My Short Story

بواسطة utaminotutama

1M 72.4K 4.5K

Berisi Kumpulan Cerita-cerita pendek yang aku buat. المزيد

Tiba Saatnya (1)
Tiba Saatnya (2)
Tiba Saatnya (3)
Tiba Saatnya (4)
Tiba Saatnya (6) - END
Dunia Maudy (1)
Dunia Maudy (2)
Dunia Maudy (3)
Dunia Maudy (4)
Mimpi? (1)
Mimpi? (2)
Mimpi (3)
Mimpi (4)
Mimpi (5)
Mimpi (6)
Mimpi (7)
Indah
Indah (2)
Indah (3)
Indah (4)
Indah (5)
Katakan Putus (1)
Katakan Putus (2)
Love Scenario (1)
Love Scenario (2)
Love Scenario (3)
Love Scenario (4)
Love Scenario (5)
First Love (1)
First Love (2)
Bukan Pemeran Utama (1)
Bukan Pemeran Utama (2)
Bukan Pemeran Utama (3)
Bukan Pemeran Utama (4)
Jejak Rasa (1)
Jejak Rasa (2)
Jejak Rasa (3)
Jejak Rasa (4)
Jejak Rasa (5)
Jejak Rasa (6)
Jejak Rasa (7)
Salah Jodoh (1)
Salah Jodoh (2)
Salah Jodoh (3)
Salah Jodoh (4)
Salah Jodoh (5)
Salah Jodoh (6)
Salah Jodoh (7)

Tiba Saatnya (5)

31.9K 1.8K 90
بواسطة utaminotutama


@

@

@

@


Sudah beberapa hari ini Dean pulang dengan aura menyeramkan dan tidak bersahabat hingga orang-orang tidak berani berbicara padanya. Dean hanya akan berusaha meredakan emosinya jika berhadapan dengan anaknya.

Dean kelimpungan mencari keberadaan istrinya. Berkali-kali ia menemui Intan, sahabat sekaligus pengacara pribadi Maura tapi ia hanya akan mendapat penolakan dan ujaran penuh benci wanita itu.

Berkali-kali pula ia mendatangi studio Maura yang kini hanya diisi oleh beberapa pegawainya. Dan mereka hanya akan mencicit menjawab tidak tahu karena Dean berbicara dengan tak sabaran dan penuh emosi.

Dean menghempaskan dirinya disofa dalam kamarnya. Ia bersender lelah dan menutup matanya dengan lengan.

"Papa" Dean menoleh dan mendapati anaknya berdiri disamping pintu.

"Sini" Dean meminta anaknya mendekat, lalu begitu Mira dekat pria itu mengangkat Mira untuk duduk dipangkuannya.

"Papa... mama liburannya masih lama ya?" Dean memejamkan matanya mendengar pertanyaan sang anak.

"Kamu kangen mama?" Mira mengangguk dan menatap ayahnya.

"Papa juga" bisik Dean.

"Kita telepon mama ya pa, kita suruh mama pulang"

"Udah malem sayang, mama pasti udah bobo... kamu juga bobo ya sekarang"

"Aku mau ngomong sama mama" kekeh Mira, matanya sudah berkaca-kaca.

"Iya, tapi mama udah bobo... tadi papa udah coba telpon, kita bobo ya... papa yang akan jemput langsung mama" Dean mencoba meyakinkan anaknya.

"Papa janji?"

"Janji" yakin Dean, juga berjanji pada dirinya sendiri.

Setelah yakin anaknya sudah pulas Dean dengan pelan beranjak turun dari kasur dan keluar dari kamarnya.

"Dean..." Dean menoleh saat mendengar suara ibunya memanggil.

"Mama belum tidur?" Tanya Dean lalu kembali memunggungi sang ibu untuk membuka kulkas.

"Kamu sama Maura kenapa?"

"Kami gak papa" ucap Dean lalu menandaskan minuman dinginnya. Kemudian pria itu menoleh saat mendengar tangisan ibunya.

