A Million Path [Taesoo] ✔️

By purpleduck97

49.5K 7.7K 611

Aku pikir bercerai berarti segalanya telah berakhir di antara aku dan dia, namun ternyata tidak semudah itu, ... More

1. Prolog "Mistake"
2. Lelah
3. New page
4. Lunch
5. Meet Again
6. Not Fine
7. Still
8. Why
9. Mixed Feeling
10. A Bright day
11. Him
12. Sahabat
13. Maaf
14. Why u come
15. Togetherness
16. Rindu
17. Ramyeon
18. Try again
19. Little boy
21. Our path (END)

20. Mertua

1K 180 17
By purpleduck97

Matahari di Hari Minggu sudah tinggi, Taeyong baru saja membuka matanya. Jika saja ponselnya tidak berbunyi terus, mungkin ia akan tidur lebih lama lagi. Taeyong meraba tempat tidurnya untuk meraih ponsel yang tergeletak di samping bantal. Dengan mata masih samar-samar, Taeyong melihat ada beberapa panggilan masuk dari ibunya. Dengan segera Taeyong lalu menelepon balik, namun baru saja panggilannya tersabung, bel rumahnya berbunyi.

"Hallo..Taeyong, ibu di depan pintu."

Kini mata Taeyong terbuka sempurna, ia segera berjalan keluar dan membuka pintu rumahnya. Ayah dn ibunya sudah berdiri di sana dengan sebuah koper besar dan dengan alis yang berkerut.

"Baru bangun?" Tegur ibunya, lantas mendorong koper masuk ke dalam, diikuti sang suami.

"Kapan kalian sampai di sini? Kenapa tidak menghubungi aku sebelumnya?" Tanya Taeyong.

"Ibu sudah menghubungimu belasan kali." Desis ibunya nampak kesal, lantas duduk di sofa.

"Tadi kita tanya alamatmu ke orang hotel." Ujar ayah Taeyong, ikut duduk sambil melonggarkan kancing kemejanya.

Mereka mengedarkan pandangan ke seantero rumah Taeyong, bagaimana pun ini pertama kali mereka berkunjung. Ayahnya tampak mengangguk-angguk cukup terkesan.

Taeyong masih menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan. "Kalian mau kubuatkan minum?" Tanyanya.

"Kamu udah sarapan?" Ibunya bertanya balik.

Taeyong menggeleng.

Ibunya pun menghela napas, "Kapan terakhir kamu makan nasi?" Tanya ibunya sangsi.

"Kemarin aku makan nasi kok."

"Dua hari yang lalu?"

"Dua hari yang lalu juga makan nasi."

"Yang bener?"

"Iya, Bu, aku makan nasi goreng."

"Sudah-sudah." Ayah Taeyong melerai. "Kita berangkat dadakan tadi, mumpung libur, katanya ibumu kangen." Jelasnya.

"Gimana kerjaan kamu disini? Semuanya berjalan lancar kan?" Tanya ayah Taeyong.

"Aman, Yah. Kerjaan ayah gimana?"

"Lancar juga."

"Duh, jangan ngomongin kerjaan." Ibu Taeyong menyela . "Ibu kesini mau sekalian liburan. Kamu mandi dulu Yong, abis itu ajak kita jalan-jalan." Perintah ibunya, dan Taeyong pun langsung menurut. Ia melenggang masuk ke kamar mandi.

Sembari menunggu Taeyong mandi, Ibu Taeyong berkeliling di rumah, ia membuka kulkas untuk memantau isinya, tidak ada minuman keras atau tumpukan mie instan, ada beberapa telur dan susu. Ia melihat keranjang cucian yg nampaknya tidak terlalu menumpuk, artinya rajin dicuci, tempat sampah yang nampaknya rajin dibuang isinya, juga perabot lainnya yang cukup tertata rapi.

"Sepertinya dia hidup dengan baik." Gumam Ibu Taeyong, merasa lega karena kondisi rumah anaknya tidak seburuk yang dibayangkan, seperti saat dulu ia baru bercerai.

