AMBER and the vampire prince...

By Nkalestar

257K 11.4K 1.1K

WARNING (18+)❗ Takdir mempertemukan Amber dengan makhluk yang selama ini di anggap manusia hanyalah sebuah mi... More

Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6
Bagian 7
Bagian 8
Bagian 9
Bagian 10
Bagian 11
Bagian 12
Bagian 14
Bagian 15
Bagian 16
Bagian 17
Bagian 18
Bagian 19
Bagian 20
Bagian 21
Bagian 22
Bagian 23
Bagian 24
Bagian 25
Bagian 26
Bagian 27
Bagian 28
Bagian 29
Bagian 30
Bagian 31
Bagian 32
Bagian 33
Bagian 34
Bagian 35
Bagian 36
Bagian 37
Bagian 38
Bagian 39
Bagian 40
Bagian 41
Bagian 42
Bagian 43
Bagian 44
Bagian 45
Bagian 46
Bagian 47
Bagian 48
Bagian 49
Bagian 50
Bagian 51
Bagian 52
Bagian 53
Bagian 54
Bagian 55
Bagian 56
Bagian 57 (END)

Bagian 13

4.8K 214 22
By Nkalestar

Amber mengelus dahinya yang sakit setelah mendapat sentilan lumayan keras dari Giovanni yang sudah berdiri dari atas tubuhnya. Giovanni tersenyum tipis melihat muka Amber yang merajuk, lalu memasang muka dinginnya. "Sampai kapan kau mau berbaring di sana? Cepat bekerja!"

Amber memanyunkan bibirnya. Tangannya mengelus dahinya yang sudah dipastikan memerah itu. Amber bangkit dan menatap Giovanni malas. Gadis itu melipat tangannya di depan dadanya. "Kau menyuruhku bekerja tapi kau tidak memberitahuku dari kemarin apa pekerjaanku. Lalu, aku harus apa?!"

"Oh, ya? Aku lupa. Baiklah, pekerjaan tetapmu adalah ...."

"Aha ...?"

"Adalah ..."

"Cih, jangan bertele-tele! Ayo, cepat katakan!"

"Kenapa kau tidak sabaran sekali. Ini mulutku jadi terserah padaku!"

Amber menghela nafas lelah, memang musuh pria ini sangatlah tidak mudah. Gadis itu memijat pelan keningnya dan pura-pura menguap.

" ... Menemaniku."

"Apa?"

"Menemaniku. Kau tidak mengerti?"

"Kau tiba-tiba mengatakan itu jadi aku tidak paham maksudmu!"

"Ck, dasar bodoh sekali! Itu sambungan dari ucapanku tadi!"

Amber melongo. Pekerjaan macam apa lagi itu? Hanya menemaninya? Ayolah, ia ingin bekerja dengan sungguh-sungguh bukan bercanda seperti ini. Dia hendak mengungkapkan protesnya, tapi Giovanni membungkam terlebih dahulu mulutnya dengan kecupan manis yang singkat. Amber mengerjapkan matanya.

Giovanni lalu menarik tangan Amber untuk duduk di kursi di depan meja kerjanya. Giovanni kembali sibuk dengan pekerjaannya. Pekerjaan yang ia maksud adalah pekerjaannya sebagai pangeran. Banyak berkas yang ia bawa dari dunia immortal untuk ia kerjakan di sini.

Beberapa jam telah berlalu, dan sekarang menunjukkan pukul sembilan malam. Amber sampai menguap beberapa kali. Dia mengantuk dan juga bosan sekali. Giovanni sendiri juga masih terlihat serius mengerjakan berkasnya. Tangan Amber meraih salah satu kertas itu tapi langsung Giovanni ambil. Gadis itu terkejut dengan tindakan Giovanni yang tiba-tiba mengambil kertas di tangannya. "Belum waktunya kau tahu."

Amber tidak mengerti sama sekali apa yang pria itu bicaranya. 'Apanya yang belum waktunya? Misterius sekali.' Meskipun begitu dia tetap menurut dan kembali diam. Gadis itu memutuskan memainkan ponselnya dari pada tidak melalukan apapun.

Nomor tidak dikenal mengirimkannya beberapa pesan. Tanpa memberitahu namanya pun Amber sudah sangat kenal siapa yang sedang mengiriminya pesan ini, terlihat sekali modal ucapan berupa teks dari nomor tersebut.

Amber membalas singkat pesan dari Axelle itu. Dia tidak tahu kenapa, tidak Giovanni tidak Axelle bisa mendapat nomer ponselnya. Dia tidak merasa pernah memberitahu mereka. Meminta pada Celine? Bisa jadi.

