5

2.7K 158 5
                                    

Sebelumnya aku minta maaf, kalau minggu depan atau dalam beberapa minggu kedepan aku gak bisa update dulu. Soalnya aku kemarin abis sakit, dan harus mengejar ketertinggalan selama tidak masuk sekolah. Padahal saat itu lagi padat - padatnya ulangan :(

Mohon atas pengertiannya. Jangan bosan menunggu ceritaku yang ini ya...? aku akan usahakan untuk meng-update lebih banya cerita saat kembali.

Sebagai hadiah kecil, aku kasih fotonya Max deh.... hehehe, see you next time, all :)

Sudah dua minggu aku dirawat di rumah sakit ini, dan kau tau hebatnya apa? Tidak ada yang menengok keadaanku sama sekali! Ya memang, aku menyuruh semua orang yang bekerja di rumah ku tidak boleh memberitahu dimana keberadaanku sekarang. Yah… walaupun gak ada siapapun yang menengok keadaanku, kecuali bik Rusti, pembantuku yang sudah bekerja selama lima belas tahun di rumahku beserta suaminya, pak Mamat, tukang kebun rumahku.

Dan hebatnya lagi, setiap bik Rusti dan pak Mamat menjengukku, mereka tidak pernah bilang kalau orang tua ku menanyakan kabarku. Bahkan kalau ditanya, apa kedua orang tuaku menelphone ke rumah atau tidak? Mereka langsung diam. Hah… begitulah kedua orang tuaku. Terlalu sibuk dengan pekerjaan mereka, sampai – sampai mereka lupa dengan anak satu – satunya yang mereka miliki. Coba kalau saat kecelakaaan itu aku mati, dijamin mereka akan kelabakan untuk mencari pewaris baru mereka, karena pewaris tunggal kekayaan mereka telah tiada. Hmmm…. Sepertinya itu ide yang bagus. Apa aku mati saja ya?

Entah mengapa, setiap memikirkan kata ‘mati’, si Max pasti langsung muncul atau secara tiba – tiba berdiri di dekatku. Bikin orang kaget saja. Coba kalau disini gak ada bik Rusti dan pak Mamat, aku pasti langsung mengomeli setan sialan itu, karena berani – beraninya dia mengagetiku seperti itu.

“Non, barang – barangnya sudah beres semua,” kata bik Rusti.

“Oh, iya bik, ayo pulang,” ujarku sedikit terkaget.

“Sini non, pak Mamat bantu,” pak Mamat mengulurkan tangannya untuk membantuku turun dari ranjang.

“Makasih pak, saya sudah gak papa kok,” tolakku halus, lalu mulai melangkah keluar ruangan

Padahal ini sudah tidak di rumah sakit, tapi kenapa si Max selalu mengikutiku sih? Tau gak, ini tuh bikin aku stress tingkat dewa! Semenjak Max sering muncul dihadapanku, aku jadi sering lihat hantu dimana – mana! Dan ngeselinnya lagi, semua hantu itu rupanya nyeremin semua! Gak ada yang ganteng! Satu – satunya setan yang ganteng ya cuman si Max doang. Arrggghhhh….. kenapa harus aku sih, yang diikutin sama Max? gak bisa apa, dia milih orang lain buat dia ikutin?

Sadar gak sih Max… semua gara – gara kamu yang menempel di aku, jadinya aku bisa melihat hantu yang suka seliweran kesana kemari! Awas kalau sampai aku ketemu ragamu, aku cekik biar kamu jadi hantu beneran.

Sesampainya di rumah, aku kaget melihat halaman rumahku yang mendadak kedatangan sekumpulan anak kecil yang bermain disana, “loh bik, bibi kok gak bilang – bilang kalau bibi ngajak keponakan – keponakan bibi kesini?” tanyaku heran.

“Keponakan? Keponakan yang mana non?” tanya bibi terdengar heran.

Falling In Love, with GHOST!?Donde viven las historias. Descúbrelo ahora