MOMMY CHAN!!

By KongGhuan_

2.6M 229K 27.1K

Haechan sedang bercanda ria di pasar malam bersama teman-teman, tapi karena perut nya sangat lapar ia memberi... More

Haechan Seo
Pasar Malam
Bayi Siapa?
Debt.
Mark Jung
Bubu! Chenle mana?!
Haechan and his work
Haechan and his work pt2
a wasted smile.
digigit anjing rabies.
what's wrong with Chenle?
destiny.
mommy, don't go again.
┐('•_•')┌
Jung is weird.
Jung's residence.
have to work, Melk!!
Lele tidul baleng mommy!!
rain go away.
bangun Melk!!
Chenle's troublesome wishes.
Maap ya man teman!
Haechan's past
Poor Haechaniee.
Mark Jung caught!!
Jung Haechan
Cook eggs :^
Only love can hurt like this.
Annoying people
Chenle's new friend?
Nomin's wedding plans
Unnecessary worries
Afraid.
Melk?
Swimming??
Envy
Mark posesif Jung
Say sorry to Echan
Childhood memories
Having an affair?
Misunderstanding
Come again.
Mommy sedih!!
Secret mission
Erratic feeling
Ignored
Mischievous
Spoiled
Daddy Melk and Lele
Cafe
Go
Vielen dank
Butterfly
Pemakaman dan Canada
bonchap.
ADA PENGUMUMAN⚠️
⚠️⚠️
PENGUMUMAN LAGII
⚠️

VVIP

25.1K 2.2K 453
By KongGhuan_

.

.

.

.

.

.

00.31 pm.

"Melkk.." dengan suara lirih Haechan memanggil suami nya yang sudah tertidur sejak tadi. Ia menepuk pelan pipi Mark sembari meringis kesakitan karena perut nya seperti diremas kuat.

"Hm?"

"Enhhh bangun dulu"

Mendengar suara tersebut sang suami langsung membuka mata sembari mengelus pinggang Haechan, "Kenapa? kram lagi ya?"

Si manis menggeleng pelan,berusaha mengarahkan tangan kekar milik sang suami ke bagian bawah nya. Mark bingung, namun saat merasakan sprei kasur di bagian bawah basah mata nya langsung melotot.

Panik.

Si alis camar langsung terduduk dan dengan kasar menyingkap selimut yang menutupi setengah tubuh istri nya. Ia ingin sekali mengira Haechan habis mengompol, tapi raut wajah si manis yang sedang menahan sakit membuat nya yakin itu bukan mengompol.

"Sebentar.."

Mark masih shock dan hanya terdiam lama di kasur mencerna apa yang baru saja terjadi. Sedangkan Haechan yang sudah sangat kesakitan mulai meremas kuat jari-jemari sang suami.

"Nhh Melk.. jangan diem ajaa"

"Oh i-iya iya maaf, kita ke rumah sakit"

Raut khawatir jelas terpatri di wajah tampan milik Mark Jung. Tanpa berganti pakaian ia langsung menggendong si manis menuju garasi bawah dan memanggil supir untuk mengantar.

Sepanjang jalan sang suami terus mencium dahi Haechan yang sudah basah oleh keringat. Satu tangan nya tak henti mengusap perut besar yang terasa begitu kencang saat disentuh.

"Unghh Melkhh.." si manis mencengkeram kuat pundak dominan yang sedang memangku nya dengan posisi menyamping.

"PAKK CEPETAN KASIAN ECHAN NYA"

"Sebentar tuan, kita sedikit terjebak kemacetan" ucap pak supir sembari tak henti menekan klakson. Sungguh ia juga ikut khawatir melihat keadaan istri boss nya.

"Sial" haruskah Mark membuka jendela dan berteriak pada pengendara di depan nya? atau haruskan ia berlari sambil menggendong Haechan hingga sampai ke rumah sakit?

Seakan tahu apa yang ada di pikiran sang suami, si manis kini menggeleng pelan, "Jangan sembrono Melkk"

"Tapi kamu nya kesakitan"

"Engga nhh Echan masih bisa tahan"

Tetap saja si alis camar khawatir, lihatlah raut wajah sang istri yang sedang susah payah mengatur nafas. Jari-jemari lentik itu juga dengan kuat meremas tangan Mark yang ada di perut.

