Falling In Love, with GHOST!?

By alfiana27

35.3K 1.7K 97

Ganteng sih... ralat. Ganteng banget malah iya. Walaupun wajahnya terlihat pucat seperti orang sekarat sekali... More

1
2
3
4
5
6
7
9
10 ~END~

8

2.5K 186 2
By alfiana27

hahaha, mianhae, Alfi baru balik. Bukan karena tidak dapat inspirasi, tapi Alfi masih belibet menjelaskannya ke dalam cerita.

Sekedar pemberitahuan, sebentar lagi cerita ini akan tamat ya, semoga tamatnya cerita ini tidak mengecewakan.



Semalam aku bermimpi aneh. Aku memimpikan seorang pria yang wajahnya kelihatan seperti pancaran cahaya yang menyilaukan, tapi ia terlihat gagah dengan setelan jas putih yang melekat di tubuhnya. Ia mengatakan, "hanya kasih sayang yang tulus yang dapat mengubah keadaan." Apa maksudnya coba? Aku sama sekali tidak mengerti.


BRAK! "Aurel! Jangan melamun saja! coba jawab soal nomor 3 yang ada di papan tulis!" bentak guru fisikaku. Detik itu juga, aku langsung tersadar dari lamunanku dengan debaran jantung yang sangat kencang. 'Tamatlah riwayatku....' Kutukku dalam hati.


Tiba - tiba aku merasa ada sesuatu yang menubruk tubuhku, lalu aku melihat seseorang dengan penampilan persis sepertiku jalan ke depan kelas. Tunggu dulu. Orang itu bukan hanya mirip denganku, tapi itu memang aku!


Bagaimana bisa, ada 2 Aurel di tempat yang sama dalam waktu bersamaan!? Ini gila! "HEI!" teriakku dengan sangat kencang. Anehnya, tidak ada seorangpun yang menengok kearahku. Ini kenapa sih?


Kulihat guru fisika ku sedang memuji - muji diriku yang lain. "Hei! Siapa kamu! Seenaknya saja masuk ke tubuh orang lain! Pergi dari tubuhku!" teriakku dengan sebal.


Orang yang wajahnya mirip denganku, ralat. Ragaku menengok kearahku lalu mengedipkan sebelah matanya. Huh! Apa - apaan itu! Masa aku dikedipin sama diriku sendiri? Gila! Aku benar - benar sudah gila!


Saat ia kembali duduk di tempat yang sedang ku duduki, tiba - tiba saja aku merasa seperti kehabisan napas, lalu menghirup napas sebanyak - banyaknya. Apa... aku sudah kembali lagi? Kuedarkan pandangan ke seluruh kelas, dan ternyata aku tidak menemukan orang yang kulihat tadi. Apa aku bermimpi?


***


Sepulang dari sekolah, aku coba menyambangi Max yang sedang terbaring lemah di rumah sakit karena raganya tidak dapat kembali.

Ku ketuk pintu ruang rawat Max, "permisi," saat aku melangkah masuk kedalam, aku bisa melihat ibunya yang sedang duduk menemani Max. Penampilannya kali ini terlihat sedikit berantakan, bahkan wajahnyapun terlihat pucat. Apa dia baik - baik saja?


"Permisi tante," aku menghampiri wanita yang sejak tadi hanya duduk termenung sambil memegangi tangan putranya.


Wanita itu menengok kearahku sambil tersenyum, tapi senyumnya Nampak sangat lelah. Sepertinya ia benar - benar sudah diambang batas menunggui anaknya yang tak kunjung bangun dari komanya. Kalau seperti ini terus, mamanya Max bisa jatuh sakit juga.


"Tante, wajah tante terlihat sangat pucat. Apa tante kurang makan dan istirahat akhir - akhir ini?" tanyaku dengan khawatir. Jujur saja, sesombong - sombongnya aku, sejahat - jahatnya aku, aku tidak pernah tega melihat seorang ibu bersedih. Terutama ia bersedih karena anaknya. Itu benar - benar membuatku ikut merasakan kesedihannya.


"Aurel jangan mengkhawatirkan tante seperti itu. Tante baik - baik saja kok," lagi - lagi senyuman tulus itu terukir di bibirnya, tapi sayangnya, perasaan sedihnya yang mendalam itu juga terukir di bibirnya. Ugh... aku jadi ingin menangis.


"Tante, apa tante sudah makan? Kebetulan sebelum kesini, Aurel pergi ke toko roti langganan Aurel," aku mengeluarkan roti dari dalam tasku. "Tante makan ya?" ucapku dengan lembut sambil mengulurkan roti kearah mama Max.


"Untuk nak Aurel saja," mama Max mengembalikan rotinya padaku.


"Tapi wajah tante terlihat sangat pucat," ucapku dengan khawatir. Jujur, aku tidak tega melihat mama Max seperti ini, hal itu membuatku sedih.


Mama Max mengusap kepalaku dengan lembut, "tante tidak apa, sayang..." ia tersenyum lembut kepadaku. "Tante boleh minta tolong sebentar sama kamu?" tanya mama Max.


"Apa yang bisa saya bantu, tante?"


"Kamu jaga Max sebentar ya? Tante mau ke rumah sebentar untuk mengambil baju - baju Max."


"Tante istirahat saja di rumah, besok baru ke mari. Soal baju - bajunya kak Max, nanti supir Aurel saja yang akan membawakannya kemari. Kebetulan besok Aurel libur, jadi Aurel bisa menggantikan tante untuk menjaga kak Max disini," ucapku dengan tulus.