Amber menyimpan nomer Axelle di kontak ponselnya. Amber meletakkan ponselnya ke meja karena ia merasa ingin buang air kecil. Gadis itu melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi minimalis yang terdapat di ruangan kerja Giovanni.

Setelah selesai dengan urusan kecilnya, Amber kembali ke tempatnya. Baru juga dirinya mendudukkan dirinya di sana, dering ponsel yang tertera nama Axelle gila muncul di sana.

Giovanni melirik ke ponsel Amber. Alisnya berkerut. Matanya menatap tajam Amber, tangannya langsung merebut ponsel gadis itu dan menekan tombol merah. Giovanni membanting ponsel yang bahkan bukan miliknya itu dengan keras ke lantai hingga setiap bagian ponsel tersebut berserakan.

Amber mematung. Dirinya sangat terkejut melihat ponselnya yang sudah tidak berbentuk itu tercecer di lantai. Dia menatap ke arah lantai bergantian menatap Giovanni. Cukup lama Amber terus melakukan itu, seolah otaknya sedang mencerna semua ini. Beberapa saat barulah ia sadar. Emosinya memuncak, dia menghampiri Giovanni dan dengan beraninya menampar Giovanni yang di mana Giovanni sendiri adalah bosnya.

Dia tidak peduli tentang posisi Giovanni saat ini, yang ia pikirkan adalah ponsel yang tiba-tiba saja dihancurkan dengan entengnya oleh pria itu. Dia tidak akan memperbesar masalah ini jika saja ponsel yang baru ia banting dibeli dari hasil uangnya sendiri, tapi kenyataannya ini menggunakan uang temannya.

Muka Amber sudah merah padam menahan emosi. Giovanni sendiri juga terkejut atas tamparan lumayan keras yang dilayangkan gadis itu. Giovanni menyentuh pipinya dan menatap tak percaya pada Amber.

"SIAPA DIRIMU BERANI BERBUAT SEPERTI INI PADAKU!? KATAKAN!"

"Aku ... Amber---"

"SUDAH DIAM! memang kesalahan terbesarku bekerja di sini dan bertemu denganmu. Asal kau tahu, ponsel itu adalah pemberian dari teman terbaikku! Tapi kau dengan seenakmu menghancurkannya ...!?"

"Maaf, maafkan aku, Amber. Aku tidak bisa mengendalikan diriku saat pria bajingan itu menghubungimu. Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu, sungguh!"

"Lalu, apa hubungannya denganmu?! Apa masalahmu dengan Axelle yang menghubungiku!? Apa itu menganggu ketentramanmu, hah!?"

"AKU CEMBURU, KAU PUAS!?"

Amber terdiam setelah Giovanni balas berbicara keras padanya, bukan karena nada pria itu yang tiba-tiba meninggi, akan tetapi perkataan yang pria itu ucapkan. Cemburu?

"Aku cemburu ... Aku tidak suka dirimu dekat dengan pria lain, apalagi dengan pria sebrengsek Axelle itu!"

"Brengsek? Kau mengatakan pria sebaik Axelle itu brengsek? Lalu, kau sebut apa dirimu?!"

"Dia tidak seperti apa yang kau pikirkan. Dia tidak sebaik yang kau kenal sekarang, dia punya rahasia besar."

"Oh, begitu. Kau sekarang malah menjatuhkan orang lain? Bagus Giovanni, bagus!"

"Aku tidak menjatuhkan siapapun di sini. Aku hanya memberitahumu untuk menjauhinya karena aku mencintaimu, aku tidak mau dirimu terjebak dalam bahaya!"

Amber menutup kedua telinganya dan langsung pergi dari ruangan itu meninggalkan Giovanni. Amber tidak mau mendengar lagi satupun kata yang akan dikeluarkan oleh pria itu. Dia sudah cukup kesal dengan perbuatan pria itu, dan sekarang dia menjelekkan temannya juga.

Amber pergi dari Cafe itu dengan berlari. Dia melirik ke belakang, rupanya Giovanni tidak mengejarnya. Dia pun bernafas lega. Untuk sekarang dia ingin menghirup udara segar dan berpikir mencari alasan untuk ia berikan pada Celine perihal ponselnya.

Dia melihat sendiri berapa banyak uang yang dihabiskan temannya itu untuk bisa membelikannya ponsel. Celine juga bilang pada dirinya bahwa uang yang digunakan ini sebenarnya adalah untuk gadis itu membeli laptop. Amber terlihat sangat kebingungan sekali saat ini.

