meraba perutnya. Leone teringat sesuatu, ia merasa ada yang salah terhadap dirinya. Kenapa ia tidak menolak sentuhan Ocean belakangan ini? Padahal sebelumnya ia akan menyemprotkan antiseptik jika kontak fisik dengan perempuan asing. Apa ia sudah terbiasa dengan Ocean?

Pada dasarnya Leone tidak alergi terhadap sentuhan perempuan, ia hanya agak trauma dekat dan melakukan kontak fisik bersama perempuan karena pernah dikhianati kekasihnya.

Ocean tersenyum asimetris lalu berkata. "Pak Es rajin olahraga ya? Perut Pak Es bagus." Ocean menilik perut Leone penuh kekaguman.

"Iya, saya rajin olahraga. Kamu mau olahraga?"

"Mau," sahut Ocean excited. "Olahraga apa, Pak Es? Kalau renang aku enggak bisa."

"Olahraga yang bisa mengeluarkan keringat. Nanti kamu di bawah, saya di atas."

Kedua alis Ocean menukik tajam, ia terdiam sejemang, memikirkan cabang olahraga apa yang dimaksud oleh Leone. Apa mungkin angkat besi? Tapi tidak mungkin karena Leone bilang ia di bawah. Terus olahraga apa dong?

"Olahraga apa pun itu kalau sama Pak Es, aku mau."

"Are you sure?" tanya Leone.

"Um, i'm sure. Aku mau ke dapur dulu ya."

Leone tatapi punggung mungil Ocean yang kian menjauh lalu muncul satu pertanyaan dibenaknya. Kenapa akhir-akhir ini ia merasa nyaman dekat dengan Ocean? Tak ingin memikirkan hal itu lebih lanjut, Leone beranjak dari pinggir kolam memutuskan kembali ke kamar.

Pintu kamar Leone diketuk. "Leo, Mama boleh masuk?" Sebelum masuk ke dalam kamar Leone, Lucy tak pernah lupa untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. Ia akan masuk setelah putranya mengizinkan.

Leone yang tengah bersiap untuk pergi ke gym menoleh ke arah pintu. "Masuk aja, Ma."

"Kenapa, Ma?" tanya Leone begitu melihat Mamanya masuk ke dalam kamar.

"Temenin Mama shopping ya hari ini?"

"Aku mau ke gym, Ma."

"Kamu libur dulu nge-gym-nya. Temenin mama, lagian tubuh kamu udah bagus, enggak nge-gym sekali enggak bikin sixpack kamu hilang."

"Okay kan? Mau nemenin Mama? Deal? Okay Deal." Lucy tanya sendiri dan jawab sendiri, padahal sang putra belum menyatakan setuju.

Leone ingin sekali menolak, menemani Mamanya belanja adalah hal yang paling Leone hindari. "Ma, enggak bisa hari lain aja shopping-nya?"

"Enggak bisa dong! Mama maunya hari ini sekalian ngerayain kemenangan olimpiade Ocean kemarin. Udah, sekarang kamu siap-siap. Mama tunggu di bawah," titah Lucy tak terbantahkan.

***

"Ocean," panggil Lucy usai mengetuk pintu.

Ocean sedang membaca buku di dalam kamar, ia beranjak dari posisinya untuk membuka pintu. "Iya, Tan. Ada apa?"

"Ikut tante." Lucy meraih tangan Ocean, mengajak gadis itu masuk ke dalam sebuah ruangan selayaknya brand fashion store ternama. Berisi baju, sepatu, serta tas milik Lucy.

"Kira-kira yang cocok buat kamu yang mana, ya?" Lucy secara bergantian melirik Ocean serta deretan dress di hadapannya. "Kayaknya yang ini cocok." Lucy meraih dress putih tulang berlengan pendek dengan aksen kancing pada bagian depan.

"Cepet ganti di sana, tante tunggu." Lucy menunjuk ruang ganti tak jauh dari mereka.

Ocean masuk ke dalam ruang ganti, melepas baju ditubuhnya lalu memakai dress pemberian Lucy. Dress yang Ocean kenakan terlihat membentuk lekuk tubuh Ocean dengan sempurna, panjangnya sampai menutupi tiga perempat bagian paha Ocean. Terlihat menawan dan berkelas.

Ocean keluar membawa perasaan sedikit canggung.

Lucy menatap Ocean dari bawah hingga ke atas. "Sesuai ekspektasi tante, kamu cantik banget, Ocean."

"Makasih tante."

"Enggak perlu makasih sama Tante, emang dasarnya kamu udah cantik. Tapi penampilan kamu belum sempurna." Lucy melangkah ke arah rak kaca, ia meraih sepasang high heels dari brand Saint Laurent berwarna beige serta tas putih dari brand yang sama.