Saat si dominan sudah hampir selesai mengumpulkan niat untuk melakukan hal gila kedua, mobil mereka mulai bergerak perlahan. Berkat pak supir bar-bar yang terus menekan klakson sembari berteriak 'BERI JALAN ADA PAMIL KESAKITAN' sejak tadi.

Sebenarnya Mark malu. Namun perasaan itu tertutup oleh rasa terimakasih nya kepada pak supir. Ia berjanji akan menaikkan gaji sosok di balik kemudi menjadi 10× lipat.

Sesampainya di rumah sakit, Haechan langsung ditangani oleh dokter kandungan yang bertugas. Sedangkan Mark yang tidak diperbolehkan masuk sudah tak dapat berpikir jernih, ia terus berjalan mondar-mandir di depan ruang periksa sembari menggigiti kuku tangan nya.

Untung dokter Choi yang menangani Haechan saat itu cepat keluar, sekitar 45 menit kemudian.

"Dok, istri saya mana? gimana keadaan nya? bisa saya ketemu?" Mark langsung menyerbu dokter Choi dengan berbagai pertanyaan.

"Tenang dulu tuan, istri anda baik-baik saja, namun saat ini nyonya Haechan belum dapat melahirkan karena masih dalam tahap pembukaan ke lima" ujar dokter kandungan itu sembari mencoba menenangkan Mark.

"Sebaik nya kita siapkan kamar untuk istri anda agar nyaman menunggu hingga bukaan sepuluh tuan, suster akan bantu memindahkan nyonya Haechan jika anda berkenan"

Suami si pria manis langsung mengangguk, ia beralih menatap suster yang berdiri di samping dokter Choi, "Tolong pindahkan ke kamar VVIP"

.

Disini lah Haechan sekarang.

Terbaring sendiri di ranjang rumah sakit semenjak ditinggal dua suster beberapa menit lalu. Mark dimana? ia tak tahu, yang ada di pikiran si manis saat ini adalah bayi dalam kandungan nya.

"Huwaaa sakiitt" rengek Haechan sembari satu mata nya terpejam dengan bibir yang terus digigit, "Mmhh ayo Echan semangat demi adek"

Brakk!

Mark dengan tak sabaran membanting pintu, mata nya langsung tertuju pada si manis yang terbaring di ranjang rumah sakit. Sungguh melihat Haechan seperti ini membuat sang suami tak tega.

"Sstt sabar yaa" bisik Mark di samping telinga kanan istrinya. Ia kecup berkali-kali kening si manis tak peduli jika area itu sudah sangat basah oleh keringat.

"Melkk abis dari mana?"

"Bayar biaya rumah sakit, maaf aku lama"

Netra lucu milik Haechan kini menyusuri setiap sudut ruangan yang mereka tempati. Ini bahkan tidak terlihat seperti ruang rawat yang biasa ia kunjungi dahulu.

"Kenapa pilih yang ini? mahal Melk"

"It's okay, nggak akan aku biarin kamu milih kamar sendiri" Mark berkata seperti itu karena ia yakin Haechan akan memilih kamar yang murah. Tentu si dominan tidak mengizinkan hal itu terjadi.

Si manis hanya pasrah mengangguk pelan merespon perkataan suami nya, "Melk elusin perut Echan mau?"

Tanpa berkata apapun Mark langsung mengarahkan satu tangan untuk mengelus perut Haechan. Bibir tipis nya tak henti menciumi seluruh wajah si manis dengan satu tangan lain merapikan surai madu yang basah.

Nyaman sekali. Haechan bisa merasakan ketulusan disetiap sentuhan sang suami pada tubuh nya. Mata sayu kelelahan milik si manis perlahan tertutup seiring dengan elusan tangan Mark yang seakan memberi ketenangan.

Si dominan Jung sangat sedih melihat sang istri terus menahan sakit nya kontraksi sepanjang hari. Si manis bahkan tidak bisa beristirahat dengan tenang meski tubuh mungil itu sangat kelelahan.

Haechan sudah terlelap di ranjang rumah sakit, namun jari-jari lentik nya tidak mau melepaskan tangan Mark yang mengelus perut. Saat si dominan menarik dengan paksa tautan tangan mereka memang terlepas, tapi itu membuat si manis kaget dan terbangun lagi.

