About You

By fairytls

55.8K 5.5K 3.8K

[PRIVAT, FOLLOW UNTUK BACA LENGKAP] Trauma terhadap cinta membuat Leone Ice Fox tak ingin menjalin hubungan d... More

A T T E N T I O N
P R O L O G U E
1. Leone Ice Cole
2. Ocean Javiera
3. School
4. Clubbing
5. Girlfriend? Big No!
6. Ocean is a Germ
7. Freaky Girl
9. Gifts
10. Ck! She's Noisy
11. Damn! Crazy Girl
12. Poor Ocean
13. She's Not Cinderella
14. Physics Olympiad
15. She's Says "I Love You"
16. Family Date
17. Nightmare, Hug, and Hallucinations
18. Denial
19. Angry
20. Can I Eat Your Lips?
21. I Apologize
22. Who's she?
23. I Gotta Go
24. Missing You
25. Musée du Louvre

8. What? Mr. Ice

1.5K 162 31
By fairytls

Tesla hitam baru saja memasuki parkiran sekolah. Leone keluar sambil menekan tanda gembok pada kunci mobilnya. Pria itu tampak gagah dan berwibawa di setiap langkahnya menuju ruang guru, ditambah setelan formal yang melekat apik pada tubuh atletisnya, membuat pesona Leone sukses menarik atensi para siswa untuk memandangnya.

Bruukk! Leone menatap kesal pada Ocean yang sudah menabraknya. "Kalau jalan lihat-lihat, pakai matamu!" ketus Leone.

Ocean tersenyum lebar langsung mengeluarkan jurus untuk menggoda Leone. "Sebenarnya aku sengaja, Pak, biar bisa ngobrol sama Mr. Ice."

Jonathan yang berada di belakang Leone dengan jarak satu meter segera mendekati Leone dan Ocean. Kebetulan Jonathan juga baru datang ke sekolah.

"Gue dengar apa barusan? Ocean manggil lo apa, Le? Mr. Ice? Woah, itu panggilan khusus buat lo, Le. Kayaknya lo punya hubungan special sama Ocean tapi lo enggak mau kasih tau gue," sosor Jonathan mengambil pijakan di sebelah Leone sambil tersenyum mengejek.

Jonathan beralih menatap Ocean. "By the way, bisa kamu ulangi lagi panggilan kamu barusan, Ocean?"

"Mr. Ice, lucu 'kan, Pak?"

"Um, lucu," balas Jonathan. "Lo dengar, Le? So sweet banget panggilan baru lo." Jonathan semakin gencar menggoda Leone.

Leone diam menatap tajam Ocean dan berkata. "Jangan panggil saya seperti itu!" hardik Leone memasang wajah tak suka. Ia kesal pagi-pagi sudah diganggu oleh gadis aneh seperti Ocean.

"Kenapa? Bapak enggak mau dipanggil Mr. Ice? Kalau gitu Pak Es aja gimana?"

"Saya enggak suka, jangan sembarangan ganti nama panggilan saya."

"Aku enggak sembarangan ganti nama Bapak, nama tengah Bapak 'kan memang Ice yang artinya Es."

"Terima aja, Le, panggilan baru lo," timpal Jonathan sambil menepuk bahu Leone.

"Tuh 'kan Pak Jo aja setuju, lagian Pak Es itu panggilan sayang dariku untuk Bapak."

"Kamu panggil saya Pak Es? Kamu enggak sadar sama nama kamu sendiri? Dasar gadis laut!" hardik Leone tidak terima dipanggil Pak Es maka ia akan menjuluki Ocean gadis laut agar Ocean merasakan kesal seperti dirinya.

Bukannya kesal justru Ocean tersenyum malu, pipinya terasa memanas, ia tertunduk seraya membuang muka ke samping, salah tingkah dipanggil gadis laut oleh Leone.

Melihat Ocean terdiam dan senyum-senyum sendiri seperti orang gila, Leone mengambil kesempatan itu untuk pergi dari sana tanpa memedulikan Jonathan yang memanggilnya dengan sebutan Pak Es.

