TERNYATA JODOH

De ratuTiana

15.6K 2K 112

Sinopsis Tilia January menanam kebencian yang teramat sangat pada keluarga Adam yang juga merupakan mantan ke... Mais

OPEN PO
1 | Tillia
2 | Adam Tirtando
3 | Informasi Perjodohan
4 | Pertemuan Pertama
5| Orang-orang dari masa lalu
6| Samuel
7: Hari sial tiba
8: Suami istri
9: Hari Pertama
10:
11:
12:
13:
14
15:
17
18
19
20
TERNYATA JODOH
21
22
23
24

16

743 96 14
De ratuTiana

Tila baru saja mendapat telepon dari Adam jika papa mertuanya--Aris-- dilarikan ke rumah sakit. Penyebabnya adalah, Aris yang tak sengaja terpeleset di kamar mandi kantornya.

Ingin rasanya Tila mengabaikan ajakan Adam untuk berangkat bersama ke rumah sakit. Namun, hal tersebut tidak bisa ia lakukan karena ini adalah permintaan Aris sendiri.

Tila menghela napas berat, kemudian melangkah keluar dengan tas di genggamannya.

Tila tidak takut meski hanya dirinya sendiri yang masih bertahan di kantor ini. Pasalnya, jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Tila melangkah menuju parkiran dimana mobil Adam sudah menunggunya. Tila masuk ke dalam mobil tanpa menoleh sedikitpun ke arah pria yang berstatus sebagai suaminya. 

"Apa sudah berpesan untuk membawamu ke rumah sakit."

Kalimat pertama yang diucapkan Adam saat Tila baru saja mendudukkan bokongnya di kursi mobil.

"Hm."

Deheman singkat adalah jawaban Tila. Tidak ada pembicaraan lagi di antara keduanya selama dalam perjalanan menuju rumah sakit hingga mereka tiba di depan ruangan Aris.

Adam membuka pintu ruang Aris dan mempersilakan Tila untuk masuk lebih dulu.

"Selamat malam, Pa. Bagaimana keadaan papa?" Tila menyapa sambil tersenyum kecil. Tidak ia pedulikan dua iblis yang saat ini sedang duduk di sofa tak lain adalah Winar dan Eddel.

Aris tersenyum simpul. Pria paruh baya itu memberi kode pada Tila untuk mendekat ke arahnya.

Hal tersebut membuat Tila mau tak mau mendekat.  Tila dibuat bingung dengan maksud dan tujuan papa mertuanya. Terlebih lagi, pria paruh baya itu meminta anak serta istrinya untuk keluar dan membiarkan ia berbicara dengannya.

"Tila." Aris menatap lekat sosok menantunya setelah anak serta istrinya melangkah keluar dari ruangannya.

"Iya, Pa?"

Tila yang saat ini sedang duduk di kursi samping tempat tidur Aris mendongak saat mendengar suara Aris memanggilnya.

"Kamu sudah semakin besar dan dewasa," ucap Aris pelan. "Sudah bisa memilah mana yang baik dan mana yang benar."

"Maksud papa?"

"Papa tahu masa lalu kamu dan Adam. Papa tahu penderitaan apa yang kalian alami."

Tubuh Tila menegang ketika mendengar ucapan papa mertuanya.

"Papa tahu apa yang sudah dilakukan Winar dan Eddel. Atas nama mereka, papa benar-benar minta maaf." Suara Aris semakin melirik dengan mata berkaca-kaca ketika menatap wajah menantunya.

Tila berusaha menahan air mata yang siap terjatuh. Papa mertuanya tahu akan masa lalu mereka? Tapi, kenapa masih mau menjodohkan ia dan Adam? Tila tidak mengerti sama sekali dengan situasi yang terjadi.

"Papa sudah tahu?" bisik Tila menatap Aris penuh kekecewaan. "Tapi, kenapa papa masih bersikukuh ingin menjodohkan aku dan Adam? Itu adalah luka yang harus aku tutup, tapi terbuka lagi karena perjodohan ini."

Aris menarik napas dalam. Tangan keriputnya berusaha untuk menggapai tangan Tila yang langsung dijauhkan oleh wanita itu. Aris menutup matanya. Terlihat sekali jika menantunya enggan untuk bersentuhan dengannya. Orang yang sudah menyebabkan luka lama terbuka kembali.

"Papa hanya ingin Adam mempertanggungjawabkan perbuatannya dulu padamu." Aris membuka matanya kemudian menatap menantunya dengan tatapan lelah. "Kamu hancur oleh Adam, dan dia harus memperbaikinya."

