LOVING AMBULANCE

By _____ty

318 116 18

Cerita tentang seragam coklat tua coklat muda berbalut merah putih yang melingkar di sekeliling leher. Cerita... More

Prolog
Part 1 : Panggilan
Part 2 : SKU
Part 3 : Latihan Rutin 1
Part 4 : Latihan Rutin 2
Part 6 : Uprak PTKU
Part 7 : Pemberangkatan
Part 8 : Dunia Pertendaan
Part 9 : Happy Night
Part 10 : Dini Hari
Part 11 : Main 'Belet'
Part 12 : Rangkulan
Part 13 : Asyik... Bantara
Part 14 : Cowok Ganteng spek 'Ona'
Part 15 : Ke-edanan Yang Haqiqi
Part 16 : Hari-hari MIPA 2
Part 17 : Antara Musibah dan Rezeki
Part 18 : Camping SBH I'm Coming!
Part 19 : Upacara Pembukaan Perkemahan atau Hati?
Part 20 : Meet With Cowok Ganteng
Part 21 : Hujan Membawa Cogan
Part 22 : Pin Garuda dan Arsyid
Part 23 : Ling-Ling TG atau Phi Kang Shuang?
Part 24 : Bukan Sebatas Patok Tenda
Part 25 : Bukan Ona
Part 26 : Alia Tidak Berperikemanusiaan
Part 27 : Kejutan Virtual
Part 28 : Always Ngaji
Part 29 : Alun-Alun
Part 30 : Camping With Abang's Friend
Part 31 : Menyatu Dengan Alam
Part 32 : Kerusuhan Alia
Part 33 : Kepo Yang Menyesatkan
Part 34 : Ternyata Sama Saja
Part 35 : Melawan Hukum Percintaan
Part 36 : The End of MIPA II
Part 37 : Frist Holiday
Part 38 : Posong Day
Part 39 : Twelve Numbers
Part 40 : One Day With Alia
Part 41 : Hot News
Part 42 : Join REMASQO
Part 43 : On The Way, Laksana
Part 44 : Kedawung Day One
Part 45 : Kedawung Day Two
Part 45 : Kedawung Day Three
Part 46 : Duo

Part 5 : Ayam

9 3 0
By _____ty

— t e c t o n a —

S

ekitar jam empat sore Ona baru saja keluar dari sekolah. Dia sedang duduk manis di halte bus depan sekolah. Sambil sesekali menatap handphonenya.

Tut.. tut...

"Awas aja bang kalo gak angkat" gumamnya sambil menempelkan handphonenya ketelinga.

Panggilan pertama belum juga diangkat, tapi seorang Ona tidak akan menyerah, dia sampai spam telepon tidak masalah asalkan dijawab.

"Hallo? Kenapa dek?" Terdengar suara diujung telepon.

"Bang Ona udah balik nih" jawabnya tidak sabar.

"Oh iya? Balik sama siapa?"

"Maksudnya jemput bang! Ona baru duduk di halte belum sampe rumah!" Balasnya sambil mencak-mencak menahan emosi.

Terdengar tawa disana.

"Bang jangan ketawa ya!"

"Iya iya, abang otw"

"Gak pake lama bang! Ona udah cape, laper juga"

"Otw beneran ini"

Tut

Sambungan dimatikan olehnya lalu memasukan handphonenya pada saku seragam sekolahnya.

Jam-jam sore seperti ini jarang ada yang lewat, terkadang hanya satu dua kendaraan yang lewat.

Saya katakan, bahwa menunggu itu hal yang sangat membosankan, apalagi menunggu jemputan. Padahal baru beberapa menit, tapi rasanya sudah berjam-jam.

Kadang saya sendiri merasa seperti itu, menunggu baru sepuluh menit, berasa nunggu seabad. Kan ngeselin!.

Demikian juga Ona, dia mendengus sebal sambil menedang-nendang batu kecil didepannya. Sesekali bersenandung melepas penat. Kali ini dia memejamkan matanya sambil menikmati semilir angin sore yang membuatnya merasa dingin.

Tin.. tin..

Setelah menunggu beberapa menit, motor matic hitam sudah berada tepat didepannya.

"Dengan saudari Tectona?" ucap laki-laki sambil turun mencolek adik perempuannya.

"LAMA BENER BANG!" dengan galaknya Ona melotot sambil berdiri.