"Eunghh.."

"Sstt maaf, tidur lagi babe"

"Melk bobok juga, Melk ngantuk" titah Haechan sembari menepuk space kosong di ranjang rumah sakit.

"Iya Melk bobok di sofa aja, kalo disini nanti Echan nggak nyaman"

"Nouu.. Melk sini temenin Echan sama adek!"

Melihat wajah Haechan yang sudah kelelahan dan memerah membuat Mark menyetujui permintaan sang istri. Ia segera membaringkan tubuh di ranjang dan memeluk sosok kesayangan nya dari belakang.  Tak lupa juga dominan Jung mengangkat side rails agar keamanan Haechan lebih terjaga saat mereka berdua tertidur.

"Now close your eyes and have a sweet dream, dear"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

06.36 am.

Brakk!

"ECHANIEEE!!"

Mendengar teriakan tersebut tentu dua tubuh di ranjang rumah sakit tersentak kaget. Dengan sigap Mark menenangkan sang istri yang mengerutkan kening akibat pintu yang dibuka dengan kasar.

"Melk.."

"It's okay itu tadi cuma tangan ular yang lagi ngetuk pintu" ucap si dominan sembari mengelus dahi si manis.

Setelah Haechan tertidur lagi tatapan tajam langsung ia tujukan untuk dua sejoli di ambang pintu kamar. Siapa lagi kalau bukan Jeno dan Jaemin yang sedang membawa bingkisan buah-buahan.

Anak sulung keluarga Jung perlahan turun dari ranjang rumah sakit lalu menghampiri kedua orang yang kini sudah berjalan mendekat.

"Ga teriak-teriak njay, nanti Echan kebangun" ujar si alis camar sembari memastikan Haechan tak terganggu. Jaemin langsung menutup mulut nya dengan tangan, ia lupa.

"Gimana bang keadaan Echan gue tersayang?" tanya Jaemin sembari berjalan perlahan mendekati sahabat lucu nya. Ia perhatikan terus menerus wajah manis itu lalu sesekali mencium kening si bayi beruang.

"Bukaan lima. Lagi nunggu bukaan sepuluh. Btw lo bisa agak jauhan ga sih Na?"

"Yaelahh santai ngab, ga mungkin gue nikahin uke tercinta lo ini" jawab Jaemin mencoba tidak berteriak.

"Lo jahat banget sih bang nggak ngabarin kita berdua, sampe kita tau nya dari supir" sindir Jeno sambil kini memeluk leher kakak nya dengan erat.

"Yaa maap gue panik banget tadi malem"

Hening sejenak. Jeno dan Mark sibuk berpelukan sedangkan Jaemin terus menciumi dan mengelus dahi Haechan yang tertidur.

"Istri lo belom ada tanda-tanda mau lahiran?" tanya si sulung Jung sembari menatap adik nya.

"Udah dikit-dikit tapi Nana nya nggak mau istirahat kalo dia masih kuat ngapa-ngapain noh"

"Ck santai bang, lagian kan Echan sama gue hamil nya selisih dua mingguan lebih, lumayan lama lah yaa"

Mark hanya menganggukkan kepala beberapa kali. Lalu mata nya beralih pada pakaian seragam yang Jeno dan Jaemin kenakan.

"Sekolah?"

"Iya lahh yakali enggak" jawab Jeno sembari menatap istri cantik nya yang berdiri lumayan jauh, "Nana kalo mau disini temenin Echan nggak apa, biar Nono aja yang skull"

"Noo mau ikut Nono ajaa, tapi ntar kita kesini lagi oke?!"

"Yakin ngga papa?"

"Iyaaa ayo" Jaemin semangat sekali menarik sang suami keluar kamar VVIP tersebut sementara tangan lain nya memegangi perut.

"Ehh bentar, anak gue mana? sini sama gue kasian kalian dari kemaren jagain dua bocil rusuh, sekalian Jisung nya titipin sini aja"

"Lele sama Jie di mobil sama supir bang, lo lupa anak kecil ngga boleh masuk rs?"

Mark terdiam cukup lama memikirkan perkataan Jeno barusan. Benar juga, anak usia di bawah 12 tahun dilarang masuk rumah sakit.