"Apa yang harus diperbaiki, Pa?" Tila menatap papa mertuanya sarat akan kekecewaan dan kesakitan. "Apa yang sudah rusak dan hancur, akan sulit untuk diperbaiki lagi. Mungkin, bahkan nggak akan bisa diperbaiki."

"Nak--"

"Bagaimana dengan istri dan anak papa? Apa papa menghukum mereka? Sepertinya enggak." Tila tersenyum miris. "Papa menikahkan aku dengan Adam membuka luka lama kembali. Mempersatukan aku dengan Adam, sama saja dengan mempertemukan nerakaku dulu."

Tila segera bangkit dari duduknya kemudian melangkah pergi meninggalkan Aris tanpa mau menoleh ke belakang.

Tila tidak akan lagi peduli pada pria paruh baya yang sudah menyatukannya kembali dengan Adam. Seharusnya semua ini tidak akan pernah terjadi andai saja dulu ia tidak mengenal sosok Adam. Masa lalu kelam dan suramnya berasal dari keluarga ini.

Tila melangkah keluar dengan kedua tangan mengepal. Sosok Adam menghalangi langkahnya. Sorot mata Adam terlihat tak terbaca ketika menatap wajah sendu sang istri.
"Apa yang kamu dan papa bicarakan?" Adam bertanya tanpa mengalihkan tatapannya ke arah lain.

"Apa pun yang saya bicarakan, bukan urusan kamu."

"Beliau papaku kalau kamu lupa."

"Kalaupun beliau papamu, urusannya dengan kamu apa?" Tila tersenyum miring. "Apa yang saya bicarakan dengan papa adalah sebuah rahasia yang nggak akan bisa kamu ketahui."

"Apa rahasia itu? Kenapa aku nggak boleh tahu?"

Tila mendekatkan tubuhnya pada Adam. Kakinya berjinjit sedikit kemudian mendekati telinga Adam dan berbisik, "rahasia yang akan membuat kamu gila kalau kamu mengetahuinya."

Tila meniup telinga Adam, sebelum akhirnya ia melangkah pergi meninggalkan Adam yang terpaku di tempat.

Adam menatap punggung Tila dengan tatapan tak terbaca. Wanita itu benar-benar berubah dari beberapa tahun yang lalu. Keras kepala, dingin, dan bermulut tajam.  Itu adalah sosok Tila yang baru.

*

Adam pulang ke rumah tepat pada pukul satu dini hari. Pria itu menggigil kedinginan dengan wajah pucat dan kepala pusing. Adam tahu jika saat ini ia sedang tidak enak badan karena banyak pekerjaan yang menumpuk di kantor. Belum lagi mengurusi papanya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit.

Setelah berganti pakaian, Adam merebahkan tubuhnya disamping Tila dan menutup tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya menggigil kedinginan membuat Tila yang sudah terlelap membuka mata.

Tila menoleh ke samping dan melihat sosok Adam yang bergetar di balik selimut.
"Kalau kamu mau joget-joget, jangan di atas tempat tidur. Saya mau tidur ini sudah malam," tegur Tila sinis.

Adam diam tidak merespon. Pria itu tetap menggigil dengan tubuh gemetar serta suara geraman tertahan masih terdengar samar di telinganya.

Tila berdecap. Wanita itu kemudian mengulurkan tangannya ke kening Adam dan merasa sedikit terkejut karena hawa panas di kening pria itu.

"Demam kamu? Bisa sakit juga," sinis Tila.

Setelah itu, Tila bangkit dari tempat tidurnya menuju lantai dasar guna mengambil peralatan kompres serta obat yang bisa diminum oleh pria itu.

Tila dengan tekun mengompres kening Adam dan beberapa kali mengganti airnya. Setelah dirasa panas tubuh pria itu sedikit mendingin,  Tila akhirnya memilih untuk tidur.

Pagi harinya, Tila terbangun dan mengecek suhu tubuh Adam yang sudah normal. Namun, napas pria itu yang berat menandakan jika Adam belum sembuh total.

Entah setan apa yang merasuki Tila, wanita itu turun ke lantai dasar dan membuatkan bubur ayam yang ia masak sendiri dengan tangannya.

Setelah matang, Tila kembali ke lantai atas dan membangunkan Adam dengan cara yang sedikit kasar.

"Bangun."

Tila menggoyang lengan Adam keras hingga membuat pria itu membuka sedikit matanya.

"Ada apa?"

"Makan bubur. Setelah itu minum obat."

Tila membantu Adam untuk duduk bersandar pada tempat tidur.  Wanita itu mulai menyuap Adam dengan bubur ayam hasil masakannya pagi ini.

