8

2.5K 186 2
                                    

hahaha, mianhae, Alfi baru balik. Bukan karena tidak dapat inspirasi, tapi Alfi masih belibet menjelaskannya ke dalam cerita.

Sekedar pemberitahuan, sebentar lagi cerita ini akan tamat ya, semoga tamatnya cerita ini tidak mengecewakan.



Semalam aku bermimpi aneh. Aku memimpikan seorang pria yang wajahnya kelihatan seperti pancaran cahaya yang menyilaukan, tapi ia terlihat gagah dengan setelan jas putih yang melekat di tubuhnya. Ia mengatakan, "hanya kasih sayang yang tulus yang dapat mengubah keadaan." Apa maksudnya coba? Aku sama sekali tidak mengerti.


BRAK! "Aurel! Jangan melamun saja! coba jawab soal nomor 3 yang ada di papan tulis!" bentak guru fisikaku. Detik itu juga, aku langsung tersadar dari lamunanku dengan debaran jantung yang sangat kencang. 'Tamatlah riwayatku....' Kutukku dalam hati.


Tiba - tiba aku merasa ada sesuatu yang menubruk tubuhku, lalu aku melihat seseorang dengan penampilan persis sepertiku jalan ke depan kelas. Tunggu dulu. Orang itu bukan hanya mirip denganku, tapi itu memang aku!


Bagaimana bisa, ada 2 Aurel di tempat yang sama dalam waktu bersamaan!? Ini gila! "HEI!" teriakku dengan sangat kencang. Anehnya, tidak ada seorangpun yang menengok kearahku. Ini kenapa sih?


Kulihat guru fisika ku sedang memuji - muji diriku yang lain. "Hei! Siapa kamu! Seenaknya saja masuk ke tubuh orang lain! Pergi dari tubuhku!" teriakku dengan sebal.


Orang yang wajahnya mirip denganku, ralat. Ragaku menengok kearahku lalu mengedipkan sebelah matanya. Huh! Apa - apaan itu! Masa aku dikedipin sama diriku sendiri? Gila! Aku benar - benar sudah gila!


Saat ia kembali duduk di tempat yang sedang ku duduki, tiba - tiba saja aku merasa seperti kehabisan napas, lalu menghirup napas sebanyak - banyaknya. Apa... aku sudah kembali lagi? Kuedarkan pandangan ke seluruh kelas, dan ternyata aku tidak menemukan orang yang kulihat tadi. Apa aku bermimpi?


***


Sepulang dari sekolah, aku coba menyambangi Max yang sedang terbaring lemah di rumah sakit karena raganya tidak dapat kembali.

Ku ketuk pintu ruang rawat Max, "permisi," saat aku melangkah masuk kedalam, aku bisa melihat ibunya yang sedang duduk menemani Max. Penampilannya kali ini terlihat sedikit berantakan, bahkan wajahnyapun terlihat pucat. Apa dia baik - baik saja?


"Permisi tante," aku menghampiri wanita yang sejak tadi hanya duduk termenung sambil memegangi tangan putranya.


Wanita itu menengok kearahku sambil tersenyum, tapi senyumnya Nampak sangat lelah. Sepertinya ia benar - benar sudah diambang batas menunggui anaknya yang tak kunjung bangun dari komanya. Kalau seperti ini terus, mamanya Max bisa jatuh sakit juga.


"Tante, wajah tante terlihat sangat pucat. Apa tante kurang makan dan istirahat akhir - akhir ini?" tanyaku dengan khawatir. Jujur saja, sesombong - sombongnya aku, sejahat - jahatnya aku, aku tidak pernah tega melihat seorang ibu bersedih. Terutama ia bersedih karena anaknya. Itu benar - benar membuatku ikut merasakan kesedihannya.


"Aurel jangan mengkhawatirkan tante seperti itu. Tante baik - baik saja kok," lagi - lagi senyuman tulus itu terukir di bibirnya, tapi sayangnya, perasaan sedihnya yang mendalam itu juga terukir di bibirnya. Ugh... aku jadi ingin menangis.

Falling In Love, with GHOST!?जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें