Hello Max

By virgogerls

856K 79.1K 1K

Percayakah kamu akan transmigrasi? Awalnya, Althaia tak percaya akan transmigrasi yang terjadi pada novel-nov... More

00. •Prolog•
01. •Dunia Lain•
02. •Sadar•
03. •Bertemu•
04. Althaia
05. Maximilian Archard
06. Bertemu lagi
07. Pulang
08. Mata-mata
09. Luka
10. Murid Baru IHS
11. Max dan Dylan
12. Bimbang
13. Bertahan
14. Bahaya
15. Restu
16. Bukan Keluarga Bahagia
17. Mengunjungi Mama
18. Waktu Berdua
19. Malam Bahagia
20. Marah
21. Tak Sengaja Bertemu
22. Fakta Baru
24. Mimpi
25. Damai dan Bahagia
26. Berlalu
27. Pilihan
28. Maaf
29. Terikat
30. Firasat
31. Bertahan atau Meninggalkan?
32. End
X-tra Part 1&2
X-tra Part 3
announcement+ask
X-tra Part 4+5
Cerita Baru

23. Awal Kehancuran

14.4K 1.4K 9
By virgogerls

Pagi ini, Internasional High School dihebohkan dengan berita yang menyeret nama orang tua Dylan sebagai tersangka. Hampir seluruh murid tak henti-hentinya membicarakan masalah tersebut hingga rasanya terlalu muak mendengar lorong demi lorong yang dipenuhi berita orang tua Dylan.

“ALTHAIA TUNGGU!!”

Teriakan itu berhasil membuat langkah kaki Althaia yang ingin menuju kelas terhenti. Tubuhnya memutar untuk melihat seseorang yang meneriaki namanya. Ternyata Grace.

“Gila sih semua murid bahas Dylan.”

Grace mengucapkannya dengan nada bersungut-sungut.

“Tapi gue senang. Akhirnya kehancuran Dylan ada di depan mata. Lo tahu?” Grace menggantungkan kalimatnya. Menatap ke arah Althaia dengan raut misteriusnya.

Althaia mengangkat sebelah alis. Meminta Grace untuk melanjutkan kalimatnya barusan.

“Di mading sekolah ada beberapa foto Dylan dan Maudy yang berbuat mesum.”

“Serius?”

“Iya. Gue udah lihat tadi, Lo mau lihat? Ayo gue temani.”

“Siapa pelakunya?”

Grace menggeleng. “Gue gak tahu. Tiba-tiba tadi pagi salah satu murid udah lihat di mading ada foto mereka.”

Althaia terdiam. Tak mungkin kan Papanya? Atau ada seseorang lain yang berusaha menjatuhkan Dylan? Tapi siapa?

“Terus mereka berdua gimana? Bukannya ini masalah serius?”

“Gue dengar dari akun gosip sekolah, Dylan dan Maudy dipanggil ke ruang BK. Semoga aja mereka di DO.”

Althaia mengangguk sebagai balasan. Keduanya berjalan beriringan menuju kelas.

Namun, di tengah perjalanan, keduanya berpapasan dengan Dylan yang berwajah tak mengenakkan. Terlihat amarah yang membara.

Perasaan Althaia mendadak tak enak. Ia menggenggam tangan Grace dengan erat.

“Brengsek! Ini semua karena Lo sialan!” maki Dylan saat berada tepat di samping Althaia.

Grace langsung pasang badan melindungi Althaia. “Salah Althaia? Please, Lo punya kaca, kan? Semua perbuatan Lo yang ngelakuin bareng Maudy, terus apa hubungannya sama Althaia? Gak jelas banget bego!”

Dylan semakin terbakar amarah. Ia mendorong tubuh Grace hingga tersungkur. Tangannya kini memojokkan Althaia hingga membentur tembok. Ringisan keluar dari mulut Althaia, namun tak membuat Dylan menghentikan aksinya.

Para murid yang melihat pun tak berani memisahkan karena takut melihat Dylan yang kalap.