"Kamu yakin sayang? Tante tidak merepotkanmu kan? Tante takut membuatmu kerepotan dengan tugas sekolahmu, kalau kamu harus menjaga Max."


Ku berikan seulas senyuman, "tante tidak akan membuatku repot kok, lagi pula, aku yang ingin menjaga kak Max."


"Ya sudah, tante pulang dulu ya, sayang. Terima kasih," mama Max memelukku lalu mencium keningku sebelum pergi meninggalkan ruang rawat Max.


***


Malam ini, aku menginap di ruang inap Max. aku sudah menyuruh pak Didi untuk mengambil baju ganti di rumah Max yang sebenarnya sudah ku ketahui dari ruhnya, dan pak Didi juga membawakan bantal, beserta selimut dan baju ganti untukku.


"Ternyata, berada di rumah sakit pada malam hari itu lebih menyeramkan ya?" gumamku pada diri sendiri.


"Kalau kau takut, kenapa kau berada disini?" ucap Max yang tiba - tiba saja sudah berdiri di sebelahku.


"Ugh! Kau mengejutkanku saja," gerutuku.


"Pulanglah! Kau akan melihat banyak makhluk mengerikan bila terus berada disini," ucapnya dengan ketus. Dia kenapa sih? Dasar aneh.


"Kau kenapa sih?" tanya ku heran saat duduk di kursi yang disediakan di sebelah ranjang pasien.


"Kau tau, aku sudah menemukan penyebab ruh ku tidak mau masuk ke ragaku," Max memandang wajahku dengan tatapan yang tak dapat ku artikan.

Mendadak, aku merasa ketakutan dipandangi oleh Max seperti itu. Dengan susah payah, aku menelan air liurku untuk membasahi kerongkonganku yang mulai mongering, "a-apa penyebabnya?" tanyaku sedikit ketakutan.


"Kau," ucapannya barusan menimbulkan hawa dingin yang mencekam di ruangan ini. Ia meraih pergelangan tanganku dan menarikku hingga membuatku berdiri, "ikut aku!"


Seperti melewati dimensi ruang yang tak kasat mata, tiba - tiba saja aku sudah tiba di atap yang sepertinya merupakan atap rumah sakit tempat Max dirawat.

"U-untuk apa kita kemar?" tanyaku dengan ragu.


Tangan Max yang menggenggam tanganku semakin erat. Sekarang aku merasakan sakit di pergelangan tanganku akibat cengkramannya yang begitu erat. "Kenapa kau membawaku kemari?" tanyaku lagi.


"Untuk apa lagi? Tentu saja untuk membunuhmu."


Tiba - tiba saja tubuhku seperti terbawa angin hingga ke ujung atap. Sampai membuatku hampir jatuh bebas dari atap rumah sakit ini, tapi untungnya saja tangan Max masih memegangi tanganku, "Max! Apa yang mau kau lakukan!?" teriakku histeris.


Bukannya menjawab pertanyaanku, Max malah berkata hal yang membuatku harus berpikir keras untuk mengerti maksud dari pertanyaanya, "kau penyebabku tidak bisa kembali ke ruh ku. Kalau aku tidak bisa kembali, kau juga harus ikut bersamaku."


Seketika rasa takut langsung menguasaiku, "Max! kau gila ya!? Memangnya aku punya salah apa sih, terhadapmu!? Sampai - sampai aku juga harus mati!?" jeritku frustasi.


"Karena kau sudah merenggut semua duniaku. Duniaku, sudah berpindah kepadamu, duniaku, sudah berpusat kepadamu. Kalau aku tidak bisa kembali, maka kau harus ikut mati bersamaku," ucapnya dengan tatapan yang sangat dingin, terkesan mengerikan.


"Kalau begitu, KAU EGOIS MAX!" teriakku. Oke, sepertinya aku sudah menyerahkan sebagian nyawaku untuk mengatainya. "Kalau kau mencintaiku, seharusnya kau tidak menyakitiku! Seharusnya kau memikirkan kebahagiaanku, bukan hanya memikirkan bagaimana cara agar kau selalu bisa bersamaku. KAU EGOIS MAXIMILI ABRAHAM!" oke, aku memang bodoh. Seharusnya aku mengatakan hal - hal baik untuknya, atau setidaknya, seharusnya aku membujuknya agar aku tidak dijatuhkan dari atap.


Ia tersenyum miring ke arahku. "Aku, memang egois," Max langsung melepaska tanganku, menyebabkanku terjun bebas.


Mau tau kelanjutannya? Aku tunggu sampek kekumpul 5 vote + 5 comment. Aku baikkan? (maksa) :D

Continue Reading

You'll Also Like

1.6K 220 15
Perjalanan seorang gadis yang terjebak di zaman kerajaan, dia harus membalas hutang budi sang Pangeran untuk bertemu Perempuan bermata Emas. 🎖️1 #au...
516 315 10
"Jika Dunia perlahan menyingkirkan Orang sepertiku, maka ingatlah jika yang lemah adalah orang yang memiliki potensi untuk pertahanan." ~Alexandre Pa...
306K 4.4K 7
(Namakamu) bukan cabe. Dia hanya ingin memperjuangkan orang yang ia suka saja. Iqbaal cowok dingin. Dia dingin terhadap semua orang kecuali temannya...
1M 100K 31
Kaylan Saputra anak polos berumur 12 tahun yang tidak mengerti arti kasih sayang. Anak yang selalu menerima perlakuan kasar dari orangtuanya. Ia sel...