Love mistake || NOMIN

By jenjaelee_

30.4K 2.1K 64

Lapak BxB‼️ Mpreg‼️ Nomin‼️ "Malam ini Lo harus teraktir gua sepuasnya dan apa yang gua mau Lo harus tururtin... More

01
02
cast
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
19
20
21
22
Ending

18

917 65 0
By jenjaelee_

.

.

.

"Udah Papa sama Daddy aja perginya. Jie sama Charle"

Jaenar menghembuskan nafasnya lelah. Saat ini dirinya, Jiendra, Jovan dan juga Charle berada di halaman rumahnya.

Jovan datang kemari tadi niatnya untuk menjemput Jiendra dan Jaenar bersamaan, namun sih cempreng Charle sudah duluan berada di  rumah sang kekasih. Eak.

"Udah Om Jovan sama Om Nana aja, biar Charle sama Jiendra barengan. Lagian jarak perusahaan Om Nana kan jauh dari sekolah kita nanti telat loh kalian" charle berucap panjang lebar dan di beri acungan jempol oleh Jiendra di belakangnya.

"Ayo Jie kita berangkat. Bye Om Jovan, bye Om Jaenar." Ucap charle langsung menarik tangan Jiendra tanpa membiarkan pemuda itu berpamitan.

"Udah Na berangkat sana, udah siang loh ini. Nanti macet"

Yuda tadi ingin kekantor namun putranya yang satu lagi tidak mengijinkan karena Yuda Masi dalam pemulihan. Dan harus banyak istirahat di rumah.

"Nana gak jadi berangkat Yah, Ayah sama siapa nanti kalo Nana pigi"

Terlihat wajah khawatir pria manis di hadapannya membuat Jovan tersenyum menatap kearah Yuda.

"Ya udah kamu di sini aja Na. Jagain om Yuda, aku juga disini gak papa"

Menatap heran ke arah Jovan, Jaenar mengerutkan keningnya.

"Gua aja yang gk kerja, lagian Lo ngapain ikut-ikutan segala"

Ucapnya ketus memandang tidak suka kearah Jovan. Namun yang di tahap malah tersenyum membuat kedua matanya hilang seketika.

"Ya gak papa Na, kan calon mertua"

"Dih, sapa bilang!"

Menatap horor kearah Jovan yang masi tersenyum membuat Jaenar memijit pelipisnya, heran dengan pria dewasa ini.

"Udahlah, ayo masuk nak Jovan"

Yuda memotong pembicaraan putranya ini. Jika di biarkan maka mereka akan terus begini.

Menggerutu melihat Ayahnya yang mengajak Jovan masuk kedalam rumahnya tanpa seijin Jaenar.

Jika Jovan tidak bekerja bagaimana mau meluluhkan hati Jaenar. Dan jika perusahaan keluarga Renandra bangkrut Jaenar mau dikasih makan apa nanti. Dia tidak membayangkan bagaimana jika Jovan tidak punya uang dan dirinya harus hidup bergantung dengan Ayahnya. Jaenar bukan matre loh ya, hanya saja realistis. Y

"Om udah makan?"

Ucap Jovan Sekedar berbasa-basi karena tidak tau harus berkata apa.

"Udah, kamu udah makan?" Yuda balik bertanya dan dia angguki oleh Jovan.

"Emang lo gak papa gak kerja? Ntar Papa lo marah"

Terdengar ketus tapi ada makna tersirat dari ucapan Jaenar.

Jovan tersenyum sembari menggeleng menatap Jaenar.

"Enggak, Papa lagi di luar negri. Mau nikah"

Senyumnya tambah merekah mengingat bahwa keluarganya akan utuh lagi. Ya walaupun kedua saudaranya sudah pergi di kehidupannya masing-masing setidaknya Jovan akan merasa bahagia sekarang bisa merasakan apa yang saudaranya rasakan sebelumnya.

Beda halnya dengan Jovan yang terus tersenyum, Jaenar justru terkejut mendengarnya.

"Titip salam sama Papa kau. Semoga bisa menebus kesalahannya dulu"

Ucapan Yuda membuat kerutan dikening Jaenar semakin dalam.

"Iya Om, Papa juga bilang makasih ke Om karena udah mau bantu katanya"

Memang Yuda lah yang tau keberadaan sih manis yang melahirkan Jovan itu tinggal  selama ini.

"Ayah sama Papanya Jovan saling kenal?"

Kedua pria dominan itu menatap Jaenar yang juga menatap keduanya bergantian.

"Ayah sama om Januar gak bakal pernah kenal kalo gak karena Papa kamu Na" 

Persahabatan antara Wildan- papa Jaenar dan orang yang melahirkan Jovan itu terbilang sangat lama, bahkan perpisahan keduanya karena maut yang memisahkan.