"Lah terus mau kalian bawa sekolah? nggak usah udah cukup gue ngerepot-"

"Bang kalo lo ngerasa berhutang budi simpen buat besok pas gue mau lahiran aja ya? tolong jagain Jie" Jaemin menunjukkan cengiran lucu untuk sang kakak ipar.

Pada akhirnya Mark menurut, ia membiarkan Jeno dan Jaemin kembali membawa dua balita. Walapun dengan berat hati karena sebenarnya ia tak suka Chenle terlalu dekat dengan Jisung.

Anak itu terlihat seperti calon pedofil.

07.00 am.

"Permisi tuan, saya mengantar sarapan untuk nyonya Haechan pagi ini, akan saya ambil kembali jam 08.00 nanti" perawat wanita masuk setelah Mark membukakan pintu. Ia membawa food trolley berisi makanan utama, buah-buahan dan juga segelas susu serta kue.

"Terimakasih"

"Sudah tugas saya tuan, dokter Choi akan check keadaan istri anda setiap habis makan"

Mark mengangguk tak banyak bicara. Setelah memastikan perawat itu pergi membawa food trolley kosong, si dominan segera berjalan ke arah Haechan.

Ia kecup kedua mata yang masih terpejam sembari tangan nya mengelus kepala sang istri, "Sayang bangun, makan dulu"

"Eunghh" Haechan terdiam sejenak mengucek mata nya lalu menggeleng pelan, "Nou Echan nggak laper Melk"

"Harus makan aku maksa" ujar si dominan sembari bergerak hendak mengatur ranjang sang istri agar sedikit terduduk.

"Iyaa oke Echan makan tapi di balkon aja yaa?? disuapin Melk"

Mark tersenyum gemas melihat cengiran Haechan, ia segera membantu si manis turun dari ranjang dan menuntun nya menuju balkon.

"Pelan-pelan jalan nya babe, mau liat apa sih?"

"Tadi Echan liat ada kupu-kupu lucuu terbang di luar tauu"

Sampai di tujuan si alis camar langsung menyuruh Haechan duduk di kursi yang ada. Lalu ia kembali lagi masuk ke dalam untuk mengambil sarapan rumah sakit pagi itu.

Melihat menu yang tersaji adalah bubur sebenarnya si manis tak selera, Mark tahu itu. Tapi walau bagaimana pun sang istri tetap harus sarapan.

"Ughh" gerutu Haechan saat satu sendok bubur berhasil masuk ke mulut kecil nya, "Melk harus ikut mam"

"No ini kan sarapan buat Echan" jawab yang lebih tua dengan senyum jahil.

"Ishh cobain duluu, ini enak lohh!"

"Aku nggak akan ketipu sayang"

"Ihh harus tetep cobain Melkk, sekalian bantu Echan abisin"

Melihat raut menggemaskan sosok sang istri membuat Mark akhirnya memakan sesendok penuh bubur meski tak ingin. Lihatlah, dengan hanya hal kecil tersebut sudah bisa membuat Haechan tertawa lebar sembari bertepuk tangan heboh.

"Ppfftt muka nya Melk lucu hehe enak kan?" tanya si manis sembari mengusap pucuk kepala sang suami yang duduk di kursi samping.

"Heem enak bangett" ucapan dan perbuatan berbanding terbalik. Nyata nya Mark sedang sangat kesulitan menelan bubur di mulut.

Disaat kedua nya sedang asik mengobrol tiba-tiba ponsel Mark bergetar di saku celana, dari Jaehyun. Si dominan berpikir sejenak karena jarang sekali daddy nya ini menelpon di luar kepentingan mendesak.

"Siapa Melk?"

"Daddy Jae"

"Kenapa ngga diangkat?"

Haechan segera mengambil alih handphone si alis camar sebelum dering nya mati. Terpampang jelas nama 'daddy Jae' di layar.

"MARK JUNG KOK GA NGABARIN BUBUU?!" suara di sebrang membuat si manis langsung menjauhkan benda pipih itu dari telinga.

"Hallo bubu ini Echan"

"Ya ampun Echan sayang gimana keadaan nya? udah masuk RS ya? gimana kata dokter?"

Mark di samping Haechan mendatarkan wajah mendengar ucapan Taeyong yang berubah lembut saat bersama menantu nya. Ia terus menyuapi si manis sambil mendengarkan obrolan dari sambungan telepon.