“Karena Lo, gue hancur!”

Tangan Dylan terangkat untuk mencekik leher Althaia. Nafas Althaia tersengal-sengal. Wajahnya memerah.

“Lepas!” ucapnya lirih.

“Lo harus mati, bitch. Lo harus bayar kehancuran gue dengan kematian lo.”

Althaia pasrah. Ia tak mampu melepaskan tangan Dylan yang mencekiknya. Tubuhnya terasa lemas.

Sebelum kesadarannya terengut, ia bisa mendengar suara pukulan yang diikuti suara erangan kesakitan. Bersamaan dengan itu, cekikan di leher Althaia terlepas. Membuat gadis tersebut berusaha meraup oksigen sebanyak-banyaknya.

“MATI LO SIALAN!”

“GUE AKAN SERET LO KE NERAKA!”

Pukulan demi pukulan terdengar memenuhi lorong. Dan pelakunya adalah Ilyas. Seseorang yang ditugaskan oleh Max untuk menjaga Althaia dari jauh. Namun, ia kecolongan karena Dylan lagi-lagi berhasil mencelakai Althaia. Sungguh ia sangat marah pada dirinya sendiri karena tak bisa menjaga amanah.

Telinga Althaia berdengung. Samar-samar ia bisa melihat Grace yang berusaha menyadarkannya dengan panik.

“WOY BANTUIN GUE BAWA DIA.”

“KALIAN MANUSIA BUKAN SIH? KENAPA DIAM AJA SAAT ADA ORANG YANG SEKARAT?!” teriak Grace dengan nyaring. Tubuhnya bergetar melihat tubuh Althaia yang semakin melemas dan akhirnya kesadaran yang berusaha dipertahankan hilang juga.

Seorang laki-laki datang menghampiri Grace dan Althaia. Tanpa banyak bicara, laki-laki tersebut menggendong tubuh Althaia menuju UKS. Diikuti Grace di belakangnya yang menangis takut.

[Hello Max]

Bunyi lenguhan terdengar dari bibir Althaia. Diikuti matanya yang mulai terbuka. Ruangan serba putih menyambut penglihatannya.

“Althaia, you ok? Mau minum?” tanya Grace bertubi-tubi. Ia senang karena setelah 1 jam lamanya menunggu, Althaia bisa terbangun dari pingsannya.

“Minum.”

Grace langsung memberikan Althaia minum.

“Ini jam berapa?”

“Jam 8. Lo udah pingsan selama satu jam.”

“Terus Lo? Kenapa di sini? Bukannya kelas udah dimulai.”

“Ya nunggu Lo lah. Gue udah izin sama guru buat jaga Lo di UKS.”

Althaia mengangguk. Ia kembali merebahkan diri di brankar UKS.

“Lo mau pulang aja?”

“Gak. Gue baik-baik aja, cuma leher gue sakit dan perih.”

“Wajar sih, si brengsek Dylan itu bukan manusia. Bisa-bisanya main kasar sama perempuan.”

“Terus sekarang dia? Dimana?”

“Di ruang BK. Sebentar lagi dia bakal dikeluarkan dari sekolah. Lo tenang aja.”

“Segitunya?”

“Iyalah. Selain karena perbuatan dia ke Lo, dia juga udah buat aib sekolah dengan berbuat mesum sama partnernya itu.”

“Hmm iya.”

“Lo tidur aja. Gue tunggu.”

Althaia mengangguk. Ia memejamkan matanya.

Sedangkan Grace mengirimkan pesan pada Max. Memberitahukan bahwa keadaan Althaia berangsur membaik setelah sadar.

[Hello Max]

Bel tanda pulang sekolah berbunyi nyaring. Seluruh murid bersorak karena waktu yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Semua berhamburan keluar kelas menuju parkiran mengambil kendaraan masing-masing untuk pulang.

“Gue duluan Al,” ucap Grace berpamitan pada Althaia.

“See you, hati-hati di jalan.”

“Oke.”