Dahulu kedua pria manis itu selalu bersama, membagi suka dan duka bersama. Itu mengapa Yuda mengenal jelas sosok Januar Pradipta dari sang suami yang menceritakan sosok orang yang di cintai sahabatnya. Hingga puncaknya saat saat pria manis yang melahirkan Jovan itu mengandung, persahabatan yang terjalin antara Yuda dan Januar juga hilang. Yuda cukup kecewa dengan apa yang Januar lakukan terhadap pria manis itu, mulai dari mengkhianati sih manis sampai menghamilinya dan membawa sang buah hati pergi bersamanya.

"Ya udah ah, Ayah mau istirahat di kamar aja" Yuda mengalihkan pembicaraan tidak mau mengigat Wildan di masa lalu. Itu membuatnya merindukan sosok manis yang dahulu selalu tersenyum cerah kearahnya.

Meninggalkan dua makhluk Adam yang terdiam menatap objek yang sama di hadapannya.

Mereka berdua, Jovan dana Jaenar tidak tau harus berbicara apa. Jovan yang bodoh dalam percintaan, Jaenar yang tidak mau ambil pusing dalam hal percintaan. Jadinya seperti ini terdiam sembari menatap layar televisi yang menunjukkan sebuah kartun balita.

"Na"

Jaenar menatap Jovan yang berada tak jauh darinya. "Hemm?"

"Marvel ngajak makan bareng"

Ucap Jovan sembari mendekatkan diri, duduk di samping Jaenar.

"Ya udah sana lo pergi. Lagian gua udah sarapan tadi"

"Sama Harry juga"

Kedua manik mata mereka bertemu, menatap satu sama lain dengan jarak tak terlalu jauh.

"Hari ini Marvel aku kasih cuti, jadi Harry ngajak pergi makan bareng. Katanya mumpung anak-anak lagi sekolah gak ada yang ganggu"

"Kalo kita di sana kita yang jadi pengganggu mereka"

Alasan Jaenar tidak mau itu karena ia tau bahwa Harry dan Marvel pasti mengumbar kemesraan keduanya yng membuat Jaenar sakit mata.

"Harry yang nyaranin buat makan bareng, sekalian nanti siang jemput anak-anak"

"Ayah di rumah sendirian"

Semoga saja Jovan tidak bersikukuh ingin mengajaknya setelah mendengar alasan Jaenar yang sedikit masuk akal.

"Ayah mana Na?"

Jaenar memejamkan matanya saat suara Dejun terdengar di telinganya. Oh ayolah saudara kembarnya ini datang di waktu yang tidak tepat.

Jika ia dan Jovan pergi bersama Marvel dan Harry, secara tidak langsung mereka berempat melakukan doble date.

"Ngapain lo?"

Pria dengan perut yang sedikit membuncit itu mengeryitkan keningnya. Ia kemari emangnya kenapa? Ini rumahnya.

"Balik lah, inikan rumah gua"

"Yakan lo dah kawin ngapain balik kesini lagi"

"Gua dah nikah juga Masi sering tinggal di sini jagain Ayah" Dejun berjalan mendekat kearah Jaenar. Dan baru tersadar bahwa ada Jovan disini.

"Lo ngapain di sini?" Dejun memandang sini Jovan.

Sedari dulu yang tidak memaafkan Jovan adalah dirinya, dirinya belum bisa memaafkan pria dominan ini karena ulahnya yang membuat saudara satu-satunya harus tinggal di negara orang dan menjalani hidup sendirian bersama putranya.

Dulu saat Jovan kembali setelah lima tahun kepergian Jaenar, Dejun sempat membuat beberapa lebam di daerah wajah tampan milik pria bermata sipit itu, jika saja kekasihnya saat itu tidak menghentikannya mungkin saja dia akan mendekam di penjara selama beberapa bulan.

Jovan tersenyum kikuk melihat wajah datar milik Dejun. "Mau ngajak Nana jalan, boleh?"

Jaenar menutup matanya mengumpat dalam hati, apa apaan pria ini.

"Ntar lo buat hamil lagi setelah itu lo tinggalin?"

Tidak Jovan tidak ada niatan seperti itu. Jikapun Jaenar hamil lagi nanti dia pasti akan menikahinya, malah semakin mudah untuknya memiliki pria manis itu jika pria manisnya itu hamil anaknya lagi. Eh

"Udah yang, Masi pagi jangan marah-marah"

Pria dengan paras dominan mengelus bahu Dejun dengan lembut, menenangkan sang suami yang sedang tersulut oleh amarah dengan sangat-sangat lembut.

"Ayah di atas sendirian, kita kesana aja yuk langsung di periksa Ayahnya" Hendry- suami Dejun mengandeng tangan sang suami, berjalan menaiki tangga agar tidak berhadapan lagi dengan Jovan. Karena kondisi Dejun yang sedang mengandung itu menyebabkan sih manis ini mudah tersulut emosi.

"Ayo Na, udah ada Dejun di rumah"

Jaenar berdecak, berjalan naik ke kamar, meninggalkan Jovan yang diam termatung melihat punggung sang pujaan hati pergi meninggalkannya sendirian.

"Gua di tinggal?" Lirihnya sembari menjatuhkan bokonya di sofa empuk.