"Echan baik buu, iya ini udah di RS kata dokter bukaan kelima, eh iya kan Melk?" si manis bertanya kepada sang suami untuk memastikan sekali lagi dan langsung di respon anggukan kepala.

"Harus banyakin istirahat biar kuat waktu persalinan, makan yang banyak kalo bisa olahraga ringan biar lancar lahiran nya, paham kan?"

"Siapp bubu Echan paham!"

"Tambah sering pegel ya pinggang nya?"

"Eumm iya.. ini udah kerasa sakit lagi"

"Bukaan kelima.. hmm.. nanti kalo udah bukaan delapan sampe sepuluh kontraksi nya bakal makin sering sayang, jangan takut, tetap tenang oke?"

Mendengar itu Haechan tercekat. Kontraksi yang sekarang saja sakit nya sudah bukan main, apa nanti ia bisa bertahan? sampai akhir?

"Maaf daddy sama bubu masih di luar negeri, secepatnya daddy Jae bakal rampungin kerjaan disini terus langsung balik ke sana ya Chan?" suara Jaehyun ikut terdengar di sambungan telepon membuat Haechan reflek mengangguk.

"Iyaa dad, Echan tungguu!"

"Nunggu daddy sama bubu?"

"Nouu Echan tunggu oleh-oleh nyaa hehe"

Jaehyun dan Taeyong terkekeh mendengar suara lucu menantu pertama mereka.

"Iya nanti dibawain oleh-oleh, sekarang daddy mau ngobrol sama suami nya Echan boleh?"

"Eum boleh!"

Haechan segera menyerahkan ponsel ke genggaman pemiliknya lagi. Saat mata bulat si manis menatap mangkuk seketika ia heran. Kenapa tinggal sedikit? apa dia yang memakan nya? ia tidak sadar telah menghabiskan bubur itu.

"Halo dad?"

"Halo Mark, ini bubuu"

"Ohh kenapa buu?"

"Kenapa? kamu lupa ngabarin kita loh Mark"

"Hehe maafin Markeuu ya buu, tadi malem Mark panik banget sampe ngga kepikiran apa-apa selain Echan"

"Nggak papa bubu nggak marah, itu tandanya kamu sayang sama istri kamu" Taeyong menghela nafas sejenak, "Mark tolong terus disamping Echan ya? jangan ditinggal sendirian walau cuma satu detik, ajak ngobrol terus biar sakit kontraksi nya nggak terlalu kerasa"

"Iya buu Mark paham. Paham bangett malah"

"Heem, apalagi Echan laki-laki, rahim nya lebih rentan dibanding rahim perempuan pada umum nya jadi harus lebih dijaga"

"Siapp bubu tenang aja pasti Mark jagain terus kok"

"Yaudah bubu sama daddy cuma mau ngobrolin itu, kita usahain pulang secepatnya, nggak sabar ketemu babyy!!"

"Oke makasih buu"

Panggilan telepon dimatikan. Mark menatap Haechan yang sedang asik memakan kue sembari mengangguk kecil.

"Eum Melk ini enak kue nya rasa coklat!" ucap si manis dengan mulut penuh yang tentu membuat pipi nya semakin bulat.

"Pelan-pelan makan nya sayang"

"Melk mauu??" Haechan menyodorkan sesendok kue rasa coklat untuk si dominan dan langsung diterima dengan senang hati, "Enak kan??"

"Iya enakk"

Setelah berucap Mark memajukan wajah, menyingkirkan sendok yang ada di depan mulut Haechan lalu mencium bibir berisi itu, "Tapi lebih enak yang ini, manis"

"Echan bukan gula, ngga manis tauu"

"Nggak manis tapi cantik"

"Echan ganteng, no cantik"

"Nggak cantik tapi imut"

"Echan ituu cool boy nggak imut"

"Nggak imut tapi lucuu"

"ISHH TERSERAH MELK AJA ECHAN MAU MARAH!"

"Marah ataupun enggak Echan tetep punya Melk"

Haechan tidak menjawab. Hanya menaruh piring kue keatas meja lalu melipat tangan didepan dada, bibir nya mengerucut lucu dengan alis menukik. Mark melihat itu dengan perasaan gemas langsung memeluk si manis dari samping. Erat sekali hingga Haechan merengek minta dilepaskan.