Althaia mengedarkan pandangan ke segala arah. Melihat apakah sopirnya sudah menunjukkan tanda-tanda akan datang.

“Kak!”

Althaia menoleh. Entah siapa yang dipanggil, tapi kepalanya refleks mencari sumber suara.

“Eh, Matt?!”

Althaia terkejut melihat Matthew yang datang ke sekolahnya dengan masih mengenakan seragam SMP. Juga sebuah motor matic kendaraan Matthew.

“Bisa bicara sebentar?” tanya Matt dengan nada yang panik, khawatir, dan terdengar sedih.

“Kenapa? Ada masalah?”

“Kakak bisa bantu aku?”

“Bisa-bisa. Bantu apa? Bilang aja sama gue.”

“Abang sakit kak, dari semalam demamnya tinggi banget. Tapi Abang gak mau dibawa ke rumah sakit ataupun minum obat. Bahkan Abang juga gak mau makan apapun. Aku gak tahu dan gak berani mendekat.”

Althaia mengusap bahu Matt yang bergetar. Ia menunggu adik Max tersebut menyelesaikan ucapannya.

“Kakek lagi di luar kota, bibi juga udah berulang kali bujuk Abang keluar, tapi hasilnya nihil. Aku takut Abang kenapa-kenapa.”

“Lo bisa boncengin gue, kan? Gue ke rumah Lo buat bujuk Max.”

Althaia khawatir mendengar ucapan Matthew mengenai keadaan Max. Padahal tadi pagi Max mengabarinya jika tak bisa menjemput dan pergi sekolah karena ada urusan mendadak. Bukan sakit.

“Ayo kak.”

Althaia langsung naik di jok belakang motor Matt. “Lo gak bawa helm dua?"

“Gak kepikiran kak, aku terlanjur panik. Gak tahu lagi harus minta bantuan siapa. Karena kakak satu-satunya perempuan yang dekat Abang, aku inisiatif minta bantuan kakak.”

“Ya udah, kalau ada polisi yang patroli Lo langsung ngebut aja.”

Matthew langsung menghidupkan motornya. Melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Sedangkan Althaia mengeluarkan ponsel untuk menghubungi sopir dan juga kedua orang tuanya jika pulang terlambat.

Tak sampai 15 menit, motor yang dikendarai Matt sampai di halaman luas tempat tinggal Max.

Beruntung sepanjang perjalanan tak ada polisi yang biasanya berpatroli. Keberuntungan di tengah kegentingan.

“Ayo masuk kak.”

Matt mempersilahkan Althaia untuk mengikuti langkahnya. Ia langsung menunjukkan letak kamar Max yang tertutup rapat.

“Pintunya dikunci, tapi aku ada kunci cadangannya. Ini, kakak bisa masuk dan aku mohon bujuk Abang supaya mau makan dan minum obat. Aku percaya sama kakak,” ucap Matthew penuh harap.

Althaia mengangguk. Meskipun dalam hati merasa takut jika Max marah karena lancang memasuki kamar pribadinya.

“Doain gue selamat ya,” ucap Althaia dramatis.

“Semangat!”

Akhirnya, dengan keberanian yang ditanamkan dalam hati, Althaia membuka pintu kamar Max dengan kunci yang diberikan Matt. Ruangan sunyi dan gelap menyambut penglihatannya.

“Max.”

(To Be Continue)

Continue Reading

You'll Also Like

6.9M 291K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
38.6K 4.7K 10
Baca I am Their Lovers dulu! jangan lupa vote dan follow ya~ [COMPLETE] ✨✨✨✨✨✨✨✨✨ Milky Aprillina Dwi Angelina. Gadis cantik yang menjadi satu-satuny...
562K 21.3K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
60K 10.3K 20
"TRICIA! KAN UDAH AKU BILANG JANGAN MINUM DARAH SEMBARANGAN!" "Ya kenapa? Mau kuminum darahmu saja?" "ENGGAK! AWAS AJA! JAUHKAN TARINGMU ITU!" Tricia...