"Coba kamu pakai ini." Lucy memberikan tas dan high heels ketangan Ocean.

Tak sampai di sana, Lucy juga menambahkan make-up natural ke wajah Ocean. Lucy menuntun Ocean agar berdiri dari kursi rias lantas ia mundur dua langkah menjauhi Ocean untuk melihat dan menilai keseluruhan penampilan Ocean. "Perfect, Ocean, Tante sampai kehabisan kata buat puji kamu. Kamu udah kayak princess, cantik banget."

Ocean tersenyum malu. "Tante bisa aja."

Leone menuruni tangga, satu tangan berada di dalam saku celana. Penampilan Leone kali ini lebih santai dari biasanya, mengenakan Brioni ribbed knit black dengan lengan yang ia tarik ke atas memberikan kesan berantakan namun menawan dipadukan Brioni pants berwarna senada dilengkapi belt pada pinggangnya.

Leone melihat tiga orang duduk disofa, ia berdeham membuat kuriositas mereka menoleh.

"Udah siap? Ayo berangkat." Lionel berdiri mengajak mereka semua pergi.

Bodyguard menarik handle pintu supercar, membiarkan Tuannya masuk ke dalam. Tak lama kedua mobil itu melaju meninggalkan mansion.

***

Beberapa pasang mata langsung membidik ke arah keluarga Cole beserta Ocean ketika mereka masuk ke sebuah restoran mewah. Faktanya keluarga Cole sering kali masuk portal berita yang dielu-elukan sebagai keluarga konglomerat pun old money. Maka tak heran jika beberapa pasang mata mengekori gerak-gerik mereka.

Beruntung mereka tidak bertemu dengan wartawan sebab restoran yang mereka datangi memiliki sistem keamanan tingkat tinggi untuk pelanggannya, pelanggan yang datang ke restoran ini bukan orang sembarangan. Semuanya berasal dari keluarga kaya raya.

Tidak ada keraguan saat kaki mereka melangkah menuju meja yang telah Lionel pesan sebelumnya. Lionel menarik kursi untuk sang istri, Lucy tersenyum manis seraya menempatkan diri pada kursi tersebut.

Leone dan orang tuanya duduk tegap manakala pelayan sedang menghidangkan makanan. Cara duduk mereka sangat anggun bak bangsawan, Ocean pun mengikutinya agar tidak malu-maluin.

Mereka mulai makan dengan elegant, tak ada suara kunyahan selain dentingan garpu dan pisau.

Ocean membenarkan posisi duduknya, ia menikmati melodi piano dari salah satu sisi ruangan. Atensi Ocean pada piano teralihkan ketika Lucy membuka suara. "Gimana, Ocean, suka enggak sama makanannya?"

Ocean mengangguk kaku. "Suka, Tante," jawabnya tersenyum asimetris.

"Kalau suka makan yang banyak. Habis ini kita mau jalan-jalan. Anggap aja sebagai perayaan karena kamu menang olimpiade kemarin. Tante bangga sama kamu. Kamu anaknya pinter, iya kan, Pa."

"Iya, Ma. Ocean memang pintar," sahut Lionel menyetujui.

Mereka menghabiskan waktu kurang lebih satu jam untuk makan bersama di restoran itu. Setelahnya mereka beranjak menuju mall terbesar yang terletak di kawasan elite.

Tumben dia nggak berisik? Leone melirik Ocean yang sedang menatap keluar jendela. Keheningan menyelimuti mereka selama perjalanan, keduanya tampak enggan melempar percakapan.

Mobil Leone sudah berhenti sempurna di parkiran bawah tanah. Leone memasang masker berwarna hitam untuk menutupi wajahnya, ia tidak ingin ada orang yang memotret dirinya diam-diam. Ia dan Ocean keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu terdekat. Di dalam mall Leone tak menemukan keberadaan orang tuanya, pasti mereka sudah jalan berdua, pikir Leone.

"Pak Es, tungguin." Ocean sedikit kesusahkan berjalan akibat memakai high heels.

Leone berhenti melangkah, menunggu sampai Ocean mendekat ke arahnya.

"Om sama Tante mana?" Ocean mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Enggak tau," sahut Leone datar.

"Terus sekarang kita mau ke mana?"

"Mana saya tau."

Ocean mendengus sebal. "Tapi enggak apa-apa deh Om sama Tante enggak ada, jadinya kita bisa jalan berdua." Tangan Ocean langsung meliliti lengan Leone seraya tersenyum manis.

"Lepasin enggak!"

"Enggak mau."

Leone berusaha melepas paksa tangan Ocean dari lengannya. "Tangan kamu banyak kumannya."

"Aku udah cuci tangan kok, tanganku bersih."

"Lagian aku pengen kayak orang pacaran gitu, gandengan tangan."