"Lucuu bangett punya siapaa??" tanya yang dominan sembari mencium pipi si manis.

"Punya Tuhan"

"Okee ga salah tapi kan Tuhan nitipin kamu ke akuu"

"Iyaa Melk iyaa"

Kedua nya terus mengobrol, Haechan berusaha keras menahan rasa sakit yang lagi-lagi menyerang bagian perut nya. Saat dokter memeriksa pukul 12.00 pm si manis sudah sampai ke tahap pembukaan ke tujuh dan hanya perlu waktu beberapa jam sebelum persalinan.

Selama seharian itu pula Mark tak henti menemani istri nya dan terus mengoceh agar Haechan tidak terlalu memikirkan rasa sakit. Mereka juga berjalan-jalan sejenak ke taman yang ada di rumah sakit mewah itu karena si manis ingin sekali melihat kupu-kupu lebih dekat lagi.

"Hihii Melk kupu-kupu nya cantik yaa??"

"Iyaa babe jangan lari-lari, sini pegangan tangan"

Setelah puas di taman dua sejoli tersebut kembali ke kamar untuk membersihkan badan. Pertama Haechan dulu yang mandi dengan bantuan Mark, mereka bermain-main sejenak sebelum akhirnya si dominan menyuruh si manis beristirahat di kasur menunggumu ia mandi.

Mark memang merasa hanya berada di dalam selama kurang lebih 15 menit saja, tapi saat keluar ia melihat Haechan sudah terlelap di kasur.

"Kecapean ya babe? lucu banget kamu kalo tidur"

.

.

.

Si pria manis terbangun pukul 16.30 pm.

Matanya tidak menemukan sosok sang suami di dalam kamar VVIP tersebut. Saat ia melangkah menyusuri ruangan itu lebih jauh pun Mark tidak dapat ditemukan.

"Melk??"

"Halloo Melk dimanaaa??"

Karena tak kunjung melihat sosok gagah itu akhirnya Haechan kembali duduk di tepi kasur. Ponsel yang tergeletak di nakas membuat ide mengirim pesan pada sang suami muncul.

Untung saja Mark Jung langsung menjawab.


Melkyy♡´・ᴗ・'♡

Melk dimanaa?? |
Kenapa Echan ditinggal sendiriann?? |

| Udah bangun? ada yang sakit?
  perlu sesuatu?

Nouu ishh Melk kemanaa? |
Kenapa ngga bilang? |

| Melk ketemu dokter babe ada
  sesuatu yang perlu di bicarain

Sesuatu? |
Apa? |
Echan boleh tauu? |

| Tentang biaya rumah sakit, Echan
  nggak perlu khawatir, tidur lagi
  aja ya?

Huhuu tapi Echan takutt sendirian |
Melk kapan balik nyaa? |

| Sebentar lagi sayang, tunggu yaa
| Jangan kemana-mana okee? nurut
  perintah suami

Okee Melk cepetan!! |

Hihi adek besar sekalii |

| Iyaa Melk cepet ke kamar
| Echan sama adek kalo butuh sesuatu harus gimana?

Harus bilang ke Melk! |

| Good

Lega sekali saat mengetahui Mark masih berada di area rumah sakit. Karena bosan menunggu si manis mengambil gym ball di sudut ruangan.

Olahraga yang dianjurkan oleh Taeyong dan dokter ini bisa sedikit mengurangi sakit kontraksi. Haechan juga suka duduk di bola karet besar tersebut menghadap pemandangan di luar rumah sakit. Ia mengambil satu buah apel pemberian Jeno Jaemin pagi tadi yang berada tak jauh dari tempat nya.

"Sshhh hufftt okeyy Echan rileks" ucap si manis sembari memantulkan pelan gym ball dengan dirinya yang duduk di bola karet itu.

Di tengah kegiatan tersebut diam-diam Haechan melamun memikirkan keluarga nya di Chicago. Bagaimana kabar mereka? apa mereka benar-benar merindukan anak bungsu Seo? apakah ia harus menemui keluarga nya di negara asing itu? lalu apakah kedua orang tua si manis mau bertemu?