"perasaan mama gak enak, sedari kamu sama Mira minggat kesini, mama selalu gak tenang" wanita paruh baya itu menatap sedih anaknya.

"Mama pengen tanya, tapi mood kamu selalu jelek, mama hubungi Maura tapi dia gak aktif"

"Apa ini gara-gara permintaan mama waktu itu?" tanyanya menatap Dean penuh harap.

Dean menoleh mengalihkan pandangnya, menolak menjawab tanya sang ibu. Namun wanita paruh baya itu tahu jawabannya dari keterdiaman anaknya.

"Astaga Dean..." raungnya tidak tahan.

"Ini semua gara-gara mama..." tangisnya makin menjadi.

"Ya ampun... Maura pasti benci sama mama... Maura... Maura pasti.."

"Ma.. udah" Dean menghampiri sang ibu dan memeluknya.

"Mana Maura Dean? mama harus temui dia dan minta maaf, mama harus minta maaf" tangisnya dalam pelukan sang anak.

"Maura dirumah kan? Ayo antar mama kesana... mama akan memohon maaf" Lidya melepas pelukan sang anak dan menatapnya penuh harap.

"Ini bukan salah mama" lirih Dean.

"Gak Dean, ini salah mama... ayo, ayo kita datangin istrimu" ajaknya sambil menarik tangan Dean yang tak beranjak sedikitpun. Dean malah menggeleng lemah.

"Maura pergi ma, Maura mau pisah sama aku" lirih Dean menatap ibunya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Ya Allah Dean... " tangis Lidya pun makin pecah.

"Mama meminta kamu menikahi Sinta waktu itu karena kalut dengan kondisinya, mama bahkan gak memikirkan perasaan Maura... gak mempertimbangkan rumah tangga kamu"

"Mama jahat Dean... Maura pasti benci mama" Dean menggeleng lemah menyangkal perkataan ibunya.

Ini bukan salah ibunya, melainkan ini salahnya. Meski sang ibu yang meminta tapi Dean yang menyetujuinya tanpa memikirkan apapun termasuk Maura dan rumah tangganya.

Karena dalam hatinya yang terdalam ia ingin mewujudkan keinginanan lamanya membangun rumah tangga dengan Sinta, sahabat dan cintanya.

Dean mengumpati dirinya, pantas saja Maura meninggalkannya. Ia mengaku hanya ingin bertanggung jawab, tapi nyatanya ada wujud keinginan yang lain. Maura pasti menyadari itu, ia memang bajingan.

Ia selalu menganggap cintanya hanya untuk Sinta, bahkan hingga kini. Namun kenapa ia justru merasa hampa dan tidak bahagia ketika Maura meninggalkannya, memberinya kesempatan dengan wanita lain.

Yang ia rasakan justru rindu dengan wanita itu, rindu rasa nyaman dan tenang didekat wanita itu, rasanya selalu ingin memiliki wanita itu.

Ia bahkan merasa marah saat Maura mengucapkan cerai, rasanya begitu hampa dan frustasi saat wanita itu pergi meninggalkannya.

Rasa itu tentu ada, tapi Dean hanya bodoh untuk menyadarinya, atau tidak ingin untuk mengakuinya. Sejak Maura berkata ingin pisah Dean sudah kelimpungan sendiri, tapi ia bahkan masih terus menyangkalnya.

Dean bahkan tidak mempedulikan keberadaan Sinta yang selama ini menjadi prioritasnya selepas kepergian sang istri.

Lalu setelah semua ini, setelah Maura pergi darinya, apalagi yang bisa ia sangkal. Saat mengingat semua perlakuannya pada Maura selama ini, ia merasa sakit dan rasanya ingin seseorang memukulnya sampai sakit fisiknya mengalahkan sakit hatinya.

"Dean" pria itu tersentak saat merasakan tangan ibunya mengusap pipinya yang basah. Tanpa ia sadari air matanya turun.

"Cari istrimu sayang... cari Maura" mohon sang ibu.