"Tunggu gue, Pak Es," goda Jonathan sambil mengejar Leone yang sudah menjauh.

Ocean balik kanan melihat Leone semakin jauh darinya. "Pak Es, I love you," teriak Ocean.

Dia beneran gila, batin Leone jengkel, pria itu semakin mempercepat langkahnya, sungguh Ocean telah merusak pagi harinya yang indah.

Jonathan memasang tampang mengejek. "Lo kesal, Le?" Jonathan lantas terkekeh. "Come on, Bro, itu cuma panggilan sayang dari Ocean."

"Diam lo!" ketus Leone.

"Kening lo kenapa?" tanya Jonathan.

"Luka."

"Plester luka lo lucu juga, gambar hati. Siapa yang kasih, Tante Lucy?"

Sial! gue lupa ganti, rutuk Leone dalam hati.

Leone buru-buru melepaskan plester dari keningnya. "Mending lo diam, jangan banyak tanya," balas Leone lantas membuang plester ke tempat sampah di samping mejanya.

Di kelas, Ocean sedang serius mengerjakan soal matematika. Sesekali Luna meminta bantuan kepada Ocean ketika ia lupa rumus atau semacamnya. Ocean selesai pertama kali dan mengumpulkan tugasnya dimeja guru, tak heran karena kepintaran gadis itu memang di atas rata-rata.

Ocean kembali duduk, menggeser tubuh guna mencari posisi ternyaman. Masih banyak waktu sebelum jam istirahat. Ocean mengeluarkan ponsel android dari dalam sakunya. Hampir 15 menit Ocean berkutat dengan layar 6,5 inch yang ia pegang, iseng mengetik nama Leone Ice Cole di pencarian internet. Benar saja, nama keluarga Cole memenuhi portal berita dengan kesuksesan yang diraihnya.

Ocean membaca Artikel yang mengulas tentang kehidupan Leone sebagai seorang guru serta direktur utama sekaligus anak dari CEO Cole Corporation. Papa Leone masuk ke daftar orang paling berpengaruh pun menjadi salah satu orang terkaya. Pantas saja Leone tak berpikir dua kali membelikannya sepeda seharga 7,2 miliar.

Ocean bisa membayangkan kehidupan mewah keluarga Cole termasuk Leone sendiri. Enggak salah aku suka sama, Pak Es. Dia ganteng, kaya, dan juga cerdas, Ocean membatin. Bila dibandingkan dengan Ocean, maka seperti langit dan bumi perbedaan kasta mereka.

Ocean kembali fokus pada layar ponselnya, ibu jari Ocean mengulir ke atas lalu menemukan berita terhangat hari ini mengenai Leone. Anak tunggal keluarga Cole akan segera menikah. Itulah judul situs berita yang Ocean baca disertai foto keluarga Leone yang berada di restoran, foto mereka agak buram karena dipotret dari luar restoran dengan jarak jauh.

Bagaikan tersambar petir, liver Ocean teriris membaca berita itu. Apalagi melihat perempuan bergaya elegant mengenakan dress berwarna cream duduk di depan Leone. Namun sayang wajah si perempuan terhalang oleh rambutnya sehingga tidak terlihat.

Ocean cemburu, ia tidak suka melihat berita itu. Ocean mematikan layar ponsel dan segera menyimpannya.

Saatnya istirahat.
It's time to have break.

"Ayo, Ocean, ke kantin," ajak Luna.

Ocean mengeluarkan kotak bekal kosong, sengaja ia bawa dari rumah.

"Lo bawa bekal?

"Enggak, ini kosong."

Luna tak bertanya lebih lanjut kenapa Ocean membawa kotak makanan kosong ke sekolah. Luna mengaitkan tangannya ke lengan Ocean. Baru saja mereka keluar kelas tiba-tiba ponsel Luna bergetar sehingga mereka berhenti di koridor.

"Bentar, Ocean." Luna mengeluarkan ponselnya lalu membaca pesan yang dikirim oleh seseorang.

"Ocean, maaf. Kayaknya gue enggak jadi ke kantin, lo pergi sendiri enggak apa-apa 'kan?"