Sebenarnya Haechan ingin sekali mengobrol bersama mereka semua, tapi trauma nya tidak dapat hilang dengan mudah. Hanya membayangkan keluarga Seo saja sudah membuat nafas si manis sesak dengan keringat dingin yang mulai bercucuran.

"Ughh nou jangan dipikirin"

Beberapa detik setelah mengucapkan hal tersebut pipi gembul Haechan di tangkup dari belakang. Dengan otomatis si manis langsung mendongak dan menemukan sosok sang suami sedang tersenyum.

"Apa yang jangan dipikirin? lagi mikirin apa hm?"

"Enggak, barusan mikirin Melk lama banget pergi nya, Echan takut tauu ntar kalo ada hantu gimana"

"Mikir nya suka ngelantur" Mark terkekeh lalu mengecup dahi Haechan sebelum akhirnya berpindah menjadi duduk di lantai depan si manis.

Menyingkap sweater milik sang istri lalu bermain bersama bayi yang sebentar lagi melihat dunia.

BRAKK!

"MOMMY MOMMY MOMMY!! MOMMY NDAK APA-APA??"

"Ehh anak mommy dateng, Lele jangan teriak-teriak sayang ini rumah sakit kasian pasien lain"

"Upss solly mommy"

"AUNTY CHANN AUNTY CHANN KENAPA??"

Chenle langsung menutup mulut Jisung saat sahabat nya itu memasuki ruangan, "Sstt Jie ndak boleh belisik di lumah sakit"

"Ohh okey ndak boleh belisik, Jie mengelti"

Kedua balita tersebut kini malah jalan mengendap-endap menuju Mark dan Haechan. Tingkat Chenle Jisung itu mampu membuat sosok yang terduduk di atas gym ball tertawa geli.

"Kalian sama siapa kesini nya?" tanya Mark.

"Sama ayah bunaa" Jisung menjawab pertanyaan oom nya dengan wajah polos.

"Ayah buna dimana sekarang?" kini Haechan yang bertanya.

"Itu di.. ehh? dimana?" si balita jangkung kebingungan saat melihat di ambang pintu tidak ada sosok orang tua nya, "Tadi ada di belakang Le sama Jie"

Bertanya-tanya sejenak pada dua balita yang entah datang darimana sebelum akhirnya Jeno serta sang istri memasuki kamar VVIP. Oh tidak hanya mereka berdua, tetapi juga ada Renjun, Guanlin dan si kembar. Baiklah ruangan ini penuh sekarang.

"KAK ECHANN HUHUU LAMA GA NGOBROL" ucap anak bungsu Jung yang langsung memeluk Haechan.

"Iyaa lama banget ga ketemu makin cantik aja Gyu"

"Kak Echan juga makin manis lucuu sampe pengen Gyu jadiin pacar"

Haechan kini sibuk mengobrol dengan Renjun, Jaemin dan Beomgyu. Mark entah sejak kapan sudah bergabung dengan kedua saudara dominan nya serta Guanlin. Sedangkan dua balita tampak sedang menonton televisi yang menayangkan Little Einstein kala itu.

"Jen kok lo bisa bawa bocil-bocil nya kesini?" tanya anak sulung keluarga Jung.

"Gatau Nana yang ngerayu pihak rumah sakit ampuh banget pas gue deketin pihak RS nya malah pergi, kata nya boleh bawa tu dua bocil tapi ga boleh sampe nginep"

"Ppfftt yaiyalah mereka takut liat bentukan lo otot semua gini bang" sahut Guanlin yang langsung diangguki kepala Sungchan.

"Dikira preman sekolah abis tawuran deh kayaknya"

_________________________


































































































































































Maap gue baru up😞
Kecewa boleh, itu hak klean kok
Gue usahain up lagi secepatnyaa

Makasii udah nungguin cerita mommy chan terus yaa
😘

Continue Reading

You'll Also Like

693K 55.1K 40
Dibenci oleh para saudaranya mengharuskan Jaemin menjadi pribadi yang kuat. Tapi, akankah ia tetap kuat jika terus dilecehkan oleh saudaranya sendiri...
231K 34.7K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
303K 23K 105
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
5.5K 557 65
"Jeno itu jelek, sangar, bego, alay, lebay, kamseupay eoh, pokoknya Jeno jelek!" ©2020