"Tapi saya bukan pacar kamu!" Leone mendengus sinis.

"Otw jadi pacar kok, Pak Es. Atau Pak Es mau sekarang aja jadi pacarku?" lontar Ocean dengan entengnya.

"Udah ngomongnya?" Leone melangkah. Refleks Ocean mengikutinya karena tangan Ocean masih melingkar apik dilengan Leone.

Cukup lama mereka mengelilingi mall tanpa tujuan yang jelas. "Kita kayak lagi ngedate iya kan, Pak Es?"

Leone merotasikan bola mata tak suka, bagaimana bisa gadis ini menganggap bahwa mereka sedang kencan?

Ocean berhenti berjalan, terpaksa Leone ikut berhenti sebab tangannya ditahan oleh Ocean. "Pak Es, aku capek." Ocean mendudukkan diri pada tempat duduk panjang tanpa sandaran yang tak seberapa jauh dari tempat ia berpijak. "Kakiku sakit." Ocean melepas tali heels-nya lalu memijat kakinya perlahan.

"Makanya enggak usah pakai heels."

"Kata Tante, aku cantik kalau pakai heels."

"Aku cantik kan, Pak Es?"

"Biasa aja."

Ocean mencebik bibirnya, cemberut saat mendengar jawaban Leone.

"Pak Es, beliin itu." Ocean menunjuk gerai ice cream, tampak beberapa orang sedang mengantre membeli ice cream di sana.

"Kenapa harus saya?"

"Kan kalau orang ngedate suka beliin pacarnya es krim," ungkap Ocean.

"Kita lagi enggak ngedate dan kamu bisa beli sendiri!" Tajam Leone setelah itu berjalan meninggalkan Ocean begitu saja.

"Pak Es mau ke mana? Tungguin!" Ocean terburu-buru mengikat tali heels-nya. Kemudian mengejar Leone sebelum pria itu semakin jauh.

Brukk!

"Aw, siapa sih jalan nggak liat-liat." Ocean mendongak, matanya terbelalak lebar.

"Jelek!" Draco menunjuk Ocean yang terduduk di bawah kakinya.

Ocean berdiri sambil meringis, karena terjatuh barusan kaki Ocean jadi tambah sakit. "Kakak enggak punya mata ya?" kesal Ocean.

"Kok lo nyolot! Lo yang lari nabrak gue, lo liat es krim gue sampai jatuh." Draco menunjuk ice cream di lantai dengan dagunya. "Lo harus ganti!" Draco membeli ice cream untuk Carol karena ia dan Carol baru selesai nonton di mall ini.

"Enggak mau, lagian aku enggak punya uang buat ganti."

"Gue enggak mau tau, lo harus ganti!" Draco menarik Ocean secara paksa menuju gerai ice cream.

"Sakit!" keluh Ocean menahan tangan Draco.

"Eh, Mas! Jangan kasar-kasar dong sama pacarnya, liat itu kaki pacar Masnya lecet." Seorang wanita menegur perlakuan Draco seraya menunjuk tumit Ocean yang hampir terkelupas kulitnya. Kemudian wanita itu kembali melanjutkan langkah.

"Eh, Tan. Dia bukan pacar gue," bantah Draco berteriak meski wanita itu tidak mendengar karena jarak mereka sudah cukup jauh.

Draco menunduk melihat keadaan kaki Ocean. "Kaki lo lecet."

"Udah tau, makanya Kakak jangan narik-narik!" ketus Ocean.

"Kok lo marahin gue?"

Ocean tak membalas ucapan Draco. Ia mengigit bibir bawahnya menahan perih.

Melihat Ocean kesakitan, Draco jadi kasihan. "Lo bisa jalan?"

"Bisa."

Draco berdecak kesal melihat Ocean berjalan kesusahan. "Lo tuh udah jelek, nyusahin lagi." Draco tiba-tiba mengangkat tubuh Ocean ala bridal slyte.

"Apaan sih, Kak? Turunin enggak!" Ocean menepuk pundak Draco, minta diturunkan, ia malu menjadi pusat perhatian orang-orang di mall.

"Bacot! Diem!"

Continue Reading

You'll Also Like

11.3K 2.8K 38
[AKU TANTANG KALIAN BACA SAMPAI PART 3, SIAPA TAU JATUH CINTA;)] Riri hanya gadis yang terlihat polos dan kekanak-kanakan, ramah dan mau menerima sia...
408 73 11
Perjodohan? Heii ayolah ini sudah jaman modern apa masih ada yang di namakan perjodohan. Tapi nyatanya sampai saat ini hal tersebut masih sering di l...
69.7K 3.7K 74
Season 2 dari ZIONNE "𝘈𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘱𝘦𝘥𝘶𝘭𝘪 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘬𝘪𝘴𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬, 𝘮...
531K 26K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...