"Iya enggak apa-apa, santai aja. Kalau gitu gue ke kantin dulu ya," pamit Ocean.

Ketika Ocean sedang berjalan menuju kantin, ia berpapasan dengan Leone. Ocean tak memedulikan Leone, ia bahkan melengos.

Leone mengernyitkan dahi, tidak biasanya Ocean bersikap tak acuh kepadanya. Sudah beberapa minggu gadis itu sering mencari kesempatan mendekati dirinya. Namun Leone tak ambil pusing, bahkan ia akan merasa senang jika Ocean menjauh.

Hari ini Leone hanya mengajar di satu kelas yaitu kelas 1-A. Mengingat Leone adalah seorang direktur maka ia akan pergi ke perusahaan karena ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Sampai parkiran Leone melihat Luna berdiri di samping mobilnya.

"Kenapa Bapak suruh aku datang ke sini?" tanya Luna karena ia mendapat pesan dari Leone agar menemuinya di parkiran.

Leone dan Luna bertukar kontak saat acara makan malam kemarin dan orang tua mereka meminta agar menyimpan nomor satu sama lain.

"Mama saya minta kamu datang ke rumah," ungkap Leone.

"Hari ini?"

"Um." Leone membalas dengan gumaman.

"Okay, bilang sama Tante Lucy, aku pasti datang."

"Pulang sekolah nanti saya jemput." Tanpa menunggu balasan Luna, Leone segera masuk ke dalam Tesla hitam miliknya.

***

Di kantin Ocean sedang mengisi kotak bekalnya dengan nasi serta paha ayam untuk ia makan di rumah. Harap maklum, Ocean di rumah sering tidak makan karena Ibu tirinya kejam.

"Hei, pendek!" sapa Draco langsung duduk di kursi depan Ocean.

Ocean urung menyuapkan nasi kemulutnya, ia menatap Draco. "Jangan menghina fisik, Kak, asal Kakak tau, aku enggak pendek." Ocean tidak suka jika ada orang yang menghina tinggi badannya.

"Tinggi lo berapa?"

"165 centimeter."

"Itu pendek."

"Terserah, mau apa Kakak ke sini?"

"Kerjain tugas gue."

"Bukunya mana?" pinta Ocean.

"Pulang sekolah temui gue di parkiran, nanti gue kasih bukunya."

Ocean mengangguk mengiakan setelah itu Draco beranjak dari meja Ocean.

"Ocean!" teriak Luna melengking menghampiri Ocean.

Ocean merotasikan bola matanya, lagi-lagi ia urung memasukkan nasi ke dalam mulutnya. "Kenapa sih, Lun? Lo teriak seakan baru aja menang undian."

Luna nyengir memperlihat deretan gigi putihnya yang rapi. "Ocean, ayo kita makan di sana." Luna menunjuk ke sisi lain kantin di mana tempat makan untuk anak-anak orang kaya alias non beasiswa.

"Tapi 'kan di sana-"

"Udah ayo, lo tenang saja, gue yang bayar," sela Luna langsung menyeret Ocean agar mengikutinya.

Sampai di depan deretan makanan. "Lo mau makan apa, Ocean?"

"Kelihatannya lobster itu enak." Ocean menatapi hidangan curried lobster penuh minat.

Petugas Cafetaria yang berdiri di belakang deretan makanan tersebut segera mengambil menu lobster dan menaruhnya ke atas piring Ocean serta Luna. Setelah piring mereka terisi oleh makanan, mereka lekas duduk tak jauh dari meja Draco dan teman-temannya.

"Carol, sini," panggil Draco menyebabkan siswa lain di sekitar meja laki-laki itu menoleh ke arahnya termasuk Ocean beserta Luna.

Carol menoleh ke arah Draco, gadis itu tersenyum manis sehingga muncul lubang kecil pada pipi kanannya membuat ia semakin menawan.

"Gue yakin Kak Draco mau nembak Carol," bisik Luna pada Ocean, "Kak Draco itu suka mengoleksi gadis cantik, dasar laki-laki murahan!" Luna mendadak kesal sendiri, ia tak rela jika Carol yang merupakan sekretaris di kelasnya menjadi korban Draco.