"Mama doain aku sama Maura ya" Dean bahkan lupa kapan terakhir kalinya ia memohon doa ibunya seperti ini. Namun kali ini ia butuh usaha dan doa ekstra, bukan hanya untuk menemukan Maura, melainkan juga mengembalikan wanita itu padanya.

"Pasti sayang" ujar sang ibu masih mengusap pipi Dean.



@@@@@@@



Maura menghirup udara sejuk disekitarnya, pemandangan hijau yang terbentang didepannya benar-benar menenangkan. Ia mendudukkan dirinya dibangku yang terdapat pada balkon kamarnya kemudian duduk termenung memikirkan semuanya.

Sudah seminggu ia meninggalkan Jakarta dan menyerahkan perceraiannya pada Intan. Untungnya wanita itu mau mengerti, bahkan ikut menggebu dengan perceraiannya dan Dean.

Mata Maura akan kembali berembun jika memikirkan Dean, terutama anaknya. Memikirkan Mira ia merasa keputusannya sangat jahat dan egois.

Tapi rasa sakit ketika memikirkan Dean akan semakin mendorongnya untuk merasa benar karena telah mengambil keputusan untuk pisah.

Intan memberitahunya bahwa Dean ngotot tidak ingin bercerai dan terus memperalot persidangan.

Sejak pria itu tidak menemukannya, intan juga melapor bahwa Dean terus mendatanginya untuk menanyakan keberadaan Maura.

Maura bersyukur karena Intan sangat loyal dan mendukungnya. Ia tidak tahu harus kemana lagi jika Dean menemukannya disini. Entah apapun tujuan pria itu mencarinya, yang jelas Maura sudah tidak ingin membicarakan apapun, tidak ingin keputusannya goyah.

Ia sebenarnya tidak jauh, hanya berada di puncak. Ada teman baik ibunya yang mau menampungnya disini.

Maura sudah memberitahu keluarganya lewat ponsel tentang perceraiannya. Namun tidak dengan alasan dibaliknya, Maura hanya berkata dirinya dan Dean memutuskan berpisah secara baik-baik.

Ibunya menangis dan ayahnya terdengar tidak terima, tapi Maura tetap memberikan pengertian. Meski tetap tidak bisa menerima semuanya, kedua orang tuanya hanya pasrah dan mendukungnya.

Bahkan keduanya yang meminta Maura untuk menenangkan diri ditempatnya sekarang. Meski Maura sudah mengatakan baik-baik saja, tapi kedua orangnya sadar bahwa ada yang terjadi. Maura juga meminta pengertian orang tuanya untuk tidak dulu menghubungi Dean maupun mertuanya semasa persidangan masih berjalan.

Sudah banyak kebohongan yang ia utarakan pada kedua orang tuanya terkait masalah rumah tangganya, termasuk tentang kehamilannya. Maura bahkan meminta dengan sangat pada sahabat ibunya disini untuk merahasiakan kehamilannya pada orang tuanya.

Ia tahu kekecewaan kedua orang tuanya, apalagi ayah dan ibunya begitu menyukai Dean. Ia pun kecewa dengan dirinya sendiri, tapi Maura sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, atau dirinya akan semakin hancur.

Sejak seminggu yang lalu, tanda-tanda kehamilan menyerangnya makin parah. Ia akan terus mengalami mual bahkan enggan menelan makanan. Inipun ia baru saja selesai diinfus agar memiliki daya tambah karena ia susah menelan makanan.

Maura sering menangis karena kondisinya saat ini yang serba tidak enak, tapi ia menikmati semuanya. Kehamilan pertamanya yang mengalami hal seperti ini justru Dean. Jadi meski ini kehamilan kedua, ia merasa seperti orang yang baru hamil.

Maura menoleh kebelakang saat ia mendengar suara keributan. Ia membelalak tak percaya saat menemukan dua orang yang berdiri tidak jauh dari tempat duduknya. Ia bahkan tidak mendengar suara pintu terbuka, tapi dua orang itu sudah ada didalam kamarnya.

"Kalian..." Maura bahkan kehabisan kata-katanya.