"Dih, baru aja sepuluh menit dek!" Raka melihat jam yang melingkar di tangan kirinya.

"ALESAN!" gadis itu juga melihat jam ditangannya. "Hehe iya bang, Ona kira udah satu jam an" selanjutnya Ona malah terkekeh seperti tiada bersalah telah membentak abangnya.

"Makanya jangan main semprot ae!" Raka memberikan helm bogo berwarna coklat pada Ona.

"Ya gimana bang Ona laper"

"Mau mampir?" Ajak abangnya tiba-tiba.

"HAH? SERIUS?!" pekik Ona tak percaya.

Raka tersenyum lebar, "baru cair nih duitnya"

"Woh, wajib traktir Ona bang!" Jawabnya dengan cepat dan semangat. Raka ini punya kerjaan selingan. Kerja sambil kuliah sebagai seorang barista disebuah cafe. Kakak dari seorang Ona ini memiliki bakat meracik kopi.

"Gini nih, giliran makan semangat bener" jawab abangnya sambil menaiki motornya.

Ona pun mulai duduk di jok belakang, "ya ya ya bang?"

"Iya deh, abang anterin beli makan"

"yeee, makasih abang" balas Ona sambil memeluk pinggang abangnya.

"Sama-sama adek tercinta... Tapi boong"

"Ih, cinta beneran dong!"

"Nggak bisa, nanti calon kakak ipar marah" gurau Raka dan mendapat cubitan dari Ona.

Motor berjalan meninggalkan area sekolah.

Disepanjang jalan Ona tak berhenti berbicara, kalo boleh jujur sepertinya sampai mulutnya berbuih.

"Bang ayam geprek ya?"

"Terserah"

"Oke ayam geprek! I'm coming!"

Raka geleng-geleng melihat wajah ceria adiknya dari kaca sepion, "kamu kayak gak pernah makan ayam dek!"

"Tau bang, ayam gratis itu enaknya plus!"

"Iya lah, orang gratis" balas Raka yang mengundang kekehan kecil dari Ona.

Roda terus berputar diatas aspal hitam yang mengkilap. Matahari pun sedikit menghangatkan kulit mengalahkan angin dingin.

Motor matic yang dikendarai oleh raka memasuki warung ayam dipinggir jalan. Dia memakirkan motornya di parkiran yang tersedia.

Ona membuka helmnya lalu dia letakan di jok motor. "Sabar dek!" Pekik Raka sambil berlari mengejar Ona yang sudah berlari memasuki warung.

"Cepetan!" Ona berjalan cepat mencari tempat yang nyaman dan damai.

"Permisi, ada yang bisa saya bantu" sapa pelayan yang menghampiri mereka.

Ona mendongak menatap wanita itu, "ayam geprek, level 3 mbak, minumnya es teh aja deh." balas Ona dengan semangat. "Bang makan juga?"

Raka yang baru aja meletakan bokongnya pun langsung menjawab dengan sewot, "yaiyalah! Kirain kamu doang yang laper"

"Dih ngegas" Cibir Ona, ia langsung tersenyum ramah kepada pelayan wanita itu. "Hem mbak, dia tanyain aja, kalo nggak mau jawab bikinin yang level tertinggi didunia kalo bisa biar dia mangap-mangap kayak ikan kekurangan air bersih" cerocosnya sampai air liurnya muncrat, bercanda.

Raka pun mendelik mendengarnya, "dasar adek laknat, yaudah mbak samain aja nggak usah didengerin deh ucapan adek saya, emang orangnya rada gesrek" ledek Raka yang mengundang tatapan maut dari seorang Ona.

Sedangkan pelayan itu hanya menahan tawanya melihat perdebatan keduanya, dirinya langsung bergegas menyiapkan pesanan.

"otak kamu tuh bang yang gesrek, hampir miring sempurna!"

"Mending miring dari pada punya kamu ya dek, udah jungkir tuh otaknya!" Balas Raka tak kalah sengit.

"Wah minta digerus bang? Ona pinjemin mutu dibelakang ini" Ona terlihat pura-pura bangkit dari duduknya.

"Apaansih! Capek deh" ledek Raka sekali lagi.

