HALO...
MAU NGETES PEMBACA MAX MASIH SETIA NUNGGU UPDATE GAK YA???
CUNG SINI YANG MASIH NUNGGU☝🏻☝🏻
KALAU LUPA ALUR, BOLEH BANGET DIBACA ULANG YA😩😩
KARENA LIHAT KOMEN KALIAN YANG GAK MAU CERITA MAX DI UNPUBLISH, AKHIRNYA SETELAH BERSEMEDI SELAMA 1 ABAD LAMANYA, AKU MEMUTUSKAN UNTUK TETAP MELANJUTKAN CERITA MAX. SENANG GAK? SENANG DONG MASAK ENGGAK. MESKIPUN GAK TAU NANTI UPDATENYA KAPAN LAGI. TAPI SETIAP AKU SENGGANG,LAGI GAK ADA TUGAS ATAU KEGIATAN SEKOLAH LAIN, AKU SELALU USAHAKAN BUAT NULIS SEDIKIT².....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
“Sshhh.”
Ringisan demi ringisan terus keluar dari mulut Max saat kain kasa yang menyerap alkohol tersebut mengenai luka di lengannya.
“Gue heran sama Lo. Kenapa hobi banget buat lukain diri sendiri. Lo pikir keren punya luka di sekujur tubuh kayak gitu?” gerutu Althaia dengan sebal. Tak jarang ia sengaja menekan luka di tangan Max dengan cukup kencang hingga membuat Max langsung berteriak sekuat tenaga. Menyalurkan rasa sakit dan perih yang dirasakannya dengan berteriak.
“Lo khawatir?”
Althaia memutar bola matanya jengah.
“Ya Lo pikir, siapa orang yang gak khawatir lihat orang lain terluka. Bahkan orang yang gak kenal sama Lo pun kalau lihat pasti bakal langsung panik dan bawa ke rumah sakit.”
“Tapi gue ada alasan kenapa bisa luka seperti ini.”
“Apapun alasan Lo itu, gue gak akan pernah membenarkannya. Lo pikir dengan melukai diri sendiri seperti ini, Lo akan untung? Gak, Max. Yang ada Lo malah rugi.”
Bukannya mendengar nasihat dari Althaia, Max justru memandang gadis tersebut penuh kekaguman.
“LO DENGAR GUE GAK SIH?!” teriak Althaia tepat di depan wajah Max yang masih terus memandang wajah Althaia dengan serius.
Max mengerjapkan kedua matanya pelan. Bibirnya meringis melihat tatapan mata Althaia yang berubah tajam seperti predator yang ingin menerkam mangsanya.
“Ya ya, gue dengar.”
Tinggal sentuhan terakhir, Althaia menempelkan plester luka di kening Max. Ia sedikit merapikan rambut laki-laki itu yang berantakan. Dan tindakan Althaia tersebut membuat Max salah tingkah. Namun, sebisa mungkin ia menutupinya. Ia tak mau mempermalukan diri sendiri.
“Thanks,” ucap Max dengan sungguh-sungguh. Althaia mengangguk sebagai jawaban.
Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Suasana canggung nampak terasa begitu menyebalkan bagi Max.
“Gue mau pulang,” ucap Althaia memecah keheningan.
Memang keduanya saat ini tengah berada di apartment milik Max. Laki-laki itu sengaja meminta Athena untuk mengantarkan ke apartment dibandingkan berada di rumah Althaia. Alasannya hanya satu, ia ingin berdua dengan Althaia. Jika berada di rumah Althaia, ia merasa tak bisa leluasa. Pasti ada kedua orang tua Althaia dan Athena yang tentu membuatnya tak enak.
Max menyambar jaket yang tergeletak di atas sofa. “Ayo! Gue antar,” ucapnya seraya memandang Althaia yang masih duduk di sofa dengan pandangan tak percaya.
“Gak usah. Gue bisa pesan ojek online. Lagipula, tangan Lo masih luka, gak mungkin kan Lo bisa antar gue pakai motor besar Lo itu.”
“Lo pikir gue selemah itu? Gue udah biasa dengan semua luka-luka ini.”
Althaia terdiam. Ia seperti melihat gurat kesedihan dari mata Max saat mengatakan jika laki-laki itu terbiasa dengan luka-lukanya.