Ocean tak peduli, ia sibuk memisahkan kulit lobster dari dagingnya. Mau Draco menjadikan Carol pacar atau istri sekalipun, itu bukan urusannya. Ocean tidak suka mencapuri percintaan seseorang.

"Kakak manggil aku?" tanya Carol dengan suara lembutnya.

"Iya, gue boleh minta nomor handphone lo?" Draco langsung to the point tanpa basa-basi.

"Um, buat apa, Kak?"

"Buat telepon lo di saat gue kangen sama lo."

Ocean bergidik jijik mendengar bualan Draco. "Lun, lo dengar bualan Kak Draco barusan? Jijik gue, mau ketawa sumpah."

Tawa Luna hampir tersembur mendengar perkataan Ocean. "Shuttss." Luna menempelkan telunjuk dibibirnya. "Nanti Kak Draco dengar."

"Lo udah punya pacar?" Draco kembali bertanya. Laki-laki tampan bergaya bad boy itu punya seribu cara untuk menaklukkan hati wanita.

"Enggak, Kak."

"Sama. Kalau gitu lo mau jadi pacar gue?"

"Ha? Maksudnya?" lontar Carol agak kaget.

"Jadi pacar gue, lo mau apa pun gue turutin." Kalimat penuh sihir itu yang selalu Draco gunakan untuk memikat para gadis cantik, demikianlah cara Draco memenangkan hati para gadis meskipun pada dasarnya Draco tidak pernah serius menjalin hubungan, ia menjadikan para gadis sebagai mainannya di waktu luang. Setelah bosan, ia campakkan begitu saja.

Melihat Carol bergeming, Draco kembali berucap. "Jadi gimana? Lo mau jadi pacar gue?" Draco menggenggam tangan kanan Carol dengan posisi masih duduk di kursi.

Malu-malu Carol mengangguk kecil. "M-mau, Kak."

Draco tersenyum kemenangan. Kemudian menyuruh Carol duduk di hadapannya. Draco meminta Carol menyuapinya makan dan tentu saja gadis itu menurut karena ia sudah menjadi pacar Draco.

"Bisa-bisanya Carol mau jadi pacar Kak Draco, padahal kelakuannya buruk," lontar Ocean pelan.

"Mau gimana lagi, Kak Draco itu ganteng dan kaya, banyak type perempuan sekarang ada pada dua point itu. Lagian Jadi pacar Kak Draco itu enak, Kak Draco akan kasih apa pun yang pacarnya minta," jelas Luna.

"Tapi tetap aja, Lun. Dia itu jahat dan suka membully. Kenapa para gadis tetap mau sama dia?"

"Ya karena Kak Draco kaya, zaman sekarang yang lebih penting itu good rekening. Ditambah lagi kalau dapat yang ganteng, itu bonusnya."

"Ternyata perempuan sekarang banyak yang matre."

"Lo salah, Ocean, itu namanya bukan matre tapi realistis."

Ocean terdiam sejenak untuk menggali memorinya lebih dalam, kepalanya memutar ingatan tentang kehidupannya yang serba kekurangan. Ocean tidak kaya seperti Draco maupun Luna, untuk memenuhi kebutuhannya saja Ocean harus bekerja sepulang sekolah. Namun Ocean jarang mengeluh.

Ocean tak menyangkal perkataan Luna, apa yang Luna katakan benarnya adanya, lagipula siapa yang mau hidup miskin.

Continue Reading

You'll Also Like

919K 13.4K 26
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
229K 30.4K 31
[17+] "Lebih suka cowok seumuran atau yang lebih tua?" -Arjean. "Siapa aja, asal bukan lo." -Shannon. ⚠️WARNING⚠️ - Kekerasan. - Umpatan dan kata kas...
21.7K 1.2K 21
REBORN PYTHAGORAS Rayyan Afkara, biasa dipanggil Ray. Dia laki-laki pintar, tampan, dan mapan. Hidupnya tertata rapi, namun sangat monoton. Hingga ak...
569K 22.1K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...