Tiba-tiba bel rumah kembali berbunyi, ayah dan ibu Taeyong saling menoleh. Ayah Taeyong spontan beranjak dari duduknya untuk membuka pintu.

"Siapa yang berkunjung di Hari Minggu siang bolong begini." Gumamnya sambil berjalan membuka pintu. Namun ia seketika terbelalak ketika membuka pintu dan melihat sosok yang saat ini berdiri di hadapannya. Sosok itu juga tak kalah terkejutnya.

"Jisoo??"

"A-ayah.."

Ibu Taeyong yang mendengar nama Jisoo langsung berlari menghampiri, matanya seketika berbinar.

"Jisoo!" Ia berhambur memeluk Jisoo yang masih berdiri terpaku di depan pintu sambil membawa tas berisi kotak makanan.

"Ayo masuk sini." Ibu Taeyong menarik Jisoo masuk, mengajaknya duduk di sofa, diikuti oleh ayah Taeyong.

Wajah Jisoo nampak memerah, merasa kikuk dan...malu? Entah kenapa ia merasa seperti terciduk.

"Jisoo, kamu bawa apa itu?" Ayah Taeyong menunjuk tas yang ditenteng Jisoo. Jisoo pun dengan grasa-grusu langsung mengeluarkan kotak makanan yang ia bawa dan meletakkannya di atas meja.

"Ini sop kepala ikan ayah, aku bawa dari restoranku."

"Yaampun, kamu bawain makanan buat Taeyong?" Ibu Taeyong tampak sumringah.

"Itu..tadi kebetulan aku delivery makanan di apartemen sebelah, jadi sekalian mampir.." Jawab Jisoo sambil menggaruk-garuk pipinya canggung.

Ayah dan ibu Taeyong tersenyum sumringah.

"Wah kebetulan. Kita makan bareng aja." Ajak Ayah Taeyong.

"Tapi ini sedikit, aku pesankan lagi ya.." Ujar Jisoo.

"Nggak apa-apa, nak. Ini cukup kok." Ibu Taeyong tersenyum. "Ohya, ada nasi nggak ya.." Ibu Taeyong menepuk tangannnya antusias, lantas berlari ke dapur, mencari keberadaan beras.

Jisoo spontan mengekor.

"Ibu masak nasi dulu, sebentar aja mateng kok." Ujar ibu Taeyong masih berusaha mencari keberadaan beras.

Jisoo lalu membuka pintu bufet paling ujung dan mengeluarkan sekantong beras, seolah sudah hafal tempatnya.

"Biar aku yang masak, ibu." Jisoo pun dengan sigap mengambil tempat untuk mencuci beras dan memasaknya di penanak nasi listrik.

Menunggu nasi matang, Jisoo mengeluarkan sop ikan dan menempatkannya di panci agar bisa dihangatkan kembali.

Ibu Jisoo tersenyum hangat melihat mantan menantunya itu, rasanya seperti waktu terulang kembali.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan wajah Taeyong yang kaget melihat ada Jisoo di rumahya.

Mereka berdua bertukar pandang, lalu Taeyong melirik kedua orang tuanya. Ia cuma bisa tersenyum canggung.

Kenapa rumahnya jadi lengkap begini, batinnya.

.

.

Jisoo, Taeyong, dan kedua orangtuanya duduk bersama di meja makan. Ibu Taeyong sibuk menyendokkan nasi ke mangkuk masing-masing dan Jisoo sibuk menuangkan sup.

"Wah, baunya enak banget." Ujar Ayah Taeyong yang tampak sangat ngiler dari tadi. Ia lalu menyeruput kuah sup buatan Jisoo.

"Mm! Enak!" Pujinya sambil mengacungkan jempol.

"Wah, Jis, ibu kayaknya harus mampir ke restoran kamu deh." Kali ini Ibu Taeyong memuji.

"Makanan di sana enak-enak." Tambah Taeyong, selaku pelanggan tetap.

"Ayo nanti mampir, gratis hehe.."

Mereka berempat kemudian makan dengan nikmat, dengan suana yang hangat, seperti keluarga yang lengkap, yang seharusnya terjadi sejak lama.

Semuanya baru terjadi sekarang.

.

.