Menghela nafas panjang, Althaia berdiri dari duduknya. Sedikit merapikan rambutnya yang berantakan.
“Lo mau antar gue naik apa? Bukannya motor Lo masih di tempat tadi?”
“Siapa bilang?”
“Hm?” tanya Althaia tak paham.
“Ck. Motor gue udah di parkiran depan.”
Althaia mengangguk. Lalu, keduanya berjalan beriringan menuju parkiran tempat motor Max terparkir.
Keduanya memasuki lift untuk sampai di lantai dasar. Apartment Max memang berada di lantai atas.
Tak ada orang lain di dalam lift selain Max dan Althaia. Seketika suasana menjadi canggung dan penuh keheningan. Althaia menyandarkan tubuhnya di dinding lift. Pandangannya lurus ke depan.
“Max.”
“Althaia.”
Keduanya menoleh secara bersamaan. Max berdehem. “Lo duluan.”
“Gak, Lo dulu!”
“Ladies first.”
“Jangan berantem lagi.”
Mendengar perkataan Althaia yang sungguh-sungguh dan terdengar tulus, Max menyunggingkan senyum tipisnya. Tak dipungkiri rasanya sangat bahagia saat melihat Althaia peduli padanya. Hasrat untuk menjadikan Althaia sebagai miliknya selamanya semakin besar. Dan ia sudah bertekad apapun caranya, Althaia harus tetap menjadi miliknya.
“Gue gak akan berantem lagi. Tapi gak gratis.”
Alis Althaia mengernyit. “Maksudnya?”
“Sebagai imbalannya, Lo harus mau menuruti apapun keinginan gue.”
Althaia memutar bola matanya jengah. “Gak mau! Lo pasti selalu minta yang aneh-aneh.”
“Gak akan! Gue jamin kemauan yang satu ini akan buat Lo senang. Ah gak cuma Lo, gue pasti akan sangat senang.”
“Hmm. Apa itu?”
“Lo janji kan?”
Mau tak mau Althaia mengangguk. Malas meladeni Max. Ia yakin jika dirinya menolak pun, Max akan tetap kekeuh pada pendiriannya. Memaksa Althaia untuk menerima semua keinginan Max.
Max tersenyum puas. “Sehari satu ciuman.”
Althaia memekik. Menjambak rambut Max yang berada di jangkauannya. “LO GILA?! MATI AJA SANA!”
Max menahan kedua tangan Althaia yang masih menjambaknya. Berdecak sebal karena reaksi Althaia yang kelewat bar-bar.
“Gak mau tahu! Lo udah janji, jadi harus ditepati. Dan itu di mulai dari sekarang.”
Max memiringkan wajahnya mendekati Althaia. Sedangkan Althaia langsung terdiam membisu. Tubuhnya tak bisa digerakkan. Hembusan nafas Max menyapu wajahnya. Jarak keduanya semakin dekat. Tak tahu harus berbuat apa, Althaia memejamkan mata dengan erat. Ini kali pertama ia berada di situasi yang rumit.
Hingga ia bisa merasakan bibir Max yang menempel di bibirnya. Awalnya hanya menempel, namun semakin lama, permainan Max pada bibirnya semakin agresif. Althaia kewalahan dengan ciuman Max yang terkesan menggebu-gebu. Kedua tangannya meremas jaket yang dikenakan Max dengan kencang.
Ia memukul dada Max dengan kencang kala merasakan pasokan udara yang menipis.
Max melepaskan tautan bibirnya dengan Althaia. Laki-laki itu menarik nafas panjang guna mengisi rongga dadanya dengan udara.
“Manis. Gue suka, jangan lupa besok dan seterusnya akan gue tagih.”
Ting
Lift terbuka.
Althaia membelalakkan kedua matanya melihat seorang laki-laki yang ingin memasuki lift.
Tak hanya Althaia, laki-laki tersebut sama terkejutnya. Apalagi melihat tampilan Althaia yang acak-acakan. Dengan bibir yang membengkak.
“D... Dylan?!”
*•.¸♡ To Be Continue♡¸.•*'
SEE U NEXT PART😍😍😍