Gadis itu memutuskan pergi ke taman kota untuk sedikit menenangkan pikirannya. Amber mendudukkan dirinya di bangku kosong di dekat taman bunga mawar merah yang semakin indah dengan sinaran dari lampu taman malam ini. Dirinya mulai melamun, tapi, tiba-tiba ada tangan menyodorkan kopi hangat tepat di depan mukanya.

Amber melirik pelakunya, dan ternyata itu Axelle yang sedang tersenyum padanya. Pria itu juga membawa kopi lain di tangan satunya. Amber bergeser dari tempat duduknya untuk memberi tempat pada Axelle. Axelle duduk di samping Amber.

"Terima ini, ayo!" Amber akhirnya mengambil segelas kopi yang tadi pria itu sodorkan padanya. Amber memandang kopi itu sesaat. Axelle diam memperhatikan gadis itu. Tangannya menyentuh bahu Amber yang berhasil membuat Amber menatapnya. "Ada apa? Kau tidak menyukai kopi? Mau aku belikan minuman yang lain?"

"Ah, tidak. Aku hanya sedang berpikir saja. Em, terima kasih untuk kopinya, Axelle."

"Sama-sama. Ekhem, aku akan senang jika kau mau menceritakan sedikit masalahmu padaku, aku tidak memaksa."

Amber tidak langsung bicara. Gadis itu mendongakkan wajahnya menatap bintang-bintang di langit. Axelle menatap Amber yang tersiram cahaya bulan dan lampu taman. Jantungnya tiba-tiba merasakan keanehan, tangannya memegangi dadanya. 'Apa ... Apa yang terjadi padaku?! Dia, dia sangat cantik sekali!'

Amber kini menatap Axelle. Mereka berdua saling menatap, namun Amber langsung mengalihkan pandangannya. Wajahnya sedikit bersemu mengetahui Axelle menatap dirinya seperti tadi itu.

"Jadi ...?"

"Jadi, ponselku dirusakkan oleh seseorang yang sangat menyebalkan! Padahal ponsel itu pemberian dari Celine untukku, dan harganya juga sangat mahal. Aku tidak tahu bagaimana caraku nanti mengatakannya, dan aku tidak punya uang sama sekali untuk membeli benda itu lagi."

Amber menunduk sedih. Air mata perlahan turun, gadis itu sedikit sesegukan dan Axelle menyadarinya. Axelle meraih dagu Amber agar gadis itu menatapnya. Tangannya menghapus air mata Amber dan membelai wajah gadis itu lembut. Amber menutup matanya menikmati sentuhan lembut Axelle.

Axelle menelan ludahnya dengan susah payah. Tidak tahu mengapa wajahnya semakin ia dekatkan dengan wajah Amber sampai ujung hidung mereka bersentuhan. Perlahan tapi pasti, bibir mereka kini bersentuhan. Axelle memberikan kecupan singkatnya dan kembali menjauhkan wajahnya.

Amber membuka matanya perlahan, ia menyentuh bibirnya dan menatap Axelle, entah tatapan apa itu. Axelle memberikan senyuman terbaiknya pada gadis itu. Ia mengajak Amber untuk mengikutinya memasuki mobilnya. Axelle membuang bekas wadah kopi mereka berdua ke tempat sampah.

Sesampainya di mobil, Amber terlihat kebingungan. Axelle memasangkannya sabuk pengaman. Dan menyalakan musik dengan suara kecil agar tidak ada keheningan antara keduanya.

"Mau ke mana kita?"

"Sudah, itu urusanku. Kau cukup diam saja."

"Tapi ini tubuhku, jangan - jangan kau mau berbuat macam-macam denganku!?"

"Kenapa otakmu selalu berpikiran aneh-aneh, atau kau memang mau aku berbuat sesuatu padamu?"

"Dasar gila! Ya sudah, cepat. Aku mau cepat pulang!"

"Iya, iya Nona cerewet!"

Amber tidak bertanya lagi karena menurutnya percuma juga bicara pada pria satu ini yang menurutnya otaknya bergeser beberapa centi dari tempatnya. Mereka berdua hanya saling diam di dalam mobil. Cuma beberapa menit saja mereka telah sampai ke tempat tujuannya Axelle. Amber membaca nama toko yang terpampang di depan toko tersebut. 'Toko ponsel ...?'

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 85.5K 35
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
1.1M 105K 32
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...
283K 744 9
konten dewasa 🔞🔞🔞
4.5M 275K 33
"Max's Obsession" sebuah novel dark romance yang menceritakan tentang seorang pria berkuasa terobsesi pada Shine, seorang mahasiswi magang di perusah...