Taeyong dan ayahnya duduk berdua sementara Jisoo membantu ibunya membereskan barang bawaan di kamar.

Ayah Taeyong menyeruput kopi yang dibuatkan mantan anak menantunya, ia meneguknya dengan hikmad.

"Yong.." Panggil ayahnya, Taeyong yang juga menyeruput kopi langsung menoleh.

"Ayah liat kamu dekat dengan Jisoo sekarang."

"Lumayan.." Jawab Taeyong, tersenyum simpul

"Dia sering bawain kamu makanan?"

"Aku yang sering makan ke restoran dia, Yah." Jawab Taeyong sambil senyum cengengesan.

Ayahnya tersenyum, "Sudah sampai sejauh mana?"

"Maksud ayah?"

"Hubungan kalian.."

Taeyong terdiam sejenak, mengusap-usap gelas kopinya.

"Sekarang kami hanya berteman, Yah.."

"Berteman saja?"

Taeyong mengangguk.

Ayahnya menghela napas, "Dulu saat masih menikah kalian bahkan tidak terlihat serukun ini."

Taeyong menyeruput kembali kopinya, menimang-nimang apakah ia perlu mengutarakan siatuasi yang ia rasakan saat ini pada ayahnya.

"Dulu aku dan Jisoo tidak pernah benar-benar mengenal sebagai teman. Kami tidak pernah melalui hubungan yang semestinya. Aku ingin memperbaikininya dari awal, jika memungkinkan." Ucapnya.

Ayah Taeyong meangguk-angguk paham, sambil menepuk-nepuk bahu anaknya, "Ayah paham maksudmu, pelan-pelan saja."

"Ayah pasti akan selalu mendukung kamu.."

.

.

Sementara itu di dalam kamar, Jisoo dan Ibu Taeyong tampak sedang mengobrol sambil merapikan barang bawaan dari kota.

"Jadi berapa hari ibu dan ayah akan menginap di sini?" Tanya Jisoo.

"Awalnya, kami mau menginap semalam saja. Tapi sepertinya ibu mau menginap lebih lama." Ibu Taeyong tertawa, "Biar bisa sering ketemu kamu."

Jisoo terkekeh, "Kalau begitu ibu harus mampir juga ke rumahku." Ajaknya. Ibu Taeyong langsung mengiayakan.

"Ibu senang banget liat kamu di sini. Udah lama kita nggak bareng-bareng gini." Ujar ibu Taeyong. Jisoo hanya tersenyum simpul.

"Makasi ya Jis, kamu masih peduli sama Taeyong." Ibu Taeyong mengusap pipi Jisoo lembut. "Ibu selalu khawatir kalo Taeyong nggak mengurus diri dengan baik, seperti saat kalian baru berpisah dulu."

Hati Jisoo seketika berdesir. Ia menunduk, memelintir jari-jarinya.

"Kamu juga baik-baik saja kan, Jisoo?" Tanya ibu Taeyong lembut. "Kamu nggak kesepian di sini, kan?"

Mata Jisoo seketika berkaca-kaca, tidak sanggup melihat tatapan teduh mantan ibu mertua yang sudah ia anggap seperti ibu sendiri.

"Waktu-waktu sulit itu sudah berlalu ibu, sekarang aku baik-baik saja." Jisoo masih berusaha tersenyum dengan segenap hatinya, "Sekarang kami berusaha untuk saling menyembuhkan."

Ibu Taeyong merengkuh Jisoo ke dalam pelukannya. Air matanya menetes ke pipi.

"Sukurlah, nak. Ibu lega sekali."

"Ibu berharap yang terbaik untuk kalian berdua.."

.

.

Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 177K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
199K 1.1K 24
[21+] Diadopsi oleh keluarga kaya raya bukan bagian dari rencana hidup Angel. Namun, ia anggap semua itu sebagai bonus. Tapi, apa jadinya jika bonus...
1M 48.4K 38
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
481K 45.9K 28
Lily, itu nama akrabnya. Lily Orelia Kenzie adalah seorang fashion designer muda yang sukses di negaranya. Hasil karyanya bahkan sudah menjadi langga...