"Dia nih mbak, yang ngotot pengen kesini"

"Ck, lo juga ya" Maura masih menatap tak percaya pada sepasang adik kembarnya yang malah mulai saling menyalahkan.

Maura memang memiliki adik kembar berbeda jenis kelamin, Bima dan Binar.

"Mbak... aku kangen banget" lelah adu mulut dengan Bima, Binar segera merengsek kepelukan sang kakak yang selama ini tinggal jauh dari mereka.

"Kalian kok bisa disini?" Tanya Maura heran dan membalas pelukan adiknya.

"Bisa dong mbak, kan naik pesawat" jawab Bima santai lalu ikut memeluk sang kakak.

"Bukan itu..." gemas Maura mendorong kening adik laki-lakinya.

"kok pake nanya sih, kan kita kangen sama kakak" sahut Binar yang masih memeluk Maura.

"kita juga khawatir" tambah Bima.

"Kakak gak papa... "

"Ck, gak papa tapi sampe kesini, terus itu apa tuh, bekas diinfus" tunjuk Bima pada meja yang masih meninggalkan jejak.

Sama seperti kedua orang tuanya, Bima dan Binar tidak percaya jika rumah tangga kakaknya akan seperti ini. Sejauh mereka mengenal Dean, pria itu adalah pria yang baik dan bertanggung jawab meski terkesan agak kaku.

Terkejut dan sedih mereka rasakan atas kabar perceraian kakaknya yang terasa tiba-tiba, karena selama ini yang mereka tahu rumah tangga sang kakak baik-baik saja.

"kakak sakit apa?" Binar mendongak menatap kakanya dengan serius.

"enggak, kakak cuma gak enak badan"

"kakak jangan terlalu dipikirin, awas aja nanti kalo aku ketemu mas Dean, aku cakar wajah sok coolnya itu" ujar Binar kembali memeluk kakanya.

Sementara itu, Bima sudah tidak banyak bicara lagi, hanya memperhatikan kedua saudarinya yang sedang bercengkrama sembari memikirkan sesuatu.

Tidak lama setelah itu, seorang wanita paruh baya memasuki tempat mereka berada dengan membawa nampan yang berisi segelas susu.

"nak Maura, minum susunya dulu ya" ujar wanita itu, Asni, wanita baik yang mau menampung dan membantu mengurusnya, yang juga merupakan sahabat sang ibu.

Maura segera menyambut susu yang diberikan Asni dan langsung meneguknya habis.

"makasih banyak bu, maaf udah ngerepotin" ujar Maura.

"ck, kamu ini, kan udah dibilang kamu juga ibu anggap anak sendiri, begitu juga Binar sama Bima ya, jadi kalian gak usah sungkan" ujar wanita itu tersenyum.

"kok kakak minum susu? Kayak bayi aja, apalagi seingetku kakak gak suka susu putih gitu loh" tanya Binar heran.

Maura yang ditanya seperti itu entah kenapa malah menjadi gugup.

"ehm, kan kakak sakit"

"emang sakit harus minum susu ya?" lagi-lagi Binar bertanya heran nan polos, sementara Bima yang juga merasa aneh menatap kakaknya curiga.



TBC


melarikan diri adalah jalan wattpadku, dah lah wkwk

واصل القراءة

ستعجبك أيضاً

44.5K 3.1K 6
Short Story Tentang bagaimana cinta tak memandang siapa kamu, apa kekuranganmu, apa kelebihanmu dan bagaimana keadaanmu.
43.5K 2.2K 21
Malvin si pembalap motor terkenal seluruh dunia, memiliki istri yang sifatnya seperti anak badung,dan juga nakal. Jevano,istri dari seorang Malvin pe...
18.5K 947 12
Kumpulan Cerita pendek yang ditulis oleh Ratuqi. *Semoga dapat mengobati kejenuhan pembaca akan cerita lain dari saya yang lama diupdate^^ Cover edit...
228K 11.4K 36
Ini tentang cinta yang enggan memilih. Ini tentang persahabatan yang penuh ujian. Ini tentang hidup yang butuh pilihan... Kumpulan cerita pendek.