"Bener-bener minta digerus!" Ona terlihat sangat kesal menanggapi abangnya. Untung dia orangnya sabar, rajin, cantik dan baik hati jadi sudah tidak kaget berhadapan dengan manusia semacam ini. --- batinnya dengan bangga.

"Misi" ucap seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka duduk. Model tempat makan disini adalah ada yang lesehan di gazebo, ada meja juga, keduanya memilih lesehan di gazebo dibawah pohon yang terkesan segar dan nyaman dipandang.

Raka yang tadinya mau membalas ucap adiknya pun mendongak menatap orang yang datang, begitupun Ona.

"Ada perlu apa ya mas-mas?" Tanya Raka yang mendapati dua laki-laki berseragam sekolah, yang sama seperti adiknya ini.

"Formal amat bang, kita mau gabung boleh? Kayaknya gue kenal deh sama abang dan adeknya." Ucapnya dengan santai.

"Dih SKSD!" gumam Ona yang masih terdengar jelas ditelinga keduanya.

"Aku denger ya mbak!" Kekeh cowok tersebut.

"Kamu siapa ya? Aku rada lupa, atau emang gak kenal si?" Tanya Raka dengan raut wajah heran.

Ona mencebik pelan, lalu dia matanya menatap keduanya dengan serius. "LAHHH! ini mah si ERIC!"

"Kenal juga kamu! Dasar Lektona!" Ledek Eric sambil menyonyor jidat suci Ona.

"Kurang asem Ric!" Balas Ona sambil mencubit sekilas lengan Eric yang tertutup jaket putih.

"Kamu Eric yang langganan di Kopi Ireng?" Tanya Raka sambil menatap intens interaksi keduanya. "Kok kayak udah akrab sama adek gue?" Lanjutnya.

"Iye bang, aku yang suka nangkring didepan abang, dan setia melihat abang dengan anak-anaknya" kekeh Eric sambil membuka jaketnya dan menyisakan kemeja panjang berwarna putih, alias seragam sekolah.

Maksud dari anak-anak Raka adalah biji kopi.

"Aku juga kenal sama Si Lekton, karena kita satu kelas." Lanjutnya lagi menuntaskan pertanyaan.

Mendengar kata Lekton, Ona langsung meralat sambil menatap Eric tajam. "Aku tectona yang Ric! Gausah ganti-ganti nama aku!"

Raka manggut-manggut mendengarnya. "Ini yang satunya lagi temen kamu?" Tanya Raka menatap seseorang yang datang bersama Eric.

Eric menepuk jidatnya. "Sampe lupa kalo bawa temen" Eric meringis pelan, "iya bang ini Si Ainun Fa---"

"Panggil aku Faqih" sela cowok itu dengan cepat.

Ona juga menatapnya, "oh ini Ainun temen aku yang itu ya?"

"Faqih" ralatnya lagi.

"Ah sama aja kali" dengus Ona.

Faqih mulai menatapnya, "jelas beda kali"

Ona memutar bola matanya dengan malas, "iya deh terserah Ainun!" Ledeknya sekali lagi, yang mengundang tawa Raka dan Eric.

Dua ayang geprek pesanan kakak beradik itu sampai, Eric dan Faqih pun turut ikut memesan juga.

"Aku makan dulu ya, Ric, Qih" ucap Raka sambil mengaduk es tehnya.

"Santai bang, makan aja dulu" balas Eric yang sedang menatap handphonenya.

Begitupun dengan Ona, dia fokus dengan makanannya, tak peduli siapapun yang ada disisinya, makanan mengalihkan dunianya.

Si paling madangan : v

Berzambeng...







Continue Reading

You'll Also Like

83.4K 2.9K 58
[PUBLISH ULANG - FREE FOR READ] Hilya Mafaza Azizi, gadis manis yang mengagumi seseorang tanpa tahu wujud dan rupa orang tersebut. Semuanya bermula s...
93.2K 2.9K 26
[SELESAI] {SEDANG DIREVISI} [Spiritual-Drama-Romantis] โ€ขBest rank: #1/15 in halwa #1/26 in fahira #1/55 in aisya #1/72 in akhy #2/40 in farid #2/46 i...
149K 14.5K 34
HIJRAH SERIES | Spinoff Bukan Surga Impian โš ๏ธ Awas Baper | Remaja - Spiritual - Romance | Mengaduk Emosi โš ๏ธ ๐ŸŒผ ...
812K 58.3K 34
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...