"Kenapa kamu baik hari ini?"

Tila diam tidak menjawab pertanyaan Adam.  Wanita itu hanya terus menyuap Adam hingga bubur di mangkuk tersisa setengah.

"Kenapa kamu baik?" Sekali lagi Adam bertanya tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Tila.

"Saya bukan baik. Saya hanya nggak mau bertengkar dengan mama dan adikmu karena tidak merawat kamu."

Tila merapikan mangkuk dan obatnya yang sudah diminum oleh Adam.

"Meladeni dua perempuan nggak waras, hanya buang-buang tenaga."

Setelah itu tanpa menunggu respon Adam, Tila langsung melangkah keluar menuju lantai dasar meletakkan kembali mangkok bekas makan Adam.

Tidak sampai 5 menit ia kembali ke kamarnya dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri.  Tila harus cepat-cepat ke kantor karena ia tidak ingin terlambat.

"Kamu bekerja?"

Tila menoleh menatap aneh sosok Adam yang masih bersandar pada tempat tidur. "Menurut kamu apa saya akan pergi ke kelab malam dengan pakaian formal seperti ini?" tandasnya. Setelah itu ia melangkah pergi dengan tasnya.

Sementara Adam sendiri hanya bisa menghela napas berat melihat tingkah laku Tila yang bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Namun, meskipun begitu, Adam harus berterima kasih karena wanita itu mau merawatnya saat sedang sakit.

Sementara Tila sendiri yang baru tiba di kantor langsung meletakkan tasnya di atas meja. Bokong seksinya ia hempaskan pada kursi di balik meja kerjanya.

Sebelum melakukan pekerjaannya, Tila lebih dulu memeriksakan ponsel yang berada di dalam tasnya. Ponsel yang sudah dari kemarin tidak ia sentuh sama sekali.

Tiga buah pesan masuk dari nomor yang sama membuat kening Tila mengernyit heran. Pasalnya ia tidak mengenali pemilik  nomor tersebut.

Tila membuka pesan whatsapp dan keningnya mengerut ketika mendapatkan sebuah pesan serta gambar darah yang dikirim oleh orang tak dikenal.

"Mati."

Kata itu tertulis jelas di pesan urutan pertama. Lalu, kedua adalah gambar genangan darah yang tercecer di lantai. Gambar ketiga, adalah gambar bayi dengan luka menganga di sekitar tubuh.

Tubuh Tila gemetar menatap gambar tersebut. Matanya menatap nanar gambar bayi dengan luka menganga dan darah mengalir. Ingatannya kembali terputar pada kejadian beberapa tahun yang lalu di mana ia kehilangan sosok bayi yang masih berada dalam kandungannya.

"Iblis!" Tila berteriak nyaring.  Ponselnya bahkan ia lemparkan ke lantai hingga hancur berkeping-keping. 

"Ibu kenapa?"

Sekretaris Tila masuk saat mendengar suara gaduh dan teriakan dari atasannya. Segera gadis itu menghampiri Tila dan menanyakan kondisi wanita itu.

"Saya nggak kenapa-napa. Kamu bisa keluar. Biarkan saya sendiri."

"Ibu yakin?" Sang sekretaris menatap tak yakin pada atasannya yang terlihat kacau.

"Saya yakin. Kamu bisa keluar sekarang."

Tak mau membantah ucapan sang majikan, gadis itu kemudian melangkah keluar meninggalkan Tila seorang diri di dalam ruangan.

Tila mengusap kasar wajahnya.  Wanita itu kemudian terkekeh dan sebuah senyum terukir di sudut bibirnya.

"Itu hanya teror mainan. Orang gila itu pasti ingin aku hidup enggak tenang." Tila tersenyum miring. "Enggak. Aku adalah wanita kuat. Wanita kuat yang nggak akan bisa kalah dari para iblis itu," gumam Tila berkata pada dirinya sendiri.

Continue lendo

Você também vai gostar

239K 1.1K 13
Warning ⚠️ 18+ gak suka gak usah baca jangan salpak gxg! Mature! Masturbasi! Gak usah report! Awas buat basah dan ketagihan.
608K 30.3K 51
Ravena Violet Kaliandra. Mendengar namanya saja membuat satu sekolah bergidik ngeri. Tak hanya terkenal sebagai putri sulung keluarga Kaliandra yang...
792K 7.6K 9
(Sedang dalam proses revisi, di publikasikan berkala) Dokter Rony Mahendra Nainggolan tidak pernah tahu jalan hidupnya. Bisa saja hari ini ia punya k...
2.8M 196K 35
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...