"Ayo"

Mengalihkan pandangannya dari televisi, Jovan menatap Jaenar yang sudah berganti pakaian. Tadi pria manis itu menggunakan kemeja berlengan panjang berwarna biru langit dan celana berbahan katun, sekarang pria manis itu sudah berganti dengan kaos putih di balut oleh kemeja berwajah biru dan jeans hitam yang melekat indah di tubuhnya.

"Ayo, atau gak jadi?" Jaenar menatap kearah Jovan yang sedari tadi memandangnya. Ya ampun bagiamana ini, mengapa ia merasa salah tingkah saat dirinya di pandang lekat oleh netra mata milik Jovan.

"Gua hitung sampek-"

"Ayo, kita berangkat" Jovan memotong ucapan Jaenar dan mengandeng lengan Jaenar untuk keluar bersamanya.


"Gak biasanya kamu ngajak aku sarapan diluar vel" Harry memandang heran pria gang berstatus suaminya ini.

"Ide Jovan sih ini"

"Oh pantes, kalo gak ide Jovan lo gak bakal ajak gua makan di luar gini"

Marvel gelagapan, memang benar ini ide Jovan tapi dia juga ingin makan bersama pria berkulit tan ini.

"Gak gitu sayang, kita mau adain Doble date."

"Ya tetep aja kan, kalo gak karena Jovan gak bakal makan di luar" 

Harry berucap malas dan membuang pandanganya ke arah jendela mobil. Lebih baik ia menikmati jalanan kota Jakarta daripada memandang wajah Marvel yang makin hari makin membuatnya kesal.

"Tadi aku niat ajak kamu makan berdua aja. Serius akutuh gak bohong yang" Marvel mengambil tangan Harry dan menggenggamnya, sesekali juga ia kecup ringan.

Jangan tanya prasaan Harry sekarang, ia masi kesal dengan Marvel tapi sifat soft dari pria beralis camar ini benar benar membuat ia meleleh seketika.

"Masi pagi gini emang restorannya buka?" Jaenar menatap restoran mewah dihadapannya.

Jam menunjukkan pukul 8:30 apakah ada restoran buka jam segitu? Kecuali restoran tersebut membuat menu sarapan.

"Buka kok" Ucap Jovan menarik tangan Jaenar untuk masuk kedalam restoran, menunggu kedatangan Marvel dan Harry.

Di dalam restoran ini cukup mewah. Kental dengan desain Eropa yang sangat menyejukkan mata. Jovan membawa Jaenar duduk disalah satu meja yang sudah disiapkan untuk empat orang. Jovan menarikkan kursi untuk Jaenar duduk, hal itu membuat Jaenar sedikit tercengang dengan perlakukan moster jalanan pada masanya ini.

"Nana udah nunggu lama?" Harry menghampiri Jaenar, duduk tepat di hadapan pria manis tersebut. Disusul oleh Marvel yang duduk di samping Harry dan berhadapan dengan Jovan.

"Enggak kok, baru nyampek juga"

"Emang ada acara apa Jovan ngajak kita sarapan bareng? Untung gua belum nyayur"

Jaenar menatap Jovan yang duduk disebelahnya. Bukannya tadi Jovan bilang kalau Marvel yang mengajak mereka buat sarapan di luar bersama lalu dilanjutkan jalan-jalan dan menjemput Jiendra.

"Gua juga bingung, ada apa Van? Lo udah nentuin tanggal pernikahan sama Jaenar?" Jovan menatap Ngalang ke Marvel yang berada di hadapannya.

"Siapa juga yang mau nikah" Jaenar menjawab ucapan Marvel yang langsung di balas tatapan oleh Jovan.

"Lo Na-" ucapan Jovan terhenti karena makanan yang di pesan oleh Jovan tadi sudah berada di hadapan mereka.

Sekilas mereka berempat hanya terlihat seperti satu kumpulan teman tanpa melibatkan perasaan. Jika saja orang tau bahwa dua dari empat orang tersebut adalah pasangan menikah mungkin mereka akan diusir tadi tempat ini. Hubungan seperti itu Masi tabu di kalangan masyarakat di negri ini, tidak sedikit orang yang menentang bahkan menganggap hal itu adalah sebuah virus yang harus di musnahkan. Namun mereka seakan buta dengan cinta dan kasih sayang yang diberikan oleh pasangan seperti mereka, cinta mereka, kasih sayang dan sebagai nya itu tidaklah ternilai harganya.

Dua pria yang saling mencintai bukanlah sebuah kesalahan. Namun ketidak sengajaan yang membuat keduanya harus berada di dalam jerat yang sama. Beberapa dari mereka ada yang berhasil keluar dari jerat tersebut dan beberapa dari mereka bertahan di dalam jerat tersebut.







Jangan lupa vote and komen ya we😘

Salam pacar Jeno ◜‿◝

Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.6M 311K 34
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
2.6M 130K 59
LO PLAGIAT GUE SANTET 🚫 "Aku terlalu mengenal warna hitam, sampai kaget saat mengenal warna lain" Tapi ini bukan tentang warna_~zea~ ______________...
1.